16. Once in a Blue Moon

17.5K 2.6K 38
                                    

"Hatchi! Hatchi! Nih, gara-gara gak nolak kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hatchi! Hatchi! Nih, gara-gara gak nolak kamu. Hatchi!"

Oranye menyengir kuda. Ia tidak menyangka bahwa pelukannya yang berlangsung agak lama bisa menyebabkan flu untuk Soga. Sepulang dari toko, keduanya langsung membersihkan diri. Namun, tahu-tahu Soga malah bersin-bersin.

"Jangan nyalahin aku, Ga."

Bibir Oranye mengerucut sehingga Soga mengembuskan napasnya. Ia menyenderkan kepalanya di sandaran kursi sembari menekan hidungnya. Lalu beberapa saat kemudian, dia kembali bersin.

"Gak bisa gini. Aku mau tidur," ujar Soga hendak pergi, tetapi Oranye menahannya.

"Makan dulu. Bentar lagi bakal dateng, kok."

Benar saja, tak lama dari itu pintu rumah mereka diketuk seseorang. Karena sama-sama lelah, Oranye memutuskan untuk memesan makanan. Lagipula di luar masih hujan deras.

Soga menurut dan duduk kembali di kursinya, sementara Oranye membukakan pintu. Akhirnya makanan pesanannya datang. Tak lupa ia memberi tip lebih karena sang abang ojol melewati rintangan di bawah hujan demi membawa makanan pelanggannya.

Soga terlihat lesu, bahkan tidak menghabiskan makanannya. Sekotak tisu selalu setia setiap saat di pangkuannya. Oranye merasa kasihan dan membuatkannya air hangat.

Ia meletakkan punggung tangannya di dahi Soga, untungnya lelaki itu tidak menghindar. Ternyata Soga yang lemah seperti ini bagus juga, jadi penurut, batinnya.

"Panas, Ga," ujar Oranye mulai khawatir. Kepanikan yang terpancar di wajahnya tertangkap oleh Soga. Lelaki itu menahan tangannya agar tetap tenang.

"Di dapur ada obat flu. Tolong ambilin itu. Jangan panik, abis minum obat, demamku bakal turun," ucap Soga dengan nada lemah tetapi auranya masih tegas.

Dengan langkah yang terburu-buru, wanita itu mengambil obat flu. Ia membantu Soga untuk meminum obatnya.

"Panas banget, Ga. Apa perlu ke rumah sakit?"

"Ya sabarlah. Gak mungkin abis minum obat, demamnya langsung turun. Sekarang aku cuma butuh istirahat."

Oranye tidak berkata apa pun lagi. Ia panik bukan hanya karena demamnya Soga, tetapi juga dirinya sendiri. Ia belum pernah menjaga orang sakit, bagaimana jika ia malah memperparah keadaan Soga?

Lelaki berkaos putih itu beranjak dari kursinya dan berjalan menuju kamar. Oranye yang tidak bisa diam, mencoba membantu menuntun lelaki itu. Soga tiba-tiba berhenti berjalan dan melirik wanita yang memegang lengannya begitu erat tersebut.

"Hei, aku masih bisa jalan. Cuma demam, bukan lumpuh."

Mendapat teguran, Oranye melepaskan tangannya dari lengan kekar Soga dengan perasaan berat. Ia tidak menyangka bahwa saat sakit pun, kadar kepedasan bibir Soga masih sama. Padahal ini kesempatannya untuk dekat dengan lelaki itu.

BLUE: Because Love U Everyday (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang