Selama Tiga bulan, aku terus belajar untuk tidak kalah dari Sinta. Selama itu juga, Ara dan Sinta menjadi sahabatku. Mereka berdua benar-benar baik. Berbanding terbalik dengan Ayu dan Rani.
Bahkan ketika aku secara tidak sengaja mengerjakan semua soal yang ada di papan tulis, Mereka berdua tidak merasa marah sedikitpun, justru Sinta kagum padaku yang cukup pintar dalam pelajaran matematika.
Rani dan Ayu pun sudah tidak pernah menggangu ku lagi. Aku merasa, Rani sudah lega karena cowo yang ditaksirnya mulai dekat dengannya. Syukurlah, hidupku sedikit tenang tanpa gangguan mereka berdua.
Pagi ini aku bangun awal, bahkan tanpa dibangunkan oleh Ibuku. Dengan cepat aku mandi dan bersiap. Setelah selesai, aku berkaca dicermin kamarku.
"Daah rapi, ayoo semangat!!" ujarku memberi semangat kepada diriku sendiri.
Aku pun keluar dari kamarku menuju dapur untuk sarapan.
"Ibuuu!!" Tegur ku, kemudian langsung duduk dimeja makan.
"Anak Ibu sudah rapi ya." Pujinya menghampiriku dengan membawa segelas susu hangat.
"Minumlah nak, selagi masih hangat!" Tambah Ibu lagi sembari mengelus pelan rambutku.
"Trimakasih Ibuu." Balasku yang kemudian meminum susu itu hingga habis, lalu aku makan sarapanku.
Tak lama kemudian Kak Nurul datang dan langsung duduk di meja makan dengan keadaan yang masih berantakan.
"Hoaaam!! Pagi Ibuu?" Sapa nya
"Isst.. Kakak mandi dulu sana!?"
"Apaan sih dek!!"
"Kakak tuh masih bau iler udah kemeja makan aja, kekamar mandi sana!!" Bentakku karena tak tahan melihat kakak ku itu yang masih acak-acakkan karena bangun tidur ia langsung menuju ke dapur. Kebiasaan buruknya itu benar-benar tidak bisa dia rubah dari dulu sampai sekarang.
"Nurul!! Kekamar mandi sana, mandi dulu dan bersiaplah. Setelah itu baru kamu bisa sarapan." Jelas Ibuku dengan ramah
"Iya bu.. Iyaaaaa!!" Balas Nurul, kemudian berjalan menuju kamar mandi.
"Buu!! Ayah dan Kak Sitty belum bangun juga?!"
"Tentu saja belum, ini kan masih jam 06:00 pagi. Tapi kamu udah rapi aja."
"Hehehe... Sekolahku kan jauh Bu, jadi harus bangun lebih awal."
"Iyaa... Anak Ibu emang rajin dan pandai." Puji Ibu membuatku senang.
"Andai kamu satu sekolah dengan kakak mu Sitty, pasti kamu gak harus naik Bus setiap harinya." Tambah Ibu lagi merasa sedih
Aku dan Sitty hanya terpaut Dua Tahun, jadi sekarang ini kami masih sama-sama di Smp. sedangkan Nurul, sebentar lagi dia akan lulus SMA.
Jarak sekolah Sitty dekat dengan rumah, karena dia memilih sekolah di Swasta. Jadi berjalan kaki saja sekitar Sepuluh menit sudah sampai.
Berbeda dengan sekolahku yang jaraknya lumayan jauh. Membutuhkan waktu tempuh 30 menit dengan menaiki Bus. Tapi itu tidak membuatku patah semangat, justru aku suka karena bangun pagi itu sehat.
"Ibuu jangan sedih, aku senang bisa bangun pagi seperti ini." Balasku mencoba menghibur Beliau.
"Yasudah, kalau itu tak membuat beban dirimu nak."
"Iya Bu... Aku berangkat ya Ibu?!" Ucapku menjabat serta mencium tangan Ibu, berpamitan.
"Hati-hati ya nak!!" Balas Ibu

KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion
Bí ẩn / Giật gânMasa lalu yang kelam, membuatku terpuruk. Aku tak bisa melupakan masa lalu ku, begitu juga dengan dirinya.