★彡 1: Jiwa dan Lima Orang Aneh

3.1K 284 5
                                    

"Jiwa pulang"

Sebuah suara pelan lirih memenuhi seisi rumah. Seorang remaja laki-laki dengan kacamata bertengger di hidungnya melepas sepatunya lalu menaruhnya di rak sepatu. Seorang perempuan berumur sekitar 40 tahunan langsung buru-buru berlari dari dapur menghampiri remaja laki-laki yang baru pulang itu.

"Jiwa udah pulang? Gimana hari ini di sekolah? Ada apa hari i-" perempuan itu memberi jutaan pertanyaan untuk menyambut Jiwa. Tapi sebelum kata-katanya selesai, perempuan itu syok sekaligus terkejut melihat remaja laki-laki di hadapannya itu.

Kondisi remaja laki-laki itu, sangat parah. Kacamata yang retak, baju kotor penuh bekas tendangan, rambut acak-acakan (padahal saat berangkat sekolah remaja itu sangat rapih), dan wajah serta lengan dipenuhi luka.

"Jiwa kenapa?" tanya perempuan itu kaget dan panik. Remaja laki-laki bernama Jiwa itu tersenyum sangat manis seolah semuanya tidak ada apa-apa.

"Gak papa, tante. Jiwa tadi jatoh, ceroboh, kayak biasanya" kata Jiwa.

"Jiwa, kamu tau kamu udah tante anggap anak sendiri, jadi Jiwa... kalau ada apa-apa tolong-"

"Nggak ada apa-apa, tante. Jiwa baik-baik aja. Udah, ya? Jiwa mau mandi dulu. Capek nih, hehe" kata Jiwa sambil berlalu pergi menuju tangga, sementara perempuan tadi tau bahwa keponakannya itu tidak pernah baik-baik saja.

☆彡

Jiwa sedaritadi sibuk menulis sesuatu di bukunya. Dia belajar setiap malam. Biasanya dia menulis catatan, lalu akan dia baca ulang di rumah, karena di sekolah dia tidak mungkin melakukannya lantaran kadang-kadang ada anak 'jahil' yang suka menariknya setiap istirahat. Pintu kamar Jiwa tiba-tiba terbuka, menampilkan Mark, kakak sepupu Jiwa, berdiri di depan pintu dengan wajah marah.

"Gue udah bilang, Jiw. Kalo ada apa-apa ngomong. Gue alumni sekolah lo. Mereka tau gue. Mau sampai kapan lo diginiin terus, Hah?!" Mark geram.

"Gak papa, bang. Gue masih tahan kok" kata Jiwa.

"Mama, Papa, sama gue khawatir sama lo. Tiap pulang sekolah babak belur. Tunggu tanggal mainnya aja. Pokoknya kalau lo nggak bisa selesain mereka, gue yang turun tangan" kata Mark.

"Gue bisa tanganin sendiri, bang" kata Jiwa.

"Dari kelas 10 lo ngomongnya itu doang. Sumpah, gue merasa bersalah ngeliat lo hidup 3 tahun di sekolah itu dibully terus" kata Mark.

"Nanti ada saatnya gue bales, bang" kata Jiwa tenang.

"Kapan, Jiwa?! Kapan?! Selama ini lo cuma bilang mau belajar biar sukses terus-terusan biar bisa balas dendam. Selama itu juga lo masih terus dipukulin. Gue alumni sekolah itu, Ji. Gue merasa bersalah liat lo kayak gini. Dari kecil sampai sekarang gue sedih liat lo" kata Mark geram.

"Jangan merasa bersalah kalau gitu. Lo udah bantu gue banyak, tanpa lo, gue gak bakal bebas dari rumah lama gue. Udah, ah! Lo manggil gue buat makan kan, bang? Ayo, makan" kata Jiwa yang kemudian berdiriri lalu menepuk bahu Mark meninggalkan Mark di kamar Jiwa yang rapih itu sendirian.

☆彡

Pagi harinya, Jiwa terbangun karena alarm yang ada di nakas di sebelah kasurnya, matanya langsung terbuka lebar, kepalanya pusing, padahal dia tidak tidur terlalu malam. Kenapa bisa? Ah, mungkin karena kemarin ada pukulan benda, entah apa itu, di kepalanya. Rasanya Jiwa mau lanjut tidur saja, dia tidak mau sekolah, tidak mau memulai hari yang sama.

"Jiwaaa... lo udah bangun kannnn??" suara Mark terdengar dari luar membuat Jiwa langsung sadar sepenuhnya.

"Udah udah, bang. Ini otw mandi" kata Jiwa sambil bangkit.

homeboy [nct dream]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang