3. Saya Masih Ting-Ting

22.5K 3K 67
                                    


"Jika sudah jatuh cinta, bulan sabit pun jadi purnama."

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Ruang tamu sepi, dapur rapi, hanya di dalam kamar yang bersuara, suara hati. Baik Oranye maupun Soga tidak keluar dari kamar masing-masing sejak sore tadi. Oranye beruntung, ketika tiba di rumah tidak perlu melihat wajah menyebalkan itu. Ia masuk ke kamarnya, mengunci rapat dan bersemedi dengan drama China. Ia sengaja membeli banyak stok camilan agar tidak keluar dari kamar. Malas bertemu dengan suaminya. Tanpa ia tahu, Soga juga melakukan hal yang sama. Bedanya, lelaki itu menyibukkan diri dengan macbook-nya. Melihat tanaman di plant shop "SuccuPlant" sore ini memunculkan imajinasinya. Ia bahkan hampir lupa makan.

Oranye hampir tersedak dan menyadari bahwa pasokan air putih di gelasnya sudah habis. Walau malas, ia mem-pause drama dan menuruni kasur. Bersamaan dengan membuka pintu, ternyata Soga juga keluar dari kamarnya. Posisi kamar mereka memang berhadapan, sengaja untuk memudahkan berpindah secara kilat jika orang tua mereka datang. Gara-gara 'pisah ranjang' itulah Oranye baru tahu kedok asli Soga. Lelaki itu bahkan sudah menyiapkannya jauh-jauh hari. Ia tidak mau sekamar dengan Oranye dengan alasan; risi dan belum terbiasa. Lama-lama alasan aslinya ketahuan: dia tidak suka dengan wanita jorok seperti Oranye. Pernikahan mereka hanya mainan, juga sebagai proteksi dari pertanyaan 'kapan menikah?' dan umur yang semakin tua. Intinya, Soga tidak membutuhkan pernikahan di hidupnya.

Sempat bersirobok sesaat, Oranye lebih dulu memutuskan kontak dan segera berjalan ke dapur. Sementara itu, Soga berjalan ke pintu utama. Wanita itu mengintip, sepertinya Soga memesan makanan online. Dalam sekejap, perut Oranye meringis. Ia sadar bahwa makanan ringan tidak bisa mengganjal perutnya. Sebagai orang Indonesia asli, belum dikatakan sudah makan jika perut belum terisi nasi.

Oranye meneguk air liurnya sendiri, hampir lupa tujuannya ke dapur. Melihat Soga yang berjalan ke dapur, Oranye tersentak dan segera membuka kulkas, memenuhi gelasnya dengan air dingin. Sembari melepaskan dahaga, ia menoleh pada Soga yang duduk di depan bar mini dengan sebuah plastik hitam di depannya. Perut Oranye bergejolak!

Lelaki itu tidak peka sama sekali, ia mulai menikmati makanannya tanpa melirik ke arah Oranye. Huh! Memangnya apa yang ia harapkan?

Dengan langkah kesal, ia melewati mini bar yang membatasi antara dapur dan ruang tamu. Desainnya glamor yang didominasi warna senada hampir 70 % bagian di rumah tersebut; biru tua. Satu-satunya tempat yang terasa hidup karena di atas mini bar terdapat berbagai macam buah-buahan segar yang tiap harinya berganti. Di atasnya terdapat tiga lampu gantung yang menambah daya tarik. Sayang sekali, pendesainnya tidak semenarik itu.

"Kamu udah makan?"

Oranye tersenyum tipis lalu menoleh. Lelaki itu menunggu jawabannya.

BLUE: Because Love U Everyday (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang