Epilog

15 3 0
                                    

Hujan telah berhenti. Namun, suhu dinginnya masih tetap terasa, tetapi untuk malam ini berdua bersama Raga dalam satu kamar. Rasanya sangat aneh dan canggung, jantung Raga berdegup dengan kencang, dia seakan baru pertama kali menikah. Entah apa yang membedakan pernikahan pertama dan sekarang.

Setelah membersihkan diri dan kedua insan itu terlihat segar, suasana semakin canggung ketika Sthira keluar dari kamar mandi, lalu dia duduk di sisi ranjang, Raga pun ikut duduk di samping Sthira. Hening di antara mereka.

"Maaf," ucap singkat Raga.

"Untuk?" tanya Sthira.

"Dulu, aku ninggalin kamu gitu aja ... aku bener lelaki bajingan yang selalu mempermainkan perempuan hingga aku mendapat balasan dengan menikahi wanita yang tidak sepenuh hati mencintaiku," tuturnya dengan nada penyesalan.

"Aku juga minta maaf, salah aku juga karena terlalu cuek sama kamu, aku terlalu sombong sampai mendapat balasan kayak gitu," ujar Sthira.

Raga menatap Sthira sendu, dia sedikit mendekat dan memeluk Sthira, jujur saja dia sangat menyesal dan merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan dulu. Raga berharap bisa membahagiakan Sthira dan memperbaiki semua kesalahannya.

Raga melepas pelukannya, lalu dia menatap Sthira intens dan mencium keningnya hingga berniat untuk mencium bibir ranum Sthira. Jantung Sthira berdegup dengan kencang ketika terasa hembusan napas Raga semakin dekat hingga ...

Brak!

"Mama Tira!"

Sthira mendorong Raga hingga menjauh, lalu Cerry berlari memeluk Sthira dari belakang. Raga berdecak kesal, ingin sekali menjitak pengganggu ini. Dia kira malam ini akan menyenangkan. Namun, sayangnya itu ekspetasi Raga saja karena Cerry merengek ingin tidur bersama Sthira. Bahkan dia belum menyentuh bibir Sthira.

"Aku mau tidur sama Mama!" Cerry memeluk erat Sthira.

Raga berkacak pinggang. "Cerry, kamu punya kamar sendiri, 'kan jadi kamu tidur saja sana di kamarmu."

Cerry memberengut. "Kenapa Papa ngusir, biasanya aku juga tidur di sini."

"Iya, karena sekarang udah ada Mama Tira, jadi kamu jangan di sini lagi," ucap Raga memaksa.

Cerry menatap Sthira yang masih ia peluk. "Mama Tira, boleh gak aku tidur di sini?"

Sthira menatap Raga dan mendapat kode dari Raga bahwa jangan mengizinkan Cerry tidur di sini.

"Iya, gak apa-apa kamu tidur di sini aja," ucap Sthira lembut.

Raga lantas menepuk kepalanya. "Shtira, kamu itu kenapa, sih?"

"Udah, Cerry di sini aja tidur." Sthira menepuk ranjang mengajak Cerry tidur.

"Yey!" Cerry langsung tidur di bagian tengah sedangkan Sthira segera menggelar selimut tebalnya.

Raga masih dibuat kesal, lantas dia menarik kaki Cerry sedikit membuat sang empu mendesis.

"Mama, Papa ganggu terus!" adu-nya pada Sthira.

"Kamu yang ganggu," omel Raga, lalu tidur di sisi Cerry. "Eh, Cerry kamu mau punya adik gak?" tanyanya yang langsung mendapat tatapan bengis Sthira.

"Mau, Papa!" jawab Cerry antusias.

"Kalau gitu kamu harus tidur di kamar kamu," titah Raga.

"Enggak, aku pingin sama Mama Tira!"

"Lah, katanya mau punya adik kecil. Mau gak?" tanya Raga sekali lagi, ternyata dia masih tidak mau menyerah.

"Emang apa masalahnya kalau aku di sini?" tanya Cerry polos.

"Iya, kalau kamu mau punya adik, harus pindah dulu tidurnya."

"Gak gak mau!" tegas Cerry, lalu memeluk leher Sthira erat.

"Udah, udah tidur udah malem ini," titah Sthira sembari menepuk pelan Cerry.

Raga mendengus kesal, walau pada akhirnya mengusap puncak kepala Sthira dan Cerry. Kini keluarga kecilnya lengkap dengan datangnya Sthira ke kehidupan Raga, hidupnya akan membawa kebahagiaan.

***

"Hanya ada satu hal yang bisa menyembuhkan luka dalam hati, tapi ini sulit didapatkan karena kau hanya bisa mendapatkannya dari orang lain."

"Apa itu?"

"Kasih sayang." --- Percakapan antara Gara dan Yashamaru (Naruto)



Tamat

Sthira Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang