"Kamu serius liburan, Nye? Atau melarikan diri dari kenyataan?"
"Apaan, sih. Kamu kira aku kayak tokoh-tokoh novel yang main kabur-kaburan gitu? Lagian Soga juga tahu aku di mana dan bebas kalau mau jumpa. Tergantung dianya, kangen atau enggak."
"Dih, gak yakin. Kamu udah cerita sedetail-detailnya. Gimana bisa bohongin aku sekarang?"
"Gladiol, denger, ya. Aku pulang ke rumah Mama bukan pengen kabur. Pertama, nenek sakit dan katanya kangen pengin ketemu aku. Kamu tahu dong gimana dekatnya aku sama nenek? Dari bayi sama menstruasi pertama kali, nenek yang rawat aku saat Mama Papa kerja. Kedua, sepupu aku bakalan nikah. Ketiga, aku pulang gak lama ya, Gladiol. Cuma seminggu. Jangan terlalu drama."
Begitulah drama sore hari di rumah sang sahabat. Oranye khusus datang ke rumah Gladiol untuk curhat panjang lebar dan berakhir dengan pemberitahuan bahwa ia akan pulang ke Yogyakarta.
Sebenarnya, Gladiol tidak salah. Oranye memang ingin menenangkan diri sesaat. Tanpa Soga. Namun, entah kenapa, di setiap detik yang berjalan, rasanya terlalu berat.
Suara Soga yang mengucapkan salam mengembalikan kerasionalan Oranye. Wanita itu menoleh pada lelaki yang tak banyak bicara akhir-akhir ini. Sepertinya, hari itu menjadi awal canggung bagi mereka berdua. Melihat Soga yang tiba-tiba muncul, membuatnya sedikit merasa senang.
Ia tidak meminta lelaki itu untuk menjemputnya. Namun, Soga sendiri yang menawarkan diri. Sungguh, Soga tanpa cabai bagaikan rujak yang tak sempurna. Tidak ada adrenalin yang memacu. Hanya sunyi yang terasa semu. Dan, sekarang Oranye mengakui bahwa ia sudah terbiasa dengan 'bibir manis Soga'.
Gladiol menyikut lengannya dengan alis bertautan. Wanita itu pasti heran dengan kehadiran Soga. Namun, Oranye lupa mengatakan poin terakhir padanya.
"Aku belum selesai curhat. Intinya, bukan happy atau sad ending. Soga berubah jadi lebih pendiam sejak hari itu. Dia juga terang-terangan lebih perhatian," bisik Oranye.
Gladiol menggeleng. "Bukan. Aku rasa Soga emang selalu perhatian. Tapi karena sebelumnya kamu naik darah terus, jadi perhatiannya gak kelihatan. Seseorang biasanya lebih peduli sama apa yang menarik di matanya."
Gladiol benar. Dan, daya tarik Soga adalah kepribadiannya yang menyebalkan, tetapi membuatnya rindu.
"Hai, Ga. Mau jemput Anye? Silakan dibawa pulang. Tenang, gak lecet sedikitpun, kok," ujar Gladiol setengah bercanda pada teman suaminya itu. Soga tersenyum tipis.
"Thanks."
Oranye dan Gladiol saling berpandangan. Hanya kedua orang itu yang tahu apa maknanya.
Soga aneh!
***
Oranye keluar dari kamar dengan sebuah koper di tangannya. Ia sedikit tak nyaman saat melihat sosok lelaki yang berjalan ke arahnya dengan tatapan tidak biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE: Because Love U Everyday (Tamat)
Romance#Romance-Comedy #Ambassador's pick Bulan Januari #Cerita Pilihan Bulan Januari oleh @WattpadChicklitID Jika Oranye suka kotor-kotoran, maka Soga benci setitik debu menempel di tubuhnya. Jika Oranye jarang mandi, maka Soga paling tidak nyaman jika se...