Hay! Selamat membaca, kasih krisar yah! Love you All ♡
*
*
*"Entah kesialan atau keberuntungan bertemu denganmu, aku tidak tahu? Yang jelas kamu orang aneh yang pernah aku temui" ---Sthira Falling in Love
_______________
"Eh, ngomong-ngomong gue juga belum minta no WA lo, minta dong," ucap Raga santai.
Sthira mengernyit, memang benar selama ini dia belum pernah meminta nomor WA Sthira. Sudah dipastikan Raga terlalu berani hingga dia lupa untuk meminta nomor, tetapi tidak semudah itu Sthira tidak akan memberikan nomor ponselnya.
"Gak!" jawab Sthira datar.
Raga mengembuskan napas kasar, setiap dia meminta pasti akan ditolak hanya dia yang selalu menolaknya tidak dengan wanita lain yang Raga kenal.
"Minta, tadi 'kan Dion minta no lo, masa lo gak ngasih," ucap Raga alasan.
"Emang aku gak mau ngasih."
"Oke, lo gak mau ngasih ke gue. Emang lo gak butuh bantuan gue sebagai model?" Raga menaik turunkan alis, kali ini Sthira yang kalah.
Sthira memang tidak memikirkan hal itu, jika dipikirkan lagi dia perlu menghubungi Raga untuk membantunya merancang busana. Sthira menyerah dia akan memberikan nomor Whatsapp-nya.
"Mana sini hp-nya," ucap Sthira.
Raga segera merogoh sakunya membawa ponsel, lalu membukakan kunci layar ponselnya sebelum diberikan kepada Sthira. Setelah menyimpan nomornya di ponsel Raga dia mengembalikannya kepada sang pemilik.
"Udah? Ayo pulang," ajak Raga.
"Cuman gitu doang? Katanya nongkrong sama temen-temen," sahut Sthira.
"Emang kenapa? Terserah gue dong."
Sthira mengembuskan napas, lalu memijat pangkal hidungnya. Dia sungguh heran dengan kelakuan Raga jika tahu begini lebih baik dia diam di rumah dan menonton drama.
"Kenapa emang?" tanya Raga. "Oh, gue tahu! Pasti lo mau berlama-lama sama gue, yah?"
Sthira menganga, tak habis pikir dengan perkiraan Raga memang betul pria ini memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Sok cakep, sok cool, sok pintar itu semua lengkap pada diri Raga.
"Ya, udah ayo kita cari tempat yang lain."
"Gak, pulang aja. Jadi males kalau terus-terusan sama kamu!" Sthira segera memakai helmnya.
"Ayok, kita main lagi."
"Gak, aku bilang pulang!" berang Sthira, dia memberikan Raga tatapan mengerikan.
Kali ini Raga menyerah, dia harus menurut karena dia tidak mau kesepakatannya batal tentu saja, Raga akan senang menjadi model fashion Sthira alasannya agar bisa selalu bersama Sthira dan menggodanya terutama.
"Ya, udah iya pulang."
***
Sesuai kesepakatan, setelah pulang kampus, Raga harus pergi ke rumah Sthira. Bukan untuk kencan, tetapi untuk mengukur badan Raga agar bisa membuat pakaian yang sesuai. Bagi Raga apa pun alasannya yang penting dia harus selalu bersama Sthira.
Raga duduk di kursi yang ada di beranda rumah Sthira, tak lama Sthira keluar sembari membawa minuman untuk di suguhkan pada Raga. Tentu saja Sthira peka karena Raga langsung ke rumahnya setelah pulang ngampus pasti dia kelelahan.
"Hm, lo cocok banget," ucap Raga tiba-tiba.
Sthira menyimpan minuman itu, lalu menatap Raga heran. "Cocok apa?"
"Cocok jadi istri gue." Raga tertawa terbahak.
"Najis!" rutuk Sthira.
Raga masih terbahak walaupun gombalannya itu terdengar membosankan entah kenapa bagi Raga itu sangat lucu, sedangkan Sthira hanya diam tanpa ekspresi hanya melipat tangan di dada dan menonton orang yang tertawa.
Tiba-tiba Raga batuk, tersedak dengan air liurnya sendiri. Sthira mengembuskan napas kasar melihat kelakuan Raga, Sthira langsung memberikan minuman pada Raga.
Uhuk
"Ah, makasih," ucap Raga setelah minum.
"Udah ketawanya?" tanya Sthira.
Raga berserdawa. "Kenapa lo gak ketawa?"
"Emang harus ketawa?" tanya Sthira. "Gak ada yang lucu juga."
"Setidaknya pura-pura ketawalah," timpal Raga sedikit kesal.
"Pura-pura bahagia itu gak enak, mening bahagiain diri sendiri dari pada orang lain yang belum tentu peduli."
Raga diam, mungkin ucapan Sthira ada benarnya, tetapi selama ini Raga merasa bahagia. Bahagia ketika memiliki banyak pacar.
"Berdiri," ucap Sthira.
Raga menurut, lalu Sthira mulai mengukur badan Raga untuk membuat pakaian yang sesuai dengan desainnya. Dimulai mengukur dari tangan, kaki hingga tinggi badan, ketika Sthira mengukur bagian dada Raga, telinganya mendengar detak jantung Raga yang begitu kencang.
"Kondisikan jantungnya," ucap Sthira.
Raga tertegun, dia tidak menyangka jika detak jantungnya akan terdengar oleh Sthira. Ini membuatnya jengah.
"Bukan punya gue, jantung lo kali," balas Raga.
Sthira segera menjauh, jantungnya juga ikut berdetak lebih kencang dan pipinya memerah.
"Kalau gak berdetak, berarti aku gak bakal di sini," ucap Sthira berusaha senormal mungkin.
Raga tersenyum, dia sangat salut pada wanita ini walaupun wajahnya terlihat merah, tetapi sikapnya bisa sesantai itu. Sthira memang jago mengkondisikan perasaan.
"Udahlah, balik badan!" Titah Sthira.
Raga menurut dan berbalik badan. Sthira akan mengukur pundak Raga, sayangnya badan Raga sangat tinggi hingga Sthira kesusahan untuk menggapai, ia harus sampai meloncat-loncat agar bisa sampai pundaknya.
Sthira berdecak. "Jongkok, dong kamu tinggi amat!"
Raga menurut saja sembari berkata, "Bukan aku kamu yang terlalu pendek."
"Apa?!"
"Mungkin Allah udah menakdirkan kamu jadi pendek itu biar aku gampang buat nyium kamu." Raga terkekeh.
Brug
"Ah, sakit sayang." Raga memegang punggungnya yang dipukul oleh Sthira, ternyata dia kuat juga. Apakah dia anak seorang tentara?
"Jangan asal ngomong!"
"Iya, iya sayang."
"Diem gak?" Sekali lagi Sthira memberi pukulan lagi pada Raga, membuat sang empu meringis.
Mungkin setelah ini punggungnya akan encok sebelum masa tua, dia harus mempersiapkan minyak untuk meminta dipijat kepada ibunya, pertama punggung yang sebelah tidak terlalu sakit, tetapi yang satunya lagi dua kali lebih sakit. Apakah Sthira ini titisan wonder woman?
TBC ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Sthira Falling in Love
General Fiction[End] (complete) #1 harapanpalsu 31/07/2021 #2 nuraga 03/08/2021 Kedatangan pria itu membuat Sthira dongkol dia selalu mengganggu dan menggoda dengan kata-kata manisnya, awalnya Sthira biasa saja, tetapi pada akhirnya Sthira jatuh dalam pesonannya...