Keesokan harinya di sekolah, aku datang sedikit terlambat.
"Putput tumben telat?" Tanya Ara yang melihatku masuk kedalam kelas.
"Untung aja kau cepat datang put, Lima menit lagi kita masuk loh!" Imbuh Sinta.
Aku yang baru tiba langsung duduk di kursiku lalu meletakkan tasku."Maaf, aku telat bangun!" Jawabku seraya berbalik ke arah kedua temanku.
Sinta dan Ara saling lirik lalu mereka berdua tertawa. Aku yang melihat tingkahnya bingung.Tak lama kemudian, Ibu Guru Yanti masuk kedalam kelas untuk memberikan kami materi pelajaran.
Setelah lebih dari Dua jam pelajaran Ibu Yanti pun selesai, aku meregangkan tubuhku karena lelah. Tak lama kemudian
bel pertanda jam istirahat berbunyi."Akhirnya makaaan!!" Seru Ara dengan gembira.
"Dasar Ara!" Ucap Sinta mengelengkan kepalaya heran dengan sahabatnya.
Sinta dan Ara berdiri lalu menghampiriku.
"Kekantin yuk?" Ajak Sinta kepadaku yang sedang merebahkan kepala di atas meja.
"Gak deh, aku lagi males makan!" Jawabku
"Yaudah, ntar ku beliin roti ya!" Ujar Sinta yang kubalas dengan isyarat tangan. Mereka berdua pun berlalu meninggalkan ku.
"Hey cewek aneh! Bangun?" Ucap Yogi menarik-narik rambutku pelan.
"Bisa gak kamu tidak gangguin aku!" Ketusku merapikan rambutku lalu bangun dan berjalan meninggalkannya.
"Sensi banget dia!!" Gumam Yogi dengan tatapan tajamnya melihatku berjalan meninggalkan kelas.
"Dia kenapa sih?. Slalu nya aku yang diganggunya!" Gerutuku kesal dengan Yogi. Pertama melihatnya saja aku sudah tidak suka karena tampilannya yang mirip berandalan.
Dengan baju yang tidak rapih serta rambut yang gondrong membuat tampilan Yogi benar-benar mirip berandalan. Bahkan bila diluar sekolah, dia memakai anting di telinga kanan serta kalung rantai yang menurut ku mirip kalung anjing.
Aku terus berjalan menuju lantai atas gedung sekolah ini menuju ke tempat favoritku. Hendak menghibur diri.
Sewaktu aku akan membuka pintu menuju balkon, tanganku tiba-tiba terhenti mendengar suara gitar serta nyanyian seorang lelaki. Suaranya terdengar sangat merdu, membuat siapa saja yang mendengarnya jadi rileks.
"Siapa yang nyanyi?" batinku bertanya-tanya.
Karena penasaran aku pun membuka pintu dan kulihat sosok lelaki yang sedang duduk seraya bermain gitar.
Aku jalan perlahan menghampirinya untuk melihat siapa dia sebenarnya. Saking asyiknya dia bermain gitar sampai tidak menyadari kehadiranku yang sudah berdiri tepat dibelakangnya.
Pada saat aku ingin meraih punggungnya, tiba-tiba saja dia berbalik ke arahku. Membuat ku terkejut saat itu juga.
"Lu lagi!!" Ucap lelaki itu, melihatku sinis.
"kamu kan yang waktu itu menabrakku?" Tanya ku memperjelas.
"Emangnya kenapa? Lu masih nunggu kata maaf dari gue," ucapnya dengan bertanya balik kepadaku.
"Gak usah!, aku udah maafin kok." Balasku dengan singkat.
"Baguslah, sekarang lu pergi sana! dan jangan ganggu gue lagi!" Sungut lelaki itu dengan tatapan tajam nya yang seakan ingin menelanku hidup-hidup.
"Ini adalah tempatku" cetusku tak ingin kalah dengannya.
Dia langsung berdiri tepat di hadapanku, matanya yang berwarna coklat ke emasan itu sedang menatapku dengan emosi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion
Misteri / ThrillerMasa lalu yang kelam, membuatku terpuruk. Aku tak bisa melupakan masa lalu ku, begitu juga dengan dirinya.