6. Round 1: Manjakan Perutnya!

19.7K 2.7K 112
                                    

Nyaris sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nyaris sama.

Oranye tidak bisa mengendalikan diri, ia benar-benar merancang interior rumah Karla sesuai keinginannya. Dan, Karla juga setuju dan suka dengan idenya. Sekarang, Oranye harus merelakan desain interior impiannya. Lagipula, ia menikahi Soga—orang yang bahkan tidak tahu betapa indahnya bunga yang bermekaran dan bagaimana semerbak harum dari kelopak bunga.

Gimana kalau nanti kami cerai? Aku gak punya lagi desain rumah impian!

Shit! Kenapa ia jadi memikirkan hal itu? Bercerai dengan Soga atau mendapatkan rumah impian. Mana pilihannya?

Gladiol
Soga aja. Pilihan yang lebih tepat
Bayangin kalau kamu milih cerai
Cinta kandas, uang untuk membangun rumah pun gak akan terkumpul cepat

Kalau pilih Soga?

Selamat! Anda beruntung.
Rayu aja Soga
Kalau dia udah jatuh cinta sama kamu, cinta terbalas, urusan rumah bisa dibahas

Gitu?

Dih
Gak percayaan amat
Serius
Bawa Soga ke ranjang. Urusan selesai😊

Mesum banget
Astaga😫

🤪🤪

"Tahan bentar lagi. Rumah sakit jiwa masih ada sekilo lagi."

Oranye menoleh pada Soga yang memandang ke depan dengan tatapan datar, tanpa merasa bersalah. Ia berdecak kecil dan menyimpan ponselnya di dalam tas.

"Siapa yang gila?" ketusnya.

"Kamulah. Senyum-senyum sendiri sama hape. Emangnya ada apa di sana?"

Asal Soga tahu saja, Oranye sedang berbalas pesan dengan Gladiol dan sedang membicarakannya. Bunga cinta yang tadinya bermekaran langsung layu begitu dihadapkan dengan cahaya matahari langsung. Memang, sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.

Malas berdebat, Oranye menyenderkan kepalanya dan memejamkan mata. Diam-diam ia tersenyum tipis memikirkan pesannya dan Gladiol. Apa ia harus melakukan hal itu? Merayu Soga dan mengambil hatinya? Perlahan, Oranye membuka matanya sedikit, memandang Soga yang fokus menyetir. Ia merasa ragu. Tampaknya Soga sulit ditaklukkan.

Pikirannya kembali menerawang setengah jam yang lalu. Ia sedikit menyesal membantu Karla—terutama karena wanita itu adalah mantan Soga. Perasaan tidak nyaman menelusup. Sedikit iri karena Soga andil dalam membuat rumah impian wanita itu, walaupun hanya sebatas pekerjaan. Andai saja Soga bisa berkompromi dengannya mengenai rumah. Ugh, dipikir-pikir lagi, jika ia hidup menua bersama Soga dalam rumah itu, jiwanya akan mati lebih cepat. Satu-satunya cara menyelamatkan jiwanya adalah dengan menginap di plant shop tercinta. Sepertinya ia punya pikiran baru, merenovasi lantai atas toko sebagai kamar baru.

BLUE: Because Love U Everyday (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang