Believe Me Part.1

446 39 11
                                        

Bunyi suara lonceng terdengar ketika seorang pelanggan membuka pintu toko kue sekaligus kafe yang terletak di daerah Ansan.

"Hai... seperti biasa, satu buah donat coklat."

Seorang pria berbadan tambun, berbicara pada pelayan pria, bertubuh kurus yang bertugas dibelakang konter sekaligus merangkap menjadi kasir.

"Ini pesanan mu, Tuan..." Pria bertubuh kurus tersebut menyerahkan sebuah donat coklat, diletakkan diatas piring kaca kecil.

"Sepertinya donat kali ini agak berbeda?" ucap pria itu sembari memperhatikan donat yang kini sudah berpindah ke tangannya.

"Itu donat khusu untuk diet." pria bertubuh kurus menjelaskan sembari tersenyum.

"Ok, baiklah..."

Pria bertubuh kurus itu kembali melanjutkan pekerjaannya. Membersihkan meja kasir yang terdapat lelehan krim, lalu setelahnya mulai mematikan lampu karena pria bertubuh tambun tadi adalah pelanggan terakhir.

"Soobin, bisakah kau besok bekerja lembur?" tanya manager toko kue tersebut yang kini tengah sibuk menghitung uang dari mesin kasirnya.

"Baiklah..." ucap pria kurus bernama Soobin itu.

"Terimakasih, dan sampai jumpa besok."

Soobin berjalan meninggalkan toko. Dia mengambil sepedanya yang terparkir di halaman depan toko dan mulai mengayuh kendaraan roda dua tersebut.

Sembari mengayuh sepeda usang nya, Soobin, kembali mengingat kejadian yang menimpanya semenjak ia pindah ke kota ini.

Seorang pria bertubuh tinggi, berkulit ten membuka pintu kamar Soobin. Pria itu mendekat ke ranjang dan mulai melepaskan tali pinggangnya.

Soobin yang terlelap bangun ketika merasakan kehadiran seseorang. Dia tidak terlalu terkejut mendapati pria itu kini tengah membekap mulutnya dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya memegang ikat pinggang.

"Sstt..." Pria itu meletakkan jari telunjuk nya yang bebas di depan mulutnya.

Dan Soobin yang merasa ketakutan hanya bisa pasrah ketika pria itu mulai melecehkan nya lagi.

Soobin tersadar dari lamunannya ketika ia menyadari bahwa jalanan disekitar terasa sangat sunyi. Ya dia pulang cukup larut malam ini. Jam saat ini sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

Tak jauh darinya Soobin melihat sebuah mobil sedan hitam terparkir di pinggir jalan. Firasat nya mengatakan bahwa dia harus mengayuh lebih cepat.

Ketika Soobin melewati mobil itu, dia sempat memperhatikan sekilas. Mobil tersebut tampak  mencurigakan. Tapi segera Soobin menepis pikiran-pikiran buruk dari kepalanya dan mulai mengayuh sepedanya dengan sekuat tenaga.

Sedikit lega ketika Soobin sudah sampai dipekarangan rumah milik neneknya yang terlihat cukup besar dari pekarangan dirumah ibunya.

Namun ada satu hal yang mengganjal dan membuatnya merasa berat untuk memasuki rumah tersebut.

Soobin berdiam diri sejenak. Ragu untuk meraih gagang pintu. Berselang beberapa detik, pria kurus itu menarik napas dalam-dalam, dan, perlahan dia memasukkan beberapa angka kemudian masuk setelah pintu terbuka.

***

Keesokan harinya Soobin sedang berada di kamar dan duduk dimeja belajar, menulis sesuatu di selembar kertas. Setelah selesai, dia memasukkan kertas tersebut kedalam amplop bewarna pink pastel dan menyimpannya di laci.

Pria kurus berkulit putih susu itu melangkah keluar menuju dapur.

"Soobin, ada telpon dari adik mu." Wanita paruh baya yang berstatus neneknya Soobin berucap dengan nada datar. Wanita tua itu sepertinya tampak sibuk dengan adonan kue miliknya.

CasualeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang