Perkara makanan pedas 2

15 12 0
                                    

" Ku ingin cinta hadir untuk selamanya bukan hanyalah untuk sementara menyapa dan hilang terbit tenggelam bagai pelangi yang indahnya hanya sesaat."

HIVI - PELANGI

Kini aku dan Nando sedang duduk berdua disebuah warung seblak yang terkenal di daerah ku, konon katanya seblak ini seblak yang pertama kali ada disini seperti semacam pelopor gitu.

Kami duduk lesehan disebuah  gazebo yang tersedia di sini. Memang restoran seblak ini mengangkat tema sunda ya karena seblak berasal dari bandung sih wkwkwk.

Gazebo yang kami duduki sekarang berada di atas sebuah persawahan yang jika roboh maka kami akan langsung jatuh kebawah dengan berlumuran lumpur.

Di tiang-tiang gazebo terdapat sebuah tulisan "pacarnya gak suka seblak? Putusin!" Kurang lebih seperti itu masih banyak sih seperti quotes-quotes yang mendukung kami para cewek pecinta pedas untuk datang kesini.

"Sadis banget ya tulisan di tiangnya hahah." Ucap Nando yang ku angguki.

Memang sadis sih masa gara-gara cowoknya gak suka seblak dan pedes langsung putus kan gak estetik pas ditanya "kenapa bisa putus" terus jawabannya "karena cowoknya gak suka seblak." Apa kata pasangan beda agama yang mereka bertahan padahal beda kepercayaan bukan beda kesukaan.🙈

Oh iya tadi sebelum kami duduk disini sudah pesan terlebih dahulu jadi tidak menunggu lama setelah kami duduk seblaknya pun datang, hari ini tidak begitu ramai karena memang week day biasanya banyak yang lebih memilih order lewat ojek online daripada datang langsung.

Di depan ku sudah terdapat dua mangkuk seblak dengan level kepedasan yang berbeda, Nando dengan pedas sedang cenderung tidak pedas sedangkan aku level pedas banget.

Warna merah pada seblak membuat lambung ku bergejolak, mata ku terpanah untung saja liur ku tidak keluar, segera ku beri tambahan toping berupa pilus dan tidak lupa ku beri perasan jeruk nipis.

Saat aku ingin menyendokan seblak tiba-tiba saja Nando menghentikannya dengan gerakan cepat. Menggantikan mangkuk ku dengan mangkuk nya.

"Lu makan punya gw gada penolakan!" Seru nya tanpa menerima penolakan dari ku.

"Tapi punya lu warnanya gini banget Nan, kayaknya gak enak deh." Jawab ku dengan bibir maju seperti bebek.

"Ekspresi lu biasa aja, jelek tau! Lagian mau lu nangis darah pun gak gw kasih." Nando tetap kokoh pada pendiriannya.

"Kok lu jahat sih, gw kan gak suka seblak yang warnanya macem sop emak gw." Ujar ku masih dalam mood ngambek, sebenarnya warna seblak ini tidak se pucat itu aku hanya berdrama saja.

"Gada Yas, tadi disekolah lu makan bakso pedes sekarang seblak mau pedes juga, kasian lambungnya." Jelas Nando mengingatkan ku kejadian tadi disekolah.

Memang sehabis sekolah tadi Nando menjemput ku dan awalnya kami berhenti di restoran siap saji berlogokan kakek-kakek, cuma aku bernegosiasi dengannya agar makan seblak saja, alhasil aku menang tapi akhirnya malah seperti ini.

"Yaudah serah lu deh." Final ku sambil menghentakkan sendok yang ku pegang kedalam mangkuk.

Akhirnya kami memakan seblak yang tadi sudah ditukar, aku yang memang suka sekali kepada seblak sangat menikmatinya apalagi pedas sedang ini yang tidak membuat bibir ku terbakar.

Bukan CLBK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang