Perpindahan Raya Ke Pelita Bangsa

16 7 9
                                    

Suara sepatu pantofel seorang gadis membuat fokus perhatian para siswa di SMA Pelita Bangsa teralihkan. Gadis yang mengenakan seragam sekolah elite di kota Jakarta itu sukses membuat para pemuda berdecak kagum karena kecantikannya.

Langkahnya yang gemulai membuat beberapa siswa tersihir dan tanpa sadar mengikutinya dari belakang. Semuanya tampak baik-baik saja sebelum akhirnya gadis cantik itu menyadari bahwa ia sudah cukup menyita perhatian.

Keningnya mengernyit heran karena semua mata tertuju padanya, ia mulai melihat setelan bajunya. Barangkali ada yang salah dengan penampilannya.

Namun, ia tak menemukan kejanggalan apapun pada dandanannya kali ini. Dengan menghela napas lirih, ia segera memutar tubuhnya membuat beberapa siswa yang masih mengekor di belakangnya terpaksa menghentikan langkah mereka.

"Kalian kenapa ngikutin gue? Emang ada yang aneh ya?" Suara melengking dari gadis cantik itu, rupanya membuat Jagad dan Angkasa yang kebetulan berada di lorong sekolah menoleh ke arahnya.

"Raya!" teriak kedua pria yang berbeda kepribadian itu dengan kompak.

Gadis dengan rambut panjang kecokelatan itu menoleh ke arah Jagad dan Angkasa yang memanggilnya. Raya memutar kepalanya dengan elegan sehingga membuat para pemuda-pemuda yang mengekornya mencium aroma wangi bunga dari rambutnya yang tersibak. Bahkan mata salah satu pemuda tertusuk ujung rambutnya dan memekik kesakitan.

"Aduh! Mata gue kecolok! Apakah artinya gue jodoh Mbak cantik ini?" gumam pemuda itu halu.

Raya tak acuh dengan pemuda yang matanya tertusuk rambutnya. Ia lebih memilih berlari menghampiri Jagad dan Angkasa.

"Untung gue ketemu kalian! Ruang guru mana, ya?" tanya Raya.

Jagad dan Angkasa sejenak terdiam melihat Raya memakai seragam sekolah mereka. Kedua pemuda yang sama-sama berparas tampan itu memperhatikan penampilan Raya dari atas ke bawah.

"Pakaian lo ketat amat? Terus rok lo apa nggak kependekan?" komentar Jagad dengan wajah kurang senang.

"Bagus-bagus! Gue suka gaya lo! Seksi dan ulala!" ujar Angkasa sambil memperagakan gerakan tangan seolah membentuk tubuh seorang wanita bak gitar Spanyol.

Pletak!

Jagad menjitak kepala Angkasa karena kesal.

"Dasar mesum! Otak lo cuci sono di londry!" bentak Jagad.

"Yang mesum sapa yang dituduh siapa? Padahal lo semalem abis mimpi ba—" Ucapan Angkasa terpotong karena kepalanya dijitak lagi oleh Jagad.

"Apaan sih! Kepala gue ini woy, lo kira-kira ngapa kalau jitak. Sakit banget tau!" pekik Angkasa seraya mengelus kepalanya berulang kali.

"Itu udah jitakkan teralus gue, biasanya yang habis gue jitak gitu. Kalau nggak amnesia ya gegar otak," seloroh Jagad dengan wajah datar, hampir tanpa ekspresi.

"Wah, sadis lo, Gad. Gue nggak nyangka, ternyata lo orang yang psikotes!" Angkasa berlagak mundur satu langkah, jaga jarak. Ia takut terkena kesadisan si cowok tampan itu.

Suara gelak tawa Raya sontak membuat para siswa yang masih terpesona oleh kecantikannya mendadak illfeel, gadis bermata hazel itu ternyata tertawanya mirip bapak-bapak ketika ngumpul di pos ronda. Keras dan menggelegar, sangat bertolak belakang dengan wajahnya yang cantik dan elegan.

Trio Jangkar [Mencari Jati Diri dan Cinta Sejati]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang