17. Salting ga tuh

391 31 2
                                    

Di sinilah mereka, Azzam dan Raina di rumah besar milik Azzam. Setelah beberapa drama di pos satpam dan di dalam mobil

"Eh den udah pulang, ini siapa den?" Terlihat seorang wanita paruh baya yg menghampiri mereka.

Ga banyak yg manggil Azzam gus dan menangis dgn panggilan Azzam, kalau di Jakarta Azzam lebih di kenal dengan nama Fahri, jadi ya gitu

"Nama saya Raina buk" Balas Raina dengan sopan, sedangkan yg di tanya tdi hanya diam

"Mulai sekarang dia yg akan masak makan siang untuk saya, bibi boleh istirahat saat ada dia di sini"

"Eh gapapa den bibi masih kuat kok, kasian neng nya"

"Udah bi gapapa, rai bisa kok.."

"Itu sudah peraturan saya" Final Azzam masih dengan muka temboknya

"Iya den, yuk neng Raina bibi antar ke belakang" Tawar bibi tdi, Raina hanya menggunak dan akan pergi bersama bibi tpi Azzam bersuara lagi

"Saya tunggu 30 menit kalau masih belum selesai, kontrak itu hangus"

"Astaghfirullah tahan² deh ni mulut buat ngatain" Batin Raina, dengan senyum yang kurang ikhlas Raina menjawab

"Iya pak"

Di dapur, bibi yang Raina tau namanya itu bibi siti, banyak membatu Raina. Walaupun gadis itu sudah menolak agar bibi itu bisa istirahat namun bi siti tetap kekeuh ingin membantu

"Bibi udah berapa lama kerja di sini? " Kata Raina mulai pembicaraan

"Bibi mah udah lama kerja di sini neng, tapi waktu itu den Fahri sekolah di luar negri, bibi ketemunya waktu si aden selesai study nya dulu" Raina hanya membalas perkataan bi siti dengan ber oh ria

"Neng Raina mau masak apa emangnga?" Tanya bi Siti, Raina tampak berfikir sejenak

"Umm yang simple dulu aja kali ya bi, soalnya sekarang baru makan siang, jadii saya masak oseng buncis sma ayam geprek aja" Sebenarnya itu menu kesukaan Raina, biarin deh si Azzam suka atau engga yang penting Raina sudah buat makanan untuknya

"Waah oseng buncis si aden doyan tuh neng" Perkataan bi Siti tdi lantas membuat Raina kaget

"Lah samaan dong, jodoh ni jangan² eh Raina sadar udh punya calon juga, maaf ya gus Azzam" Raina sedikit meringis mengingat dia baru saja di lamar beberapa hati yg lalu

Sambil asik memasak bi Siti dan Raina berbincang banyak

"Neng Raina udah kenal si aden dari kapan?"

"Baru juga kemaren bi, sebenarnya ini salah satu syarat biar pak Fahri tanda tanganin kontrak kerjasama aja bi"

"Tapi tumben tau neng, biasanya yg ke sini itu cuma den Reno, si aden ga pernah bawa perempuan atau orang² sembarangan ke rumah"

"Oh ya bi?" Bi Siti lantas mengangguk

"Ini juga ke sini karna pgn buat makan siang bi, buka jdi tamu" Lantas para wanita beda usia itu tertawa bersama

Tak terasa makanan mereka akhirnya selesai, dan sekarang waktunya Azzam harus keluar dari sangkarnya hehe

"Neng Raina aja yang panggil si aden ya, bibi ada urusan di belakang"

"Ta-tapi bi, saya ga tahu" Lantas bi Siti menuntun Raina ke arah tangga

"Naah neng Raina tinggal naik tangga, dan ada pintu yg cat hitam itu kamar si aden"

"Bi" Panggil Raina lagi tpi bi Siti sudah tdk ada

Raina menaiki tangga panjang itu, rasanya deg-degan ga tau kenapa, udah kaya mau sidang aja

Tok tok tok

Azzam mendengar ketukan pintu kamarnya, dia sudah tau siapa yg mengetuk pintu, soalnya dia udah sekongkol sma bi Siti untuk buat Raina yg menemuinya di kamar

"Siapa?" Sahut Azzam dari dalam kamar

"Saya pak, makanannya sudah siap" Tiba² pintu kamar terbuka dan memperlihatkan wajah tampan sang penghuni kamar


Melihat Azzam yg keluar dgn baju rumahannya lantas membuat Raina melongo cukup lama

"Lah? Apa²an ini, di mana muka garang dan dingin itu? Ini mah beda bgt sma pak fahri yg tdi. Ya Allah jangan salahin aku klw jdi punya niat terselubung ke sini" Batin Raina

"Astaghfirullahalazim" Raina yg tersadar dari kekagumannya itu lantas menggeleng² kan Kepalanya

"Kenapa kamu?" Tanya Azzam yg sedari tdi memperhatikan gerak gerik Raina

"E-engga pak, ma-makanannya sudah siap" Raina merutuki mulutnya yg entah kenapa tiba² jadi gagap, perlu kalian tau sekarang daya kerja jantungnya dua kali lebih cepat dari biasanya.

Azzam hanya membalas dengan deheman andalannya dan berjalan meninggalkan Raina di sana, Raina yg sadar kalau di tinggal pun langsung lari menyusul Azzam

Azzam sudah duduk di kursi meja makan, dan melihat menu yg di masak Raina, seketika senyumnya terangkat tipis, sagat tipis.

"Dari mana dia tau kesukaan ku? Bi Siti yg bilang kah? Kayaknya engga"

"Pak?" Melihat Azzam yg diam Raina merasa takut, lagi

"Maaf ya pak cuma seadanya, takutnya nanti ga habis, kan cuma bapak yg makan. Nanti mubazir" Jelas Raina yg makin lama makin kecil suaranya

"Siapa bilang saya sendiri" Kata Azzam seraya menatap Raina yg menunduk

"Ya siapa lagi, bi Siti lagi di belakang bapak mau ada tamu emang?"

Ingin rasanya Azzam menjitak kepala calon istrinya ini, tamu? Dia emang buka tamu. Di kita Azzam tega suruh dia masak tpi tdk makan makanan yg di buatnya itu

"Ck duduk" Raina yg mendengar perintah Azzam pun hanya mematuhinya saja

"Ambilkan nasi saya dan untuk kamu sendiri"

"Lah? Saya juga ikut makan?" Jengkel sendiri sma ke telmian Raina

Azzam hanya memandang dingin ke Raina dan gadis yg di pandang itu hanya memperlihatkan deretan giginya "hehe"

Azzam perlahan memakan makanannya, dan merasakan perbedaan masakan Raina dan bi Siti. Dia akui masakan Raina enak dan dia suka, lantas dia melanjutkan aktifitas makannya

"Gimana pak, Enak?" Jujur walaupun Raina bisa masak namun dia hanya bisa masak beberapa menu saja, dan selama ini dia masak hanya untuk dirinya sendiri jadi, itu sesuai seleranya saja

Tdk ad jawaban dari Azzam, tak lama kemudian Azzam menyelesaikan aktifitas makannya, Raina pun sama dia ingin mengambil piring Azzam namun terhenti karna perkataan Azzam

"Masakan mu enak, saya suka" Itu memang jujur dari hati Azzam, dan yg di puji pipinya sudah merah seperti tomat, jangan lupa dengan tingkah salting nya yg ga karuan

"Ma-makasih pak" Azzam hanya membalas dengan anggukan kecil

Raina sekarang sedang mencuci piring, dan dari tdi jantung nya ga berhenti berdegup bahkan klw ada orang di sini, bisa² orang itu mendengar degupan jantung Raina

Azzam? Dia lagi siap² untuk mengantar Raina ke rumahnya, dia ga ke kantor lagi, malas katanya

"Dia lucu dengan senyuman itu, menggemaskan" Seketika Azzam tersenyum mengingat reaksi Raina setelah dia memuji masakan gadis itu tdi



Tbc...

Hayiii aku double up hehe. Suka ga sma cerita ini? Kalau suka jgn lupa vote and komen ya, apa aja biar aku bisa semangat buat lanjutin kapal Azzam dan Raina

Semoga kalian suka yaa
Luvv banyak² buat readers

21 juni 2021












Jodoh Dari AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang