Ku kira awalnya jatuh cinta itu menyenangkan, sebelum pada akhirnya aku sadar itu adalah sebuah awal dari penderitaan yang tak berujung.
Cinta ku pada Yeonjun membuatku bodoh hingga kehilangan akal sehatku, dan menyerahkan segalanya yang ku punya untuknya.
"Akhh... Yeonjun hyung, jangan disi—mphh...!" Yeonjun kembali menciumi bibir Soobin tanpa mendengar apa yang ingin pria itu sampaikan. Bahkan tangannya sudah masuk ke dalam sweater milik kekasihnya itu— mengelus pinggang Soobin dengan sentuhan kupu-kupu.
Seperti inilah kepribadian seseorang yang mengidap paranoid. Kecenderungannya yang tidak bisa berpikir dengan logis, membuat Yeonjun nekat melakukan apapun demi membuktikan argumentasinya.
Soobin awalnya tidak menyangka bahwa orang yang kini hampir setahun ini menjadi kekasihnya itu mengidap gangguan jiwa.
Awalnya Yeonjun terlihat seperti kebanyakan orang normal pada umumnya.
Namun suatu hari, ketika hubungan mereka sudah menginjak satu bulan, Yeonjun mulai memperlihatkan gejalanya.
Dimulai dari kecemburuan yang tidak jelas— hingga membuatnya nekat menculik Soobin dari apartemennya dan mengurung pria itu dirumah besar miliknya selama hampir dua minggu— bahkan saat ini Yeonjun dengan tanpa rasa malunya mencium Soobin saat mereka masih berada dikelas dengan disaksikan banyak pasang mata.
Jangan tanyakan 'mengapa mereka tidak memilih keluar?' Karena Yeonjun memaksa mereka untuk tetap tinggal dan menyaksikan— sekaligus peringatan tentang hukuman apa yang akan diberikannya pada simanis nya jika salah satu dari mereka ada yang berani mendekati— apalagi sampai mengajak Soobin pergi.
Kali ini apa lagi salah ku Yeonjun?
Soobin berkali-kali memukul— pelan dada Yeonjun. Pertanda ia mulai kehabisan napas, juga karena dia ingin Yeonjun mengakhiri perbuatan gilanya ini.
Yeonjun akhirnya melepas pagutan bibir mereka. Pria itu menatap tajam manik kelam milik Soobin.
"Kemana saja kamu kemarin, Bunny?"
Tangan Yeonjun mencengkeram pipi Soobin, walaupun nada bicara Yeonjun terdengar sangat halus, tapi Soobin tahu bahwa pria itu sedang dalam keadaan tidak baik.
"A-aku... aku kemarin harus menemani Ryujin ke perpustakaan, Njun. Bukan kah aku sudah memberi tahu mu?"
"Ya, kamu memang memberi tahu ku. Tapi aku tidak mengatakan aku mengizinkan mu, bukan..."
Sebuah seringaian terbit dari sudut bibir Yeonjun, membuat Soobin semakin ingin menangis.
"Ma–maafkan aku, Njun..." Cicit Soobin dengan suara yang menahan tangis.
Yeonjun sedikit melonggarkan cengkraman nya pada pipi Soobin. "No, no, no.... Jangan menangis sweet heart. Kamu tahu kan aku benci ada air mata yang keluar selain saat kita berada di ranjang?!" Ucapnya lagi sarkas.
Soobin menggigit bibir bawahnya. Sebisa mungkin ia mencoba untuk menahan tangisannya— sekaligus mengendalikan dirinya yang kini merasa malu karena kalimat Yeonjun yang terlalu vulgar itu di hadapan banyak orang.
"Yeonjun, bisakah kita berbicara di tempat lain?" Soobin mengelus punggung tangan kekasihnya itu. Berharap Yeonjun mau mendengarkan nya.
"Loh, kenapa dengan disini sayang....? Aku hanya ingin membuat mereka mengerti tentang hubungan kita."
Yeonjun kembali mencengkeram kuat pipi Soobin. Membuat pria cantik itu sedikit meringis.
"Atau kamu mau berbicara dirumah ku, Baby?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Casuale
Fanficberisi oneshoot atau short story BXB area! Seme? Suka-suka authornya 😊 Soobin-bott! Bisa Mpreg