24. TNI Vs Reporter

12 6 5
                                    

"Gak penting seberapa lama lo kenal sama dia, walaupun gue baru di kehidupannya, gue tetep mampu membuat dia bahagia dan selalu ada ketika dia terpuruk." --- Sthira Falling in Love

________

Setelah beberapa hari sibuk tugas, Dimas akhirnya memiliki waktu bersama dengan Sthira. Kini dia berada di rumah Sthira untuk mengajaknya ke suatu tempat. Namun, Sthira masih sibuk, banyak pekerjaan yang tertunda karena kemarin dia mengasuh Cerry.

"Dimas, maafin aku, aku gak bisa ikut sekarang," tutur Sthira.

"Sthira, ayo kapan lagi kita bisa luangin waktu bareng, mungkin setelah ini aku bakal tugas lagi," paksa Dimas.

Sthira mengembuskan napas, menimang-nimang ajakan Dimas. Memang benar kesempatan ini tidak boleh disia-siakan karena mungkin saja Dimas tidak ada lagi waktu, kewajibannya menuntutnya untuk tidak terlalu berfokus pada urusan pribadi.

"Iya, ya udah ,deh aku ikut, tapi mau kemana?" putus Sthira.

Dimas menyunggingkan senyum. "Ikut aja nanti juga kamu tahu."

Setelah beberapa menit bersiap, akhirnya Dimas dan Sthira akan pergi. Namun, lagi-lagi ada saja yang mengganggu Sthira untuk tenang. Ketika Sthira akan masuk ke mobil Dimas, Cerry tiba-tiba berteriak sembari berlari ke arah Sthira.

"Mama Tira! Mau kemana?" tanya Cerry, dia memeluk kaki Sthira.

Sthira mengembuskan napas kasar. "Cerry kenapa kamu ke sini, tante gak bisa sama kamu, yah."

"Mama Tira jangan pergi," lirih Cerry.

Dimas yang melihat itu bertanya-tanya tentang anak itu. "Sthira, dia siapa?"

"Ah, dia anak tetangga aku, aku ngasuh dia dua hari terakhir ini," jawab Sthira.

"Tapi kenapa dia memanggilmu mama?" tanya Dimas.

"Aku juga gak tahu Dimas, aku gak pernah nyuruh dia buat nyebut gitu."

"Ya, udah urus dia. Kita harus cepat pergi." Dimas memutari mobilnya dan menunggu Sthira untuk masuk.

Sthira bingung, sekarang Cerry malah merengek meminta Sthira untuk tidak pergi.

"Cerry, tante mau pergi dulu, yah," ujar Sthira.

Cerry menggeleng keras. "Gak mau jangan!" Dia menangis terisak.

Sthira mengembuskan napas berat, ini sulit. bagaimana caranya agar Sthira bisa bebas dari anak kecil ini, lantas Sthira berusaha untuk melepaskan cekalan Cerry yang lumayan cukup kuat diiringi dengan isakan kencang.

"Jangan pergi Mama Tira!"

"Cerry, maafin tante, yah tante ada urusan jadi sekarang gak bisa sama kamu."

Pelukan Cerry dari kaki Sthira terlepas, dengan cepat Sthira membuka pintu mobil. Namun, saat pantatnya sudah berada dijok mobil seseorang menarik Sthira keluar.

"Sthira kamu jangan pergi," timpalnya.

"Astagfirullah, Raga apa-apaan, sih," desis Sthira.

"Kamu gak bisa pergi gitu aja," lontar Raga tangannya masih mencekal tangan Sthira.

Melihat kejadian itu membuat Dimas kesal, ini benar-benar tidak beres. Mereka mengganggu rencana Dimas untuk berdua bersama Sthira.

"Apaan Raga, kamu gak jelas. Lepasin gak!" sentak Sthira.

Dimas menghampiri pria berjas itu. "Lo siapa? Lepasin Sthira." Dimas memisahkan tangan Raga dan Sthira.

Raga tidak memedulikan Dimas, dia terus menatap Sthira. "Kamu jangan pergi, kamu harus tanggung jawab Cerry nangis karena kamu."

Tak lama Cerry kembali memeluk Sthira. "Mama Tira jangan pergi," rengeknya.

"Eh, lo siapa? ngelarang-ngelarang cewek orang. Lo harusnya tahu diri," lontar Dimas pada Raga.

"Lo jangan ikut campur," timpal Raga.

"Eh, harusnya lo jangan ikut campur antara hubungan gue sama Sthira."

"Asal lo tahu aja Sthira bakal jadi istri gue," balas Raga tak mau kalah.

Dimas mendengus. "Lo cowok aneh ternyata, lo berani ngerebut cewek gue."

Sthira memijat plipisnya, dia cukup pusing untuk hari ini apalagi mendengar perdebatan dua laki-laki ini.

"Dimas, udah ... jangan dengerin dia," tegur Sthira.

Dimas tidak mengindahkan ucapan Sthira, dia masih menatap nyalang pada Raga, dia cukup naik pitam dengan kelakuan Raga yang kurang sopan.

"Lo jangan pernah, deketin Sthira lagi!" ancam Dimas.

"Lo yang harus jauhin Sthira," timpal Raga tak mau kalah.

Dimas mengepalkan tangan, tangannya sudah gatal ingin sekali menghantam wajah Raga, sedangkan Sthira sudah lelah untuk melerai keduanya, dia cukup bingung untuk memisahkan mereka.

"Udah! Udah stop!" teriak Sthira.

"Udah, aku capek! Gak ada gunanya aku di sini." Sthira mentap Cerry. "dan kamu Cerry pergi ke rumah kamu." Dengan wajah yang penuh amarah.

Sthira pergi melewati dua pria itu, tanpa peduli panggilan mereka yang terdengar sangat kecewa. Sthira masuk ke rumah dan menutup pintu dengan keras.

"Ini semua gara-gara lo, pengganggu!" geram Dimas.

Raga melipat tangan di dada. "Asal lo tahu aja, gue kenal sama dia udah lama, sedangkan lo baru berapa hari?"

"Emang apa pentingnya lama gak nya lo kenal Sthira, emangnya lo ada saat Sthira butuh bantuan? Emangnya lo ada saat dia terpuruk?" imbuh Dimas.

"Walaupun begitu gue yakin dia gak bakalan pernah suka sama lo, lo siapa sih tiba-tiba datang di kehidupan Sthira." Raga membaca name tag yang tertera di seragam Dimas. "Oh, Dimas Andreas, yang bergelar letnan satu."

Dimas menatap nyalang Raga. "Lo macem-macem sama gue dan Sthira, lo bakal kena akibatnya," ancamnya.

Dimas tidak mau permasalahan ini semakin panjang, dia memutuskan untuk pergi dari tempat itu karena untuk membujuk Sthira sekarang bukanlah ide yang bagus, saat ini perasaan Sthira sedang tidak baik, Gagal sudah rencananya hari ini. Kejadian yang tidak diduga-duga membuat Dimas sedikit cemas akan Sthira, pasalnya ucapan Raga barusan membuat Dimas berpikir bahwa Sthira masih tidak mau membuka hati untuknya.

Dimas harus melakukan sesuatu.

Sedangkan yang tersisa di sana hanya Raga dan satu anak kecil, hening seketika mereka berdua, hanya senggukan Cerry yang sedari tadi menangis. Raga menatap Cerry, lalu mengusap air matanya.

"Kamu jangan nangis lagi, yah," ucap Raga.

"Om ta-tadi siapa? Kenapa dia barengan sa-ma mama Ti-ra," ucapnya terbata-bata karena tangisnya.

"Dia temannya mama Tira, tenang aja nanti mama Tira tetep bakal jadi mama kamu, kok, yuk masuk," ajak Raga, lalu menggendong Cerry.

Baru sadar jika sedari tadi ibu putri menyaksikan percekcokan antara Reporter dan TNI, bu Putri cukup terkesan dengan keberanian Raga melawan abdi negara itu, tetapi di sisi lain dia merasa iba pada Raga dia masih saja mengejar wanita yang pernah dia tinggalkan.

"Raga kamu gak apa-apa?" tanya bu Putri.

"Gak apa-apa, Ma ... ini Cerry dari tadi nangis." Raga mengasongkan Cerry ke pangkuan ibunya, lalu Raga pergi tanpa berkata lagi.

"Semoga kamu gak melakukan kesalahan, Nak," gumam bu Putri.






TBC  ...


Terima kasih sudah membaca sampai di sini
following Ig aku, yah @ayragasha

Sthira Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang