Sthira menurunkan segala barang-barang yang ada di bagasi mobil, bersama mbak Vita membantu memindahkan barang-barang Sthira. Mbak Vita juga orang yang akan menemani Sthira di rumah barunya, Aditya sengaja mempekerjakan mbak Vita untuk menjaga Sthira ia tidak mau membiarkan Sthira sendirian. Aditya masih memiliki kasih sayang kepada Sthira walaupun anak angkat.
"Nak, maafkan papa, yah. Rumahnya tidak sebesar yang ada di kota," ucap Aditya pada Sthira.
"Gak apa-apa, rumah ini bagus dan juga nyaman." Sthira sembari tersenyum.
"Kamu yakin mau di sini?"
"Iya, Komandan aku mau di sini saja, aku akan berusaha untuk mandiri ... lagipula Komandan meminta Mbak Vita untuk menjagaku, aku tidak akan sendiri."
Aditya mengembuskan napas berat. "Jaga diri kamu baik-baik, jaga kesehatan juga ... utamakan diri sendiri, kamu juga berhak bahagia." Dia tersenyum tulus.
"Iya, terima kasih karena sudah memberikan yang terbaik untukku, Komandan sangat baik tanpa Komandan mungkin hidupku tak sebagus ini." Tak terasa air mata Sthira jatuh. "Terima kasih ... Papa."
Aditya mengusap puncak kepala Sthira, lalu memeluknya. "Itu adalah pertama kalinya kamu menyebutku papa, dan papa sangat senang."
Rasanya berat untuk meninggalkan Sthira di sini, selama lebih dari dua tahun Aditya selalu memberikan kasih sayang kepada Sthira seperti pada anaknya sendiri. Namun, selama Aditya pergi bertugas ternyata Sthira mendapat perlakuan yang tidak baik dari Difana, tentu itu membuat Aditya khawatir.
Aditya melepas pelukannya. "Baiklah, papa tidak bisa lama-lama di sini. Jaga diri kalian di sini, yah kalau kalian butuh sesuatu kalian bisa hubungi saya."
"Iya, Tuan," ucap mbak Vita.
Sthira mencium punggung tangan Aditya dan berkata, "Hati-hati Komandan."
Aditya tersenyum mendengar panggilan Sthira yang berubah. "Assalamu'alaikum," salamnya, lalu menaiki mobil bermerk nissan march miliknya.
"Wa'alaikumus salam," ucap Sthira dan mbak Vita bersamaan.
***
Suasana di dalam rumah ini rasanya berbeda, dingin dan sunyi. Sepertinya Sthira harus banyak mengaji, tetapi beruntungnya rumah ini sangat bersih mungkin si penjual rumah yang membersihkannya.
Sthira masuk ke sebuah ruangan di dalamnya tidak terlalu kecil dan terdapat ranjang yang terlihat empuk, ternyata Aditya memberikan fasilitas yang lain juga, lalu jendela yang menghadap langsung dengan jendela tetangga. Ruangan ini akan menjadi miliknya.
"Mbak Vita! Aku mau di kamar ini, yah!" teriaknya pada mbak Vita.
"Iya, terserah Non aja," balas Mbak Vita.
Tinggal tugas Sthira sekarang adalah membereskan semua barang-barangnya. Dia mulai membuka semua kantung dan kopernya yang banyak berisi barang-barang pribadi.
Sthira mengembuskan napas. "Ah, males banget harus beres-beres sekarang." Dia duduk dengan lemah.
Dia beranjak dan merebahkan tubuh kurusnya. "Ah, nanti ajalah aku mau tidur, oke ... kasurku salam kenal aku Sthira, mulai sekarang kamu menjadi temanku," ucapnya berbicara pada kasur yang dia tiduri sembari menepuk-nepuk benda tersebut.
Ya, memang Sthira error kalau kepenatan.
Sthira masih tidur menatap langit-langit kamarnya, dia melamunkan kejadian beberapa hari yang lalu di mana Difana dan Ameera kepergok Aditya sedang memukuli Sthira dan akhirnya dari kejadian itu terjadilah cek cok yang memusatkan permasalahan tentang Sthira.
Walaupun bukan salah Sthira, tetapi permasalahan itu semua berawal dari adanya Sthira di rumah itu. Difana yang tidak menyetujui pengadopsian Sthira termasuk Ameera anak bungsunya, mereka tidak mau menerima Sthira karena berasal dari kampung ditambah anak yatim piatu.
Sthira tidak menyalahkan takdir, bagaimanapun siapa yang tahu jalan hidup dan masa depan seseorang. Mungkin saja jalan hidup Sthira seperti ini, jadi seharusnya dia berserah diri kepada Sang Kuasa.
***
Waktu sudah berganti malam, Sthira sudah makan malam bersama Mbak Vita kini dia harus melakukan tugas yang dia tunda yaitu membereskan barang-barang pribadinya.
Sebelum itu, Sthira melepas hijab dan menyisir rambut panjangnya dia sibuk menyisir hingga tak sadar bahwa dia tidak sendiri. Sthira merasakan itu, dia merasa seakan ada orang yang mengawasinya.
Dia pun celingak-celinguk melihat sekeliling kamarnya, tetapi tidak ada siapa-siapa hingga Sthira melihat ke arah jendela yang terbuka, angin silir-silir meniup gorden hingga menampakkan seseorang.
Sthira terbelalak dengan apa yang terjadi, dia meneguk salivanya susah payah. Ternyata seorang laki-laki tengah menatap dirinya, entah apa yang pria itu lakukan tetapi masalahnya Sthira tidak memakai kerudung.
"Astagfirullah di mana cindung!" Sthira mencari kerudung yang dia lembar tadi tetapi tidak ditemukan. "Ya, ampun di mana!"
Sthira gelagapan ia tak bisa mengandalkan kerudung, segera dia berlari menutup jendela beserta gordennya dengan tergesah-gesah. Napas Sthira tak karuan, dia belum pernah membuka hijabnya kepada orang lain bahkan kepada Aditya---ayah angkatnya sekalipun.
Sebenarnya laki-laki itu ada di rumahnya, tetapi jendela rumahnya dan Sthira sama-sama terbuka jadi kemungkinan pria itu tidak sengaja melihat Sthira tanpa kerudung.
"Ya, Allah gimana ini? Ah, malu banget!"
Ketakutan terbesar adalah ketika gak pake kerudung tiba-tiba ada orang yang seenaknya melihat tanpa berkedip.
TBC....
KAMU SEDANG MEMBACA
Sthira Falling in Love
General Fiction[End] (complete) #1 harapanpalsu 31/07/2021 #2 nuraga 03/08/2021 Kedatangan pria itu membuat Sthira dongkol dia selalu mengganggu dan menggoda dengan kata-kata manisnya, awalnya Sthira biasa saja, tetapi pada akhirnya Sthira jatuh dalam pesonannya...