Jiwa mengetuk-ngetuk pulpennya seraya menghitung. Matanya sesekali melirik jam yang ada di dinding kelas.
"Lima puluh enam" bisik Jiwa pelan. Jiwa mengamati jarum panjang di jam yang sedikit lagi menyentuh angka 12.
"Diperiksa lagi jawabannya!" seru sang pengawas. Jiwa tidak takut. Dia sudah memeriksa kertas itu berulang kali semenjak ia selesai. Lagipula Jiwa mampu menjawab semua jawaban yang tertera di kertas ujiannya.
"Lima puluh delapan" bisik Jiwa pelan.
"Jangan sampai ada yang belum dijawab" sang pengawas sesekali melirik jam tangannya.
"Enam puluh" ujar Jiwa. Tepat setelah Jiwa mengatakan enam puluh, bel berbunyi kencang menandakan ujian telah selesai.
"Ya! Silahkan kumpulkan kertas ujiannya!" kata pengawas tadi. Seisi kelas langsung riuh. Ada yang buru-buru mengumpulkan, ada yang masih mencuri kesempatan untuk mengerjakan, dan lain sebagainya.
"Ok. Karena sudah kumpulin semuanya, kalian boleh pulang. Semoga kalian mendapat hasil yang terbaik. Selamat semuanya!" kata sang pengawas sambil tersenyum.
"Terima kasih, Buuu" sorak seluruh kelas.
Reaksi seluruh murid berbeda-beda. Ada yang bersorak senang karena ujian telah selesai, ada yang menunduk meringis karena tidak bisa mengerjakan soal, dan lain sebagainya. Kalau Jiwa sendiri memilih senang karena akhirnya ujian sudah selesai. Sekarang ia tinggal menunggu pengumuman apakah ia diterima di Universitas yang ia inginkan.
"Jiwa?" Jiwa menoleh begitu teman sekelasnya memanggil namanya.
"Eh, iya?" Jiwa menghentikan kegiatannya.
"Kamu nanti dateng ke prom gak?" tanya temannya.
"Enggak" kata Jiwa sambil tersenyum kecil.
"Eh? Dateng aja! Kamu dapet undangannya, kan? Gak papa kok kalau gak bawa gandengan!" kata teman sekelasnya.
"Enggaaaak. Emang enggak bisa dateng ajaa. Makasih yaa udah ngajakin" kata Jiwa sambil tersenyum simpul.
"Oh gituu, ya udah deh. Selamat ya udah lulus, Ji!" kata teman sekelasnya.
"Iyaa, lo juga. Duluan yaa" kata Jiwa sambil mengangkat tasnya.
Sebenarnya Jiwa tidak datang di acara Prom bukan karena tidak diundang, dirundung, atau sejenisnya. Jika Jiwa ingin datang, tentu saja Jiwa bisa datang karena dia punya undangan. Tapi beberapa hari yang lalu, Haidar mengajak Jiwa untuk merayakan kelulusan hanya berenam dengan teman-temannya di basecamp mereka.
"Nah, akhirnya kelar juga ujian" kata Chendra begitu melihat Jiwa keluar kelas.
"Gimana, Jiw? Bisa?" tanya Rendi.
"Amannnn" kata Jiwa sambil mengacungkan jempolnya.
"Asikk. Udah belajar mah bedaaaa" kata Jem.
"Iya lah, emangnya lo" tanya Haidar.
"Ngasal. Gue belajar, lah!" kata Jem.
"Btw, itu kenapa si Jevon uring-uringan?" tanya Jiwa bingung.
"Oh itu, si Shea katanya dateng Prom sama crushnya, terus curhat minta saran gaunnya sama Jevon wkwkwk" kata Chendra.
"Diem lu!" Jevon menoleh sebentar lalu kembali uring-uringan.
"Lagian kenapa pada gak mau dateng prom sih?" Chendra bingung.
"Emang lo ada gandengan?" tanya Haidar.
"Ya kagak sih, tapi kan gak papa gitu loh" kata Chendra.
"Nggak, gue takut aja" kata Haidar.
"Takut apaan lagi..." ujar Rendi pelan seraya menenteng tasnya. Keenam orang itu kini sedang berjalan keluar dari gedung sekolah, menuju basecamp seperti kesepakatan yang mereka buat beberapa jam sebelum ujian mata pelajaran terakhir dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
homeboy [nct dream]
Fanfiction"kalau gue bangun nanti, kalian harus janji jangan kemana-mana, ya?" "ngomong apa sih lo, cringe banget gila HAHAHAHAHAHAHAHA" ☆彡 kisah ini menceritakan tentang Jiwa, remaja SMA kelas 12 dan teman-temannya yang rusuh abis. ☆彡 warning : harsh words...