Chapter 10. Royale Hotel +

8.7K 108 4
                                    

***

Rasanya seperti mengambil langkah ke dunia yang berbeda. Begitu Stela turun dari taksi, dia mendapati dirinya dikelilingi oleh kemewahan berkelas yang dimaksudkan untuk mereka yang kaya dan berkuasa dan tentu saja Akalanka memiliki keduanya.

Royale hotel cukup populer dan hotel termahal di New York yakni sekitar 700 juta per malam harga yang fantastis bukan. Satu malam saja bisa membuat Stela bangkrut seumur hidupnya. Stela terkagum-kagum akan tempatnya ia tidak menyangka akan menginjakkan kakinya di hotel tersebut. Gaun merah cerinya terlihat murahan dibandingkan dengan sutra, permata berkilau, dan mantel bulu yang dikenakan beberapa wanita di bahu mereka dengan bangga.

Dengan gugup, Stela menyesuaikan jaketnya, perlahan-lahan berjalan ke lobi yang mengesankan.

"Nona Dawson?" Sebelum dia mencapai meja depan, seorang pria berjas hitam dengan label nama bertuliskan Felix, mendatanginya.

"Y-ya?" Stela berdehem, sedikit terkejut dengan namanya yang tiba-tiba diucapkan oleh orang asing.

Felix tersenyum palsu memperlihatkan giginya yang putih hanya untuk tujuan menyenangkan klien. 

"Tuan Gabino menunggu Anda. Silakan ikuti saya." Felix tidak menunggu tanggapan Stela. Dia hampir tidak peduli akan tanggapannya, Felix hanya berjalan menuju lift.

Stela dengan cepat menyusulnya dari belakang, sepatu hak tingginya berdenting di lantai marmer. Dalam lift Stela masih merasa canggung, Felix sekali lagi memberinya senyum menyeramkan itu. 

"Kamar 782." Dengan gerakan kaku dari lengannya dia menunjukkannya keluar dari lift. Senyum palsunya tampak pudar ketika Stela keluar dari lift dan berjalan menuju lorong.

Wanita muda itu menghela napas pelan, matanya mengamati setiap nomor di pintu.

782...782....

Akhirnya dia melihat pintu yang benar, dan langkahnya terhenti.

Jari-jarinya yang kaku mengepal ujung gaunnya erat agar tangannya tidak gemetar. Ini bukan seperti yang dia bayangkan, dia berharap pengalaman pertamanya akan menjadi romantis dan dengan seorang pria yang dia sukai. Saat ia terlahir di dunia ini dia tidak pernah membayangkan bahwa keperawanannya akan dijual kepada bos mafia.

Paru-parunya penuh dengan udara. Stela menahan napasnya dan mengetuk pintu kayu dengan buku-buku jarinya. Ia tidak mendengar respon apapun dalam beberapa menit.

Salah kamar? dia memang mengatakan 782 .- Pikir Stela

Saat kebingungan mulai terlihat di wajahnya, pintu terbuka. 

"07.40 kamu pintar untuk tidak terlambat, cantik." Akalanka berdiri di ambang pintu, untuk pertama kalinya ia berpakaian santai. Dia mengenakan kaos hitam polos dan celana jeans warna senada. memperlihatkan lengannya yang berotot, bagaimanapun pakaiannya ia selalu terlihat menawan.

"Aku tidak suka terlambat." Stela menjawab dengan takut. Kenapa setiap kali dia menatap matanya yang intens itu, lututnya menjadi lemas?

Sesuatu yang mirip dengan seringai miring muncul di bibirnya yang tipis. Akalanka menyingkir, ia mempersilahkan Stela masuk ke dalam ruangan yang bergaya suite itu. Matanya terpaku pada tempat tidur berukuran king size besar.

Seluruh ruangan terasa seperti milik seorang raja. Permadani ungu terpasang di lantai seolah-olah dibuat dari benang terbaik, dan dindingnya di cat dengan warna emas. Stela merasakan gumpalan ketakutan dalam tubuhnya. Dia bisa mendengar langkah kaki Akalanka perlahan mendekatinya dari belakang, tetapi Stela tidak berani untuk melihatnya.

AKALANKA : Soul Destroyer [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang