28. Kamu Milikku

21 5 0
                                    

"Aku memilihmu  tanpa karena" --- Sthira Falling in Love

_________

Dimas menurunkan Sthira di depan rumahnya, dengan perasaan campur aduk dia membukakan pintu mobil agar Sthira keluar. Sthira menatap Dimas, kali ini dia sangat manis, entah itu karena kecewa atau karena ini kali terakhir Sthira bersama Dimas.

"Terima kasih, Dimas," ucap Sthira tersenyum canggung.

"Terima kasih kembali." Dia tersenyum dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. "Semoga kamu bahagia," ucapnya dengan perasaan pahit.

"Maafin aku," balas Sthira tidak enak.

"Tidak masalah, aku menghargai keputusanmu," ujar Dimas. "Kalau begitu aku pergi ... Assalamualaikum," ucapnya dengan perasaan berat.

"Wa'alaikumus salam ..." balas Sthira.

Dimas menaiki mobilnya dan pergi, hingga kendaraan itu hilang dan tak akan menampakkan kembali.

Sthira mengembuskan napas, dia sama sekali tidak berniat untuk beranjak dari sana. Sthira ingin menungu sembari mendongak-dongak berharap si pria aneh itu keluar dari rumahnya. Tak lama Raga keluar sembari memarkirkan mobilnya, Raga sadar sedari tadi Sthira menatapnya.

Raga membuka kaca mobil. "Sthira kamu kenapa di sana?"

Terlihat Sthira tersenyum bahagia, lalu berlari menghampiri Raga, membuat Raga mengernyit kebingungan.

"Aku numpang boleh?" tanya Sthira.

"Oh, i-ya ... boleh," jawab Raga terbata-bata.

Tanpa di suruh Sthira langsung naik ke mobil dan duduk di samping Raga, membuat sang pemilik mobil gugup seketika.

"Ayo jalan," titah Sthira, padahal dia baru saja sampai di rumah dan malah ikut pergi bersama Raga. Sthira juga tidak tahu kemana tujuannya sekarang.

Raga menatap Sthira aneh. "Oke, kit-kita jalan." Dia tersenyum canggung.

Hening di antara mereka, Raga sibuk mengendarai mobil, sedangkan Sthira bergelut dengan pikirannya sendiri. Seharusnya Sthira tidak boleh diam saja. Sejak beberapa menit yang lalu dia ingin mengungkapkan segalanya kepada Raga hanya saja dia tidak berani untuk mengatakan itu.

Sthira tidak mau membuang waktu, dia mengembuskan napas perlahan, lalu memberanikan diri menatap Raga.

"Raga," ucap Sthira.

"Iya?" balas Raga walaupun pandangannya masih memandang jalanan.

Jantungnya berdegup dengan kencang, Sthira berharap ini keputusan yang terbaik untuk masa depannya. Sthira tahu sifat Raga dulu dan sekarang, sangat berbeda jauh. Raga benar-benar sudah berubah menjadi lebih baik.

Shtira menghela napas. "Aku mau nikah sama kamu," imbuh Sthira tanpa basa basi.

Raga terkejut hingga tanpa sadar  dia menabrak mobil di depannya yang berhenti ketika lampu merah. beruntung tidak rusak parah hanya plat mobilnya yang terlepas. Sthira juga ikut terkejut karena itu.

"Aku gak salah denger? Kamu gak ngeprank, 'kan?" tanya Raga tidak memedulikan kecelakaan yang dia lakukan.

Napas Sthira tak beraturan, niatnya dia akan memberikan kabar baik pada Raga. Dia malah mendapat kejadian yang tak terduga ini, dasar Raga.

"Raga, kamu gak bisa hati-hati apa! Hampir aja kecelakaan!" sergah Sthira.

Raga memegang bahu Sthira hingga mereka menatap satu sama lain. "Kamu beneran mau nikah sama aku? Kamu mau jadi ibu pengganti buat Cerry?" Dia sama sekali tidak peduli mobil orang lain yang sedikit penyok.

Perlahan Sthira menatap Raga sendu, dia merasakan kebahagian yang dirasakan Raga. "Iya, aku mau nikah dan jadi ibu pengganti untuk Cerry," ucapnya sungguh-sungguh.

Raga memeluk Sthira erat, Sthira pun membalas pelukannya.

"Aku udah, bilang ini ke komandan dan komandan udah nyetujuin," Sambung Sthira.

"Makasih Sthira," ucap Raga memeluk erat Sthira, dia sangat bahagia hingga meneteskan air mata. Perjuangannya kini mendapat balasan, wanita yang dulu ia lepaskan kini memberinya kesempatan, Raga tidak menyangka jika Sthira akan menerima pinangannya. Raga sadar betul bahwa Dimas bukanlah tandingannya. Namun, sekarang dia yakin Sthira memang takdirnya ... Masa depannya.

Tuk tuk tuk

Seseorang mengetuk  kaca mobil. "Mas buka! Tanggung jawab, dong Mas! Itu mobil saya rusak!"

Teriakan itu membuat Sthira dan Raga melepas pelukannya, lalu menatap kikuk satu sama lain hingga beberapa detik kemudian mereka tertawa  merutuki kelakuannya.

***

Hari-hari berlalu, akhirnya hari di mana Sthira dan Raga resmi menjadi suami istri. Suara lantang yang dulu ia dengar ketika ijab kabul kini menyebutkan nama lengkap Sthira dengan yakin dan percaya.

Sthira tidak menyangka ini akan terjadi, rasa sakit yang pernah dia rasakan dulu berganti menjadi kebahgiaan. Memang benar tidak ada obatnya untuk menyembuhkan sakit di hati, kecuali kasih sayang. Sthira senang akhirnya dia memiliki keluarga yang sesungguhnya.

Berdua duduk di pelaminan, Raga menatap Sthira dengan kagum. Hari ini Sthira wanita tercantik di mata Raga.

"Akhirnya aku gak jadi pengemis lagi," ucap Raga dengan nada senang.

Sthira mengernyit. "Maksudnya?"

Raga menatap Sthira intens. "Sebelumnya aku mengemis." Dia menjeda ucapannya. "Mengemis kasih sayangmu."

Sthira tersenyum sembari memukul tangan Raga. "Ternyata senjata gombalan kamu masih ada."

Mereka berdua tertawa, tanpa adanya rasa beban. Semua orang yang ada di sini juga bahagia apalagi melihat komandan Aditya yang  terharu akan melepas tanggung jawab sebagai ayah walaupun sebenarnya ayah angkat.

Sthira tidak merasa Aditya ayah angkat, dia menganggap Aditya sebagai pahlawan dalam hidupnya, jika saja dulu dia tidak bertemu dengannya mungkin Sthira sekarang menjadi gelandangan.

Cerry duduk bersama Praya dan Dion, dia sangat lucu dan ceria, ternyata keinginannya terkabulkan. Kini Sthira memiliki tanggung jawab baru dia harus bisa mendidik Cerry dengan baik layaknya anak kandung sendiri.

Beruntung dalam pernikahan itu mendapat kesan bagus dari semua orang kecuali Dimas, dia tidak menghadiri pernikahan Sthira. Sthira memaklumi itu, dia juga tidak mau membuat Dimas tidak enak.

Bahkan Praya juga merasa bahagia akhirnya ada seorang wanita yang mau mendidik Cerry dengan baik, Praya sadar betul bahwa dia bukan ibu yang baik bagi Cerry.



TBC ...

Sthira Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang