25. Aku Khawatir

12 6 3
                                    

"Perasaan perempuan memang serba salah" --- Sthira Falling in Love

_______

Terdengar suara dering ponsel Sthira. Sthira bangun, lalu menggeliat sembari memandang jam dinding, ternyata masih pukul 04.30. Namun, kenapa ada telepon sepagi ini?

Sthira menggapai ponselnya yang sedari tadi bersuara, kemudian menganggat telepon masuk pada ponselnya.

"Assalamu'alaikum ... iya?"

"Wa'alaikumus salam, Sthira ... maaf, yah papa ganggu kamu. Papa ingin bicara penting sama kamu," ujar komandan dari sebrang sana.

"Iya, ada apa Komandan?"

"Hari ini kamu ke asrama, yah. Ada yang papa omongin, ini penting."

"Penting banget, yah Komandan?" tanya Sthira dengan nada lesu.

"Ya, ini sangat penting."

"Iya, udah nanti aku ke sana," putus Sthira.

"Bagus, jangan terlambat, yah jam sembilan harus sudah ada di sini," tegas komandan.

"Ah, iya siap Komandan," ucap Sthira dengan wajah senang.

"Ya, udah kamu siap-siap subuh, jangan sampai telat."

"Iya, Komandan," ucap Sthira.

Setelah memberi salam penutup kepada komandannya, dia kembali melihat jam dinding, sejujurnya hari ini dia malas untuk beraktivitas. Sthira takut bertemu dengan Raga lagi, dia tidak mau kejadian kemarin terulang kembali, tetapi tidak mungkin jika permintaan komandannya tidak dipatuhi bisa-bisa Sthira di usir dari kartu keluarga.

***

Setelah satu jam di perjalanan Sthira sudah sampai di asrama militer tempat ayah angkatnya tinggal. Entah hal penting apa yang akan dia bicarakan hingga Sthira harus jauh-jauh ke kota ini menemui komandan.

Sthira sudah berada di depan halaman, tetapi terlihat pintu asrama komandan terbuka. Apa mungkin ada tamu?

Sthira masuk sembari mengucap salam, terlihat komandan dan Dimas duduk di sofa, mereka sedang membicarakan sesuatu.

"Sthira, kamu akhirnya datang juga. Ayo duduk dulu, Nak," titah komandan  mempersilahkannya duduk.

"Iya, komandan. Memang ada hal penting apa, yah?" tanya Sthira tanpa basa basi pasalnya dia sedikit heran mengapa ada Dimas di sini.

Aditya menatap anak angkatnya, lalu tersenyum simpul. "Nak, kamu tahu 'kan umurmu hampir menginjak kepala tiga dan karir kamu terbilang sukses, apakah kamu tidak berniat untuk melanjutkan hidup yang baru?"

Sthira mengernyit, dia cukup mengerti kemana arah pembicaraan komandan.

"I-iya, komandan ..." ucap Sthira gelagapan.

Aditya menatap dengan tatapan sendu. "Sthira kamu mau gak menikah dengan Dimas?"

Jantung Sthira berdegup dengan kencang, netranya melirik Dimas yang menampilkan wajah penuh harap. Sthira tidak pernah berpikir akan menikah dengan Dimas, entah ... perasaannya masih sulit untuk diungkapkan.

"Ta-tapi Komandan," lirih Sthira.

"Sthira, aku tidak akan memaksamu, kalau kamu mau terima lamaran aku maka kita menikah, jika kamu masih ragu aku akan menunggumu," sergah Dimas.

Sthira bergeming, dia bergelut dengan pikirannya. Dimas lelaki yang baik dan dia juga yang akan selalu membantu Sthira di saat butuh bantuan, tetapi entah mengapa hatinya tidak pernah menyukai Dimas sedikit pun.

Sthira Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang