12. Mabuk Kepayang?

18 7 23
                                    

"Aku ngebaperin, tapi malah aku yang bapernya." --- Sthira Falling in Love

______

Raga memang tak ada rasa lelahnya, setelah pulang ngampus dia berniat untuk ke rumah Sthira. Sejak pagi dia uring-uringan ingin segera pulang untuk menemui Sthira karena pada pagi harinya dosen yang mengajar ingin memulai pembelajaran lebih awal padahal waktu belum jadwalnya masuk.

Terpaksalah Raga tidak menemui Sthira dan langsung berangkat tanpa mandi sekalipun. Nyatanya satu hari tanpa melihat Sthira membuat hatinya tidak tenang, apa mungkin Raga terjebak pada yang namanya jatuh cinta.

Raga sudah berada di halaman rumah Sthira sembari menenteng seblak untuknya. Namun, langkahnya terhenti kala mendengar suara berat dari dalam rumah.

"Komandan kenapa cepet banget pulangnya?" tanya Sthira menampakkan wajah masam.

Kala tahu pemilik rumah keluar, Raga segera bersembunyi di belakang tembok rumah Sthira dan mendengar percakapan dua orang berbeda generasi itu.

"Maafkan papa, papa gak bisa lama-lama ada urusan yang harus papa selesaikan."

Sthira mengembuskan napas. "Iya, kalau gitu hati-hati." Dia mencium punggung tangan Aditya.

"Jaga diri kamu baik-baik, yah," pesan Aditya.

"Siap Komandan." Sthira mengangkat tangan memberi hormat.

Aditya mengusap puncak kepala Sthira. "Udah, Papa mau berangkat dulu."

"Iya, komandan."

"Assalamu'alaikum..." salam Aditya.

Sthira melambaikan tangan kala Aditya masuk ke mobil. "Wa'alaikumu salam."

Mobil itu melaju semakin jauh hingga tak nampak oleh Sthira, kemudian dia melipat tangan di dada dan berjalan ke arah tembok di mana Raga bersembunyi.

"Gimana rasanya ketahuan nguping?" tanya Sthira, membuat Raga tersentak.

Raga keluar dari persembunyiannya dan terkekeh karena ketahuan. Bagaimana bisa Sthira tahu?

"Ngapain?"

Raga menggaruk tengkuk tak gatal. "Eng-gak, cuman gak sengaja denger."

"Terus kenapa di sana?"

Raga merasa terintimidasi dengan pertanyaan Sthira dia merasa berhadapan dengan guru BK sewaktu SMA.

"Gue cuman mau ngasih ini." Raga menyodorkan sekantung seblak. "Tadi gue liat ada orang, jadi gue langsung ngumpet."

Sthira menganguk sebagai balasan, dia kira Raga tidak akan datang lagi ke sini.

"Lo gak mau nerima ini?" tanya Raga.

Sthira menerima seblak itu. "Ya, udah makasih."

Raga tersenyum senang, kali ini Sthira menerima pemberiannya dengan mudah.

"Sini dulu," ajak Sthira.

Raga mengerutkan keningnya, tumben Sthira bersikap baik biasanya dia selalu ketus padanya, apa mungkin dia udah mulai suka? Batin Raga.

"Duduk dulu," perintah Sthira, lalu dia masuk untuk membawa mangkuk untuk makan seblak.

Raga menurut, dia tidak mau menyianyiakan kesempatan ini, mungkin perasaan Sthira sedang bagus, makanya dia bersikap baik. Tidak lama Sthira keluar dengan membawa nampan berisi dua buah mangkuk lengkap dengan sendok ditambah dua gelas air putih.

"Seblaknya banyak, aku gak bakalan bisa habis segini." Sthira membuka bungkus seblak itu dan memabaginya menjadi dua.

"Aku mau nanya," ucap Raga tiba-tiba.

"Apa?" tanya Sthira tanpa menoleh pada Raga.

"Tadi itu siapa?"

Sthira menatap Raga, lalu menyodorkan satu mangkuk seblak. "Dia papa aku." Sthira menghela napas. "Lebih tepatnya papa angkat."

Raga mengangguk dengan mulut yang seakan mengatakan 'oh'. "Gue tahu cerita lo dari Dion, tapi gue pingin tahu kenapa lo bisa punya papa angkat?"

Sthira mengangguk mewajarkan ucapan Raga, mungkin Raga dan Dion sama-sama penasaran tentang perjalanan hidup Sthira apalagi saat ini Raga sudah masuk ke kehidupan Sthira.

"Hm, seperti yang kamu tahu, setelah insiden itu aku sendiri dan gak ada peninggalan keluarga yang tersisa kecuali pakaian yang saat itu aku pake. Waktu itu komandan mungkin sedang melakukan tugasnya aku ketemu sama dia ... dia juga yang selalu menghiburku."

Sthira menatap Raga. "Dia mengadopsi aku, akhirnya aku memiliki keluarga yang baru. Aku juga tinggal di rumah komandan bersama ibu dan saudara angkat, alhamdulilah bahagia, aku menjadi anak komandan selama dua tahun."

"Oh, gitu ..." Raga mengangguk, lalu melahap seblaknya.

"Aku juga mau nanya," ucap Sthira.

"Apa?"

Sthira terdiam menimang-nimang pertanyaannya. "Eum, kamu ...." dia menjeda ucapannya.

Raga menaikkan sebelah alisnya menunggu kelanjutan pertanyaan Sthira.

Sthira mengembuskan napas. "Gak jadi lupakan saja."

"Apa, sih! Nanya aja ... gak apa-apa, kok."

Sejujurnya Sthira ragu ingin menanyakan ini, setidaknya memastikan bahwa ucapan Dion benar atau tidak, mengingat kata-katanya kemarin membuat Sthira cemas takut jika Raga orang yang kurang baik.

Sthira menggelang berusaha untuk mengusir pemikiran itu, jika pun benar Raga playboy apa masalahnya bagi Sthira, lagi pula Raga tidak ada hubungannya dengan Sthira.

"Sthira," ucap Raga.

Sthira hanya berdeham sebagai balasan.

"Gue gak tahu kenapa, tapi gue ..." Raga menatap Sthira.

Sthira menatapnya dengan alis terangkat menunggu kelanjutan ucapan Raga. Melihat wajah Sthira yang penasaran membuat Raga menunduk merasa tambah gugup.

"Gu-gue ..." Raga menghela napas. "Untuk pertama kalinya gue ...."

Raga menatap Sthira. "Jatuh cinta."



TBC ...

Sthira Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang