★彡 22: Bajaj Merah dan Planetarium

670 110 6
                                    

Jem jangan aneh (7)

Haidar: eh gue ada ide

Rendi: g

Jevon: g

Jem: g

Chendra: g

Jiwa: g

Haidar: asu

Haidar: dengar dulu lah

Jevon: pasti sesat

Haidar: cabut yuk

Chendra: tuh kan

Chendra: tapi gas

Jem: sadar bego mau ujian bentar lagi

Jem: tapi ayo dah suntuk gue

Jiwa: gapapa nih?

Rendi: sejak kapan cabut gapapa

Rendi: yang namanya cabut mana boleh

Rendi: tapi gas ah males ngebaca buku

Haidar: ye tai

Haidar: gue tunggu di taman belakang

Jiwa meletakan ponsel di sakunya. Dia mengangkat tangannya dengan sedikit ragu. Sang guru pun menoleh.

"Kenapa, Jiwa?" tanya bu guru.

"Saya izin ke kamar mandi, bu" kata Jiwa.

"Oh, iya boleh Jiw" kata sang guru sambil melanjutkan sesi belajar. Jiwa mengangguk lalu berjalan keluar dari kelas. Jantungnya berdegup 100 kali lebih kencang dari sebelumnya. Matanya melihat sekeliling koridor waspada. Hingga akhirnya ia sampai ke taman belakang, lokasi titik kumpul mereka.

"Nah, udah lengkap" Haidar membuka suara begitu Jiwa datang.

"Nanti, lo pada pegang ini, terus keluar satu-satu. Alasannya mau fotokopi" kata Haidar sambil memberikan kertas dengan steples untuk masing-masing orang disana.

"Ini apa?" tanya Jem.

"Kertas latihan soal gue pas kelas 10. Daripada gak kepake, ini bisa jadi alasan buat madol" kata Haidar sambil melambaikan kertas-kertas itu.

"Nanti bilang ke Pak Agus kalau kita mau fotokopi ini. Bilang mau fotokopi buat seangkatan jadi gak bisa nitip. Terus bilang juga harus kita sendiri yang fotokopi, gak boleh diwakilin" kata Haidar lagi.

"Ginian aja cepet, urusan belajar lemot" sindir Jevon.

"Ya udah. Kita mulai ya? Inget yang terpenting kita keluar sekolah dulu" kata Haidar.

Mereka berenam pun berjalan beriringan membawa kertas di tangan masing-masing. Jiwa sangat takut. Tapi dia yakin dia tidak bisa mundur. Akhirnya mereka berenam pun sampai di pos satpam.

"Mau kemana?" tanya Pak Agus, satpam sekolah mereka.

"Eh, anu... mau bol—oh, mau fotokopi ini, pak" kata Jevon, Haidar refleks menyenggol Jevon.

"Nggak bisa nitip ke satu orang aja?" tanya Pak Agus.

"Kagak, pak. Satu orang ngefotokopi buat seangkatan. Takut gak pada bisa bawa" kata Jem dengan tenang.

"Wah, kalau nak Jem ngomong begitu sih, ya sudah deh. Ati-ati ya" kata Pak Agus sambil membuka gerbang.

"Iya, siap pak! Nanti kita bawain kopi serenceng deh" kata Haidar.

"Siapppp" kata Pak Agus.

Keenam laki-laki itu kini berada di luar sekolah. Menatap kebingungan jalan raya yang ramai.

homeboy [nct dream]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang