06. Nongkrong

29 18 61
                                    

"Lo itu sulit didapetin, makanya gue suka" --- Sthira Falling in Love

_________

Waktu sudah menunjuk pukul 20.00, biasanya Sthira masih berkutat dengan alat gambarnya memikirkan desain yang akan dia jadikan ajang rupiah. Namun, jadwalnya terganggu karena Raga memaksa untuk nongkrong lebih awal, bahkan dia secara langsung meminta izin pada mbak Vita. Sungguh beraninya dia.

Raga sangat beruntung karena mbak Vita begitu mudahnya mengizinkan asalkan jangan pulang terlalu larut dan Raga harus tetap menjaga Sthira, begitulah pesan mbak Vita sebelum Raga menyeret Sthira ke arah motornya. Bahkan dia tak bertanya apa Sthira sudah siap atau belum. Menyebalkan bukan?

Memang beberapa jam yang lalu, dengan segala pertimbaangan, walaupun berbarengan dengan keterpaksaan, tetapi Sthira sangat membutuhkan Raga. Melihat dari kulit, betuk tubuh yang ideal, dan juga mental yang kuat yang dimiliki Raga sangat cocok untuk menjadi model.

"Syarat apa?" Raga menerutkan dahi.

Sthira menatap Raga. "Aku mau ikut, tapi ada Syaratnya ... yaitu kamu harus mau jadi model fashion, bantuin aku, gimana?"

Raga menaikkan sebelah alis. "Model yang kayak fashion show gitu 'kan ... yang jalannya kelihatan cool gitu?" Dia sembari bergaya-gaya layakan seorang peragawan.

Sthira menghela napas. "Iya, yang kaya gitu pokoknya!"

Raga menjentikkan jarinya. "Lo minta kepada orang yang tepat." Dia ngusap surainya. "Oke, gue setuju! Deal, yah?"

Raga mengulurkan tangannya, lalu Sthira membalas berjabat tangan. "Deal."

Setelah persetujuan beberapa jam itu Sthira siap untuk ikuti ajakan Raga. Sekarang, dia berada di sebuah kafe yang tertera sebuah tulisan 'Falling in Love' Sthira menyimpulkan itu adalah nama kafenya.

"Ngapain ke sini?" tanya Sthira.

Raga langsung mematikan ponselnya. "Iya, kita nongkrong di sini, lo juga bakal ketemu sama temen-temen gue."

"Kok, gak ngomong kalau nongkrongnya sama temen!"

Raga menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ya, gue lupa bilang."

Sthira melipat tangan di dada dia sedikit kesal dengan itu, bagaimana bisa Sthira berkumpul dengan orang yang tak dikenalnya mungkin akan terasa canggung baginya.

Raga memegang tangan Sthira, lalu menuntunnya masuk ke kafe. Namun, Sthira berhenti saat akan masuk, Raga mengerti apa yang dipikirkan Sthira.

"Tenang aja ada Dion, kok dia pasti mau ngobrol sama lo," ucap Raga.

Ternyata Raga sepeka itu, membuat Sthira sedikit tenang, Sthira mengangguk sebagai jawaban dan berjalan di belakang Raga yang masih menggenggam tangannya.

Riuh sambutan dari teman-teman Raga, tak disangka temannya akan sebanyak ini apa mungkin Raga mengundang semua anak kampus untuk acara nongkrong, tetapi dengan alasan apa mereka mengadakan acara seperti ini terlihat seperti merayakan sesuatu atau teraktiran. Sthira tidak tahu yang penting dia malakukan apa yang harus dia lakukan.

"Jir, si Raga ganti lagi. Rif!" sahut seseorang dari mereka.

"Weh, ternyata lo bawa juga!"

Raga berseri mendapat pujian dari temannya. "Jelaslah."

Sthira bersembunyi di belakang Raga, sejujurnya Sthira tidak terbiasa berkumpul seperti ini dia jarang keluar rumah paling keluar hanya untuk bekerja saja bahkan dia belum pernah pergi nongkrong bersama teman, mungkin sudah dua tahun Sthira tidak memiliki teman, lebih tepatnya Sthira ingin sendiri.

Sthira Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang