Capter 12-- Ancaman

0 1 0
                                        

  Rani yang berjalan menuju ke arah ku, membuatku semakin panik. Aku takut mereka akan mempermalukan ku seperti waktu itu.

       Aku hanya bisa tertunduk lesu tak dapat bergerak.

"Apaan sih Yu, manggil gue?" Ucap Rani yang sudah berdiri dekat Ayu.

"Lihat, dia siapa Ni!?" Ujar Ayu sembari menarik paksa bahuku untuk berbalik ke arah Rani.

"Waah!! Si kutu buku rupanya" cela nya, yang langsung menarik kebelakang rambutku.

"Awww!! Sakiit Ni" ujar ku kesakitan.

"Lo sekolah disini juga?, emang gada sekolah lain apa."  Bentak Rani.

"Hey kalian!! kenapa jahatin Putri?!" tegur Sinta yang gak tahan liat Rani menarik rambutku.

"Ehh, udah ada temennya ya!?" Balas Rani, kemudian melepaskan tagannya dari rambutku.

"Kalian siapa sih?, dateng-dateng udah gangguin orang?" Tanya Ara kepada Ayu dan Rani yang masih duduk di sampingku.

"Kami temannya Putri sewaktu SD!" Jawab Ayu dengan menopang dagunya

"Temen SD kok main jambak sih!?" Tanya Sinta meragukan mereka.

"Oh tenang saja, itu salam jumpa kami dengan Putri. Karna sudah lama tidak bertemu, iya kan Put!?" Jawab Rani yang kemudian melirikku dan mencubit pinggangku.

"I... iyaaa!!" Saut ku dengan segera setelah mendapat cubitan Rani.

"Oh ya! Kalian hati-hati kalau bereteman dengan dia, soalnya dia itu demen rebut orang yang kalian suka!!" Ungkap Rani yang masih kesal dengan ku, karena Fadil lebih memilihku dari pada dia.

"Husst! Gosah ngomong gitu Ni di hadapan temen barunya, biar mereka sendiri aja yang nilai." Timpal Ayu, menyikut Rani

"Aku gak ngerti, apa maksut dari perkataan kalian!?" Cetus Sinta dengan tatapan mencurigakan.

"Yukk kita pergi aja." Ajak Rani kepada Ayu

"Yaudah deh, males juga sih lama-lama disini!" Balas Ayu.

     Kemudian mereka berdua pun pergi, meninggalkan ku yang sedari tadi tak berkutik. Hanya diam mematung di sertai kringat yang bercucuran.

"Put!! Mereka beneran teman kamu!?" Tanya Sinta kepadaku, namun aku tak menjawabnya karna masih ketakutan. Takut kalau aku akan di jauhin lagi seperti dulu.

"Put.. Put kok diam aja sih!?" Lanjut nya lagi sembari menepuk pundakku.

"Ehh ya!!" Jawab ku kaget dan langsung menatap sinta.

"Tadi aku tanya, mereka berdua itu beneran teman kamu sewaktu SD?" Tanya Sinta lagi, karna sangat ingin tahu.

"Iya..  Mereka memang teman ku sewaktu SD" jawabku sedikit lesu.

"Teman kok gitu, main jambak!"
Protes Sinta yang gak suka dengan kelakuan Rani dan Ayu

"Nah bener tuh Sin!, apa lagi tadi mereka nyebut kamu kutu buku. Maksudnya apaan coba!?" Timpal Ara yang mulai geram.

"Mereka emang seperti itu, jadi wajarlah" balasku sedikit membela Rani dan Ayu.

"Wajar apanya Put!!" Bentak Ara membuat ku kaget

"Jadi wajar mereka memperlakukan mu seperti itu, wajar kalau mereka jambak rambutmu. Mereka itu bukan teman namanya" sambung nya lagi dengan segala macam omelan dari Ara.

    Aku hanya diam dan tertunduk mendengar mereka mengoceh. Tapi kenapa aku jadi khawatir, kalau Rani dan Ayu akan tetap membalas ku.

     Takut akan di jauhi seperti dulu lagi, aku tak ingin itu terjadi.

    Tak terasa waktu istirahat pun selesai. Aku beserta kedua teman ku berjalan menuju kelas untuk memulai pelajaran.

    Setelah beberapa jam kemudian, kelas pun selesai. Aku segera membereskan alat tulisku dan langsung pulang tanpa menghiraukan Sinta serta Ara yang masih ada di kelas.

"Ehh, putri kenapa tuh! Buru-buru banget!?" tanya Sinta yang heran melihatku berlari keluar kelas.

"Iya! Dia laper mungkin?!" Balas Ara sembari memakan kripik kentang.

"Ehh bloon!" Cetus Sinta, kemudian mengambil kripik yang sedang dimakan oleh Ara

"Itu mah elu, kalau soal makan aja cepet banget" sambung nya lagi.

"Sintaa!! Dengerin nih kataku. Manusia kalau gak makan pasti laper, trus kalau laper ntar jadi bungsu lapar dan mati!!" Jelas Ara dengan nada kesal.

"Aku gak makan seharian, gak mati tuh" tampik Sinta dengan sengaja ingin menggoda Ara.

"Kau itu robot bukan manusia" umpat Ara. Kemudian berdiri dan berjalan mau pulang.

"Hey Ara!! Tunggu" teriak Sinta, lalu mengikuti Ara dari belakang.

    Sementara diriku pergi mengampiri Rani dan Ayu. Aku mencari-cari dimana kelas mereka berdua. Lalu, tak sengaja aku melihat Rani yang baru keluar dari salah satu ruang kelas.

"Ranii!!" Teriak ku memanggilnya. Dia pun menoleh dan berhenti. Dengan segera aku menghampirinya

"Ngapain lo manggil-manggil gue?" gertak Rani karna tak suka dengan ku.

"Aku..  Aku cuman ingin minta maaf....?"

"Maaf soal apa nih?!" timpal Ayu memotong pembicaraanku yang belum selesai.

"Itu.. Soal Kak Fadil dan Kak Aldi!!" Jawab ku dengan gugup.

    Lalu Rani menarikku dengan paksa menuju ke toliet sekolah dan langsung memojokkanku di tembok.

"Hey!! Lo gosah blagu bahas tentang Fadil, lagian kan dia sudah pindah kota jadi jangan ungkit dia lagi." Bentak Rani, memaki-maki diriku. Seraya menarik rambutku.

"Aw.. Aww, sakit Ran!" Rintih ku kesakitan.

"Yang namanya Kutu buku yaa bakalan tetap jadi kutu buku." Sela Ayu dengan memukul-mukul pelan pipiku bagian kiri.

"Lo ingat gak! Sewaktu kelas Empat, perhatian semua orang tertuju pada elo. Bahkan teman sekelas kagum sama elo Sedangkan gue, gak di anggap sama sekali! Sekeras apa pun gue berusuha tetep aja yang mendapat perhatian itu elo Put!!" Omel Rani yang mengungkit masa lalu.

"Toll...  Tolong lepasin rambut ku Ran!! Sakit banget." Pinta ku memohon kepada Rani.

"Oke! Akan ku lepaskan tapi dengan satu syarat."

"Apa itu Ran!?"

"Lo gak boleh deketin atau berteman dengan Yogi Setiawan. Dia itu teman sekelas gue."

"I... Iyaaa!!" jawab ku.

    Lalu Rani melepaskan tangannya dari rambut ku.

"Naah, kalau seperti ini kan enak jadinya." ucap nya yang kemudian merangkul ku dengan akrab. Lalu mengajakku keluar dari toilet sekolah.

"Ngomong-ngomong, gua dan Rani mau kok berteman dengan mu lagi. Ye kan Nii!?" ucap Ayu memberi kode.

"Yaa, bener kata Ayu." Balaa Rani dengan segera.

     Aku hanya diam tidak berkata apa-apa. Karena aku tak tau harus menjawab apa. Padahal aku pahan maksud mereka berdua mau berteman dengan ku karena ingin mengawasiku.

"Put!! kok diam aja sih!!" Tegur Ayu

"Kenapa gak jawab? atau kau tidak mau berteman lagi dengan kami?!" Saut Rani

"Iya, aku mau kok." Balas ku dengan senyum yang di paksakan.

"Naah gitu dong!, sekarang mari kita pulang bareng lagi seperti dulu."

"Ayooooo." Teriak Ayu dengan penuh semangat.

    Aku gak tau harus merasa gembira atau sebaliknya. Karena pertemanan mereka itu palsu. Jadi aku hanya mengikuti alur nya saja.

IllusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang