"Ya, udah sih ... pindahin aja, Pah!" desak Ameera.
Difana mendekat pada anaknya---Ameera sembari melipat tangan di dada, wajahnya yang memerah memendam segala emosi yang menaik.
"Sudah aku bilang, 'kan Pah, dia gak bakalan bisa ada di sini," ucap Difana.
Semua orang di sana diam sama-sama bingung dengan keadaan rumahnya. Semenjak kedatangan Sthira semuanya berubah, Ameera yang tadinya ceria sekarang selalu mengurung diri bahkan dia jarang bicara pada ayahnya.
"Di sini yang salah itu kalian, seharusnya kalian mengerti dia akan merasa diasingkan," ucap Aditya.
"Dari awal aku udah bilang, kalau aku tidak mau menerima dia." Difana menunjuk Sthira. "Tetapi Kamu tetep aja maksa!"
"Seharusnya kau mengerti, dia yatim piatu tidak memiliki keluarga lagi harusnya kalian jangan memperkakukannya seperti pembantu."
"Ya, harusnya dia ada di tempat yang menerima keberadaannya, bukan di sini yang emang gak mau ada dia," timpal Ameera yang sudah lama menyimpan rasa dendamnya.
"Ameera jaga ucapanmu, kau akan membuatnya tidak nyaman," ucap Aditya---ayahnya.
"Terus aja Papa belain dia." Ameera segera pergi ke kamarnya.
"Kalau saja Kamu gak bawa dia ke sini, pasti gak bakal ada masalah. Aku sudah menyarankan lebih baik dia ke panti asuhan agar berkumpul dengan sesamanya," ucap Difana, lalu segera pergi meninggalkan Aditya dan Sthira.
"Hey, Difana ... jangan seperti itu, aku tidak bermaksud--Difana dengarkan dulu!" Aditya berusaha bicara, tetapi Difana tidak mempedulikannya.
Aditya mengembuskan napas, lalu menatap Sthira yang sudah sesenggukan. "Sthira, maafin papa, yah?"
Sthira memberanikan diri menatap ayah angkatnya. "Ti-tidak apa-apa, Komandan tidak salah."
"Papa tidak tahu bagaimana kamu diperlakukan, tetapi jika ini terjadi lagi papa tidak bisa menyelamatkanmu lagi," tutur Aditya.
"Kalau begitu, aku ke panti asuhankan saja."
"Sst, papa tidak akan seperti itu, papa mengadopsi kamu berarti kamu sekarang jadi tanggung jawab papa."
Sthira meneteskan air mata, rasanya berawai berada di sini, di mana tidak ada yang menerima dan mengakui dirinya. Tidur beralaskan tikar di gudang, makan hanya sisa mereka, Sthira mendapatkan kenyamanan hanya ketika ada Aditya di rumah jika tidak ada semuanya kembali seperti semula.
Tentu Aditya tidak bisa berada di rumah berlama-lama karena dia akan melaksanakan tugasnya sebagai Mayor jenderal di luar kota dan selama tidak ada Aditya, Sthira akan tersiksa.
"Ka-kalau begitu ... a-aku ingin rumahnya terpisah saja," timpal Sthira.
"Tidak, kamu tidak bisa begitu."
"Komandan, benar apa kata kak Ameera ... aku harus berada di tempat yang menerima keberadaanku, aku akan baik-baik saja jika berada di lingkungan yang tepat ... aku mohon, aku tidak mau membuat ibu dan kak Ameera tidak nyaman."
"Apa kamu, yakin ingin memisahkan diri?"
"I-iya Komandan, lebih baik aku memisahkan diri. Lagi pula aku sudah lulus sekolah dan kursus ... aku bisa kok sendiri."
Aditya mengusap puncak kepala Sthira yang berbalut hijab berwarna hitam, dia tersenyum dengan tulus pada Sthira.
"Papa do'akan semoga Kamu sukses, Nak. Kamu anak yang kuat ... nanti papa akan cari rumah yang cocok untuk kamu."
"Terima kasih Komandan."
"Tapi ... kenapa kamu selalu menyebut komandan bukan papa, kau bisa memanggilku papa, ayah, atau daddy."
"Aku lebih suka menyebutmu, Komandan."
Aditya tersenyum. "Ya, sudah tidak masalah ... kamu bisa membereskan semua barang-barangmu."
"Siap, Komandan," ucap Sthira bernada lemas, lalu pergi meninggalkan Aditya.
Mungkin memang terdengar berat bagi Sthira hidup sendiri mengingat semua kebutuhannya terpenuhi karena ayah angkatnya, kendatipun Sthira selalu diperlakukan bak pembantu oleh ibu angkatnya---Difana dan Ameera.
Tetapi dia memutuskan untuk hidup sendiri, mungkin itu lebih baik dibanding harus hidup bersama orang-orang yang tidak mengharapkannya ada.
Ada, tetapi tidak diharapkan. Pergi, tetapi menyakitkan. Sungguh harus berada di manakah daksa ini berada--- Sthira Falling in Love
KAMU SEDANG MEMBACA
Sthira Falling in Love
General Fiction[End] (complete) #1 harapanpalsu 31/07/2021 #2 nuraga 03/08/2021 Kedatangan pria itu membuat Sthira dongkol dia selalu mengganggu dan menggoda dengan kata-kata manisnya, awalnya Sthira biasa saja, tetapi pada akhirnya Sthira jatuh dalam pesonannya...