Sekolah Aneh

22 7 10
                                    

Setelah selesai sesi perkenalan Raya sebagai murid baru di kelas XI.IPS.3, suasana yang awalnya tenang kini berubah menjadi riuh karena siswa yang memang enam puluh persen lebih banyak cowoknya itu kini tengah bersorak senang.

"Raya, duduk di sebelah gue aja. Di sini kosong kok," ucap Charlie menawarkan kursinya untuk di duduki Raya.

"Eits, kagak bisa. Raya duduk di sini saja, ya. Di sini lebih nyaman, Aa' James akan menjamin keselamatan Nona Raya,"  sela James dengan menggeser tubuh Charlie, agar menjauh dari Raya.

Angkasa yang merasa kesal dengan sikap kedua temannya itu segera berdiri dengan tangan yang sengaja memukul meja dengan keras. Ia lalu berjalan mendekat ke arah Raya yang tampak tak nyaman dengan kedua sikap temannya. "Minggir!" bentaknya seraya berdiri di antara Charlie dan James.

Raya mendelik kaget saat melihat Angkasa yang tiba-tiba memegang pergelangan tangannya dengan kencang bak pahlawan kesiangan.

"Raya duduk di sebelah gue," ucap Angkasa seraya mengedarkan pandangan mengintimidasi ke arah dua cowok sok ganteng, tapi culun—Charlie dan James.

Raya yang merasa tak nyaman pun langsung melepaskan genggaman tangan Angkasa sambil menatap Jagad yang cuek-cuek saja duduk di kursinya.

Gad! Tolongin gue ngapa? Lagian elo pake acara pindah ke sekolah aneh macam gini, batin Raya seolah mengirim telepati ke sahabat sejatinya itu.

"Eh! Kok elo lepasin tangan gue? Udah ditolong nggak tau terima kasih," sungut Angkasa.

"Lo genggem tangan guenya kekencengan kali! Lo nggak liat kalo tangan gue udah merah semua?!" protes Raya.

Angkasa yang melihat buah dari perbuatannya pun tidak dapat berkata-kata, sementara Raya putus asa karena Jagad tidak me-notice-nya. Pada akhirnya satu-satunya harapan adalah pada Pak Indra. Gadis bermata cantik itu pun menoleh ke arah wali kelasnya yang ternyata sedang sibuk mengompres benjol di kepalanya dengan es batu.

"Pak! Saya boleh pilih duduk di mana aja, 'kan?"

Pak Indra yang masih meringis pun mengiyakan. "Pilih yang mana kamu suka, Nak!"

"Gue mau duduk di sebelah Jagad!" teriak Raya sambil menunjuk sahabatnya yang lagi asyik makan ayam goreng. Memang Jagad nggak ada akhlak, orang-orang lagi pada bersitegang eh dia malah makan. Lagipula, ini kelas apa pasar?

Angkasa yang tanggap pun langsung mengusir Pardi—murid laki-laki culun yang duduk di sebelah Jagad dengan sok garang.

"Heh! Pardi Sukoco, Lo pindah sono!" perintah Angkasa dengan mata mendelik tajam.

"Emoh aku! Bokongku wes penak nang kursi iki, (Aku nggak mau! Pantatku udah nyaman di kursi ini)," tolak Pardi tegas.

"Eh! Lo itu ngomong apaan? Gue tau lo mau muji ketampanan gue, tapi jangan pake bahasa yang nggak gue ngerti, dong!" bentak Angkasa.

"Hadeh ... Wong iki nggak mudeng blas. Wong ngomong opo jawabe opo, (Ini orang nggak nyambung banget. Orang ngomong apa jawabnya apa)," ujar Pardi malas.

"Buru lo pindah dari sono!" Angkasa sudah geram dengan bocah yang berambut klimis belah tengah dan berkulit sawo matang itu.

Trio Jangkar [Mencari Jati Diri dan Cinta Sejati]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang