Jagad dan Angkasa begitu khawatir dengan keadaan Raya, kedua pemuda tampan itu segera berlari mengikuti Raya yang sedang menemui Bima di teras depan.
Dengan mengendap-endap Jagad dan Angkasa bersembunyi di belakang guci besar yang berada di ruang tamu.
Mereka berdua sama sekali tidak bisa mendengarkan percakapan antara Raya dan Bima.
"Eh, kenapa kok lihatinnya gitu banget, Kak?!" tanya Raya yang sudah GeEr duluan.
Bima tersenyum. "Kamu cantik, hanya saja—"
Bima menggantung kalimatnya di udara, ia melihat sekilas Angkasa dan Jagad yang bersembunyi di balik guci. Ia kembali tersenyum dengan penuh arti, ide-ide baru muncul di kepalanya.
"Maaf, aku boleh merapikan make up kamu?" tanya Bima seraya menatap intens ke arah Raya.
Raya kembali tersipu. "Bo-boleh, Kak!"
Sementara itu, adegan Bima yang merapikan make up Raya membuat kedua sahabat itu meradang.
"Wah, nggak bener nih Bima. Masa dia udah pegang-pegang, Raya!" ucap Angkasa kesal. "Nggak bisa dibiarin ini, Bima pasti fucekboy."
Jagad yang bingung dengan kosakata baru Angkasa hanya mengernyit. "Lo, ngomong apaan sih, fucekboy?" tanya Jagad dengan wajah bingung.
"Ah elo, cakep doang. Tapi kagak gaul!"
Perdebatan tak penting mereka berdua ternyata di dengar oleh Bi Ami.
"Eh, Aden. Kenapa di sini? Jangan di sini, Aden!" suara Bi Ami begitu nyaring hingga membuat Raya dan Bima menoleh ke arah mereka. Beruntung Angkasa dengan cepat menarik tubuh Bi Ami untuk ikut bersembunyi dengan mereka.
"Bi, jangan keras-keras. Kita sedang sembunyi," bisik Jagad kepada Bi Ami.
"Ya, tapi nggak di sini juga, Aden!" protes Bi Ami.
"Tenang aja, nggak bakal ketahuan kok, Bi. Kita kan spy yang profesional," sombong Angkasa dengan menaikturunkan alisnya.
"Bukan itu masalahnya, Aden ..." Bi Ami masih terus mencoba menjelaskan. Namun, mulutnya keburu dibekap Angkasa karena Raya tiba-tiba masuk kembali ke dalam rumah.
"Aden, Bibi nggak bisa napas!" protes Bi Ami seraya menarik tangan Angkasa dari mulutnya.
"Eh, iya, Bi. Mangap! Reflek tadi, Bi," ucap Angkasa dengan wajah menyeringai.
Ketiga orang itu masih berada di balik guci besar. Bi Ami yang tadinya hanya ingin lewat untuk memperingatkan Jagad dan Angkasa malah ikut-ikutan bersembunyi.
"Waduh ... gawat ini, Den! Kalo sampe ketauan Non Raya bisa kacau," ucap Bu Ami gusar.
"Makanya Bibi jangan banyak komen. Diem aja, ya!" peringat Angkasa sambil menaruh telunjuk di bibirnya.
Sementara itu, Jagad ternyata sedari tadi memandang Raya dan Bima dengan tatapan mata yang berkilat bak petir menyambar. Mungkin saja di matanya sedang terjadi perang antara Zeus dan Poseidon, kenapa coba Dewa Yunani dibawa-bawa?
"Pantes aja dari tadi diem, lo lagi nahan boker?" tanya Angkasa asal.
"Nahan boker pale lu! Gue lagi mengamati gerak-gerik mereka. Coba lo liat, itu si fucekboy pake acara gandeng tangan Raya," geram Jagad. Setelah berpikir beberapa menit, akhirnya ia mengetahui arti kata 'fucekboy'.
Seketika mulut mereka terkunci saat Raya dan Bima sudah berdiri di dekat tempat mereka bersembunyi.
"Tadi kayaknya aku denger suara ribut-ribut, tapi kok nggak ada orang ya?" ujar Raya sambil celingukan mencari-cari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trio Jangkar [Mencari Jati Diri dan Cinta Sejati]
Fiksi RemajaApa jadinya jika Jagad, Angkasa, dan Raya bersatu? Tentu saja akan terjadi hal luar biasa, di luar nalar, dan hal-hal menakjubkan lainnya yang bisa membuat orang di sekeliling mereka menggeleng heran. Trio Jangkar begitulah mereka memberi nama genk...