Capter 13-- Bersahabat Lagi

0 1 0
                                    

    Keesokan harinya aku berangkat lebih awal, supaya gak berjumpa dengan Rani dan Ayu.
Tapi entah kenapa malah bertemu dengan mereka berdua di depan gerbang sekolah.

"Huuuft, niat hati ingin menghindar tapi udah bertemu duluan disini!?"  Batin ku yang melihat Rani dan Ayu sudah berdiri depan gerbang.

"Hey culun!! Kita berdua udah nunggu lama loh?!" sapa Rani dengan merangkulku.

"Iyap, bener banget tuh Ni!" Sambung Ayu.

    Aku hanya tersenyum kecil mereka berdua memperlakukan ku seperti ini.

    Setibanya kami di koridor, Rani dan Ayu pun langsung masuk kedalam kelas mereka. Sedangkan aku masih berjalan beberap menit menuju kelas ku.

   Tiba-tiba saja, seorang remaja lelaki menabrakku.

"Bruuk"

"Aduuhh!! Sakit!?" ucap ku kesakitan.

"Kalau jalan tuh, liat-liat dong." Saut lelaki itu. Bukannya menolongku yang terjatuh, malah memarahi ku.

    Dengan segera aku berdiri lalu memarahinya balik.

"Kamu yang salah, karna kamu lah yang menabrakku?" Omel ku kepadanya.

"Sudah lah, debat dengan wanita tidak ada habisnya!!" Ketusnya, kemudian pergi begitu saja.

"Isss.. Dasar cowo blagu!! Bukannya minta maaf malah pergi gitu aja." Gerutu ku yang kesal dengan tingkah lelaki itu.

"Ehh!! Tapi wajah nya familiar? dia seperti cowo yang waktu itu membantuku?!" gumam ku seraya berjalan menuju kelas ku.

    Setibanya ku di kelas, aku langsung duduk di kursiku.

"Braaaaak" bunyi meja yang di pukul oleh Ara.

"Jelasin, kenapa kemarin kamu pulang terburu-buru banget, bahkan tidak menghiraukan ku dengan Sinta?!"

"Ehh!! Itu..  Itu kemarin aku telat untuk pergi kerumah bibi, soalnya aku janji sama dia untuk datang di jam segitu."

"Jadi kemarin kau langsung pergi kerumah bibi mu Put?!" tanya Sinta meragukan ku.

"Iyaa Sin!!" Jawab ku dengan segera, agar tidak ketahuan kalau aku sedang berbohong.

"Yaudah kalau seperti itu!" Ujar Sinta merasa lega.

"Ku pikir kau kelaparan, makanya buru-buru pulang." Imbuh  Ara merasa sedih lalu memberikan permen lolipop yang ada di saku nya.

   Aku langsung mengambilnya tanpa ragu.

"Ntar permen Ara di ganti jadi Sepuluh yaa!!" Pinta nya dengan polos.

"Looh ku pikir permen ini gratis buat ku." Tanya ku heran dan bingung dengan sifat Ara.

"Gak mau tau, pokoknya kudu ganti!!"

"Pffttt" suara tawa Sinta yang di tahan.

  Dengan memasang wajah sedih, aku melirik Sinta yang tengah menahan tawanya itu.

"Apa.. Apa sih liat-liat?!"

"Gimana ini, Ara gak ngomong kalau permennya kudu ganti."

"Yaudah ganti aja, dari pada dia ngamok kan!!"

"Tapi.. Aku gak bawa duit lebih, gimana dong?"

"Haiss...  Yaudah ntar kekurangannya biar aku aja yang bayar."

"Makasih Sinta."

"Iyaa.. sama-sama." Balas Sinta  dengan ramah.

    Aku gak nyangka akan dapat teman sebaik mereka. Walaupun baru kenal Dua hari tapi mereka peduli denganku. Ku harap Sinta dan Ara bisa jadi teman sekaligus sahabat yang pernah di katakan oleh kak Nurul.

    Jam pelajaran pun di mulai, aku berusaha semampu ku agar beasiswa yang ku dapat kan tidak di cabut dari pihak sekolah.

   Ternyata di kelas, aku punya saingan dalam pelajaran matematika. Murid itu bernama Sinta, dia benar-benar pandai bahkan pada pelajaran kimia dan fisika. Sekejap aku kagum padanya, dan ku jadikan motivasi agar diriku lebih berusaha lagi.

    Selama sebulan aku terus bersama Sinta dan Ara. Sedangkan Ayu dan Rani hanya  memerhatikan ku dari kejauhan. Mungkin mereka yakin kalau aku takkan mendekati cowo incerannya itu.

IllusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang