Sejak menikah, Oranye hanya bertemu Ayah beberapa kali. Orangnya baik dan terkadang humoris. Daripada disebut hubungan canggung, Oranye dan Ayah hanya bermasalah dengan waktu dan jarak. Namun, baginya, Ayah bagaikan papanya sendiri.
Oleh karena itu, Oranye juga tidak begitu perhatian dengan hubungan ayah-anak dengan Soga. Mereka terlihat baik satu sama lain, beberapa kali terlihat mengobrol serius atau terkadang santai hingga canda yang menghangatkan siapa pun yang melihatnya. Dan, satu hal yang Oranye tahu sekarang. Hubungan mereka lebih dekat dari yang ia kira.
Soga begitu terpuruk, terlihat kacau dengan berita yang menyayat hatinya. Di saat ia mendengar kabar ayahnya meninggal, di detik itu pula ia ingin segera pulang. Suasana hatinya begitu kalut, dengan ekspresi wajah yang tak pernah Oranye lihat. Untuk itu Oranye menawarkan diri untuk mengemudi menuju rumah orang tua Soga. Ia tidak bisa membiarkan lelaki yang sedang kalut itu mempertaruhkan nyawanya.
Sisi lain Soga yang ia lihat pertama kali adalah keheningan yang ia ciptakan. Begitu mencekam. Soga yang biasanya bisa memuntahkan ribuan kata, kini menjadi pendiam. Sepatah kata pun terlihat enggan. Tatapannya sering kali kosong, membuat hati Oranye ikut teriris.
Saat persemayaman, Soga tidak menangis. Tidak seperti Umi yang sampai pingsan atau Olivia yang meraung-raung. Bahkan Oranye sendiri merasa sangat sedih hingga menumpahkan air matanya. Soga tetap menjadi yang terkuat di keluarganya. Ia masih memiliki kekuatan untuk menggendong ibunya, bahkan membujuk sang adik untuk makan di saat suaminya sendiri kewalahan.
Soga yang masih bisa tersenyum tipis ketika menyambut orang tua Oranye yang datang, bahkan mengobrol panjang dengan beberapa sanak saudara dan tetangga sekitar. Soga yang terlihat kuat seharian, tetapi menjadi sosok yang lemah semalaman.
Tetap, Soga yang Oranye lihat adalah sosok yang rapuh. Sudah tujuh hari mereka menginap di rumah keluarga Soga dan setiap malamnya Oranye melihat lelaki itu meringkuk tidak nyaman. Terkadang tidak tidur sampai menjelang subuh. Padahal yang Oranye tahu, lelaki itu adalah orang teratur.
Setiap malam Oranye berkeinginan untuk memeluk lelaki itu, tetapi ia tidak berani. Hanya bisa menyelimuti dan memberi sapuan halus di kepalanya begitu Soga tertidur.
Malam ini adalah malam ketujuh sejak Ayah meninggal karena serangan jantung. Siapa yang menyangka bahwa mati bisa datang kapan saja. Bahkan di saat seseorang tersebut masih terlihat sehat di detik sebelumnya? Rahasia Tuhan, tidak ada yang tahu.
Oranye yang sedang menyiapkan makanan ringan untuk sekelompok lelaki berjejer yang sedang berdoa di ruang tamu hingga ruang keluarga itu sesekali melirik ke arah suaminya. Soga terlihat khusyuk. Tetapi tidak seperti hari-hari sebelumnya, wajah lelaki itu terlihat lebih kuyu.
Oranye berharap Soga baik-baik saja, tidak sampai jatuh sakit.
"Kak, ngelihatin Abang mulu. Ada yang salah?" Olivia yang bertanya pada Oranye saat ini mulai menerima kenyataan sehingga bisa mengontrol luapan kesedihannya. Begitupula dengan Umi yang duduk di pojokan sembari komat-kamit mengikuti ucapan doa yang terlantun seisi rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE: Because Love U Everyday (Tamat)
Romance#Romance-Comedy #Ambassador's pick Bulan Januari #Cerita Pilihan Bulan Januari oleh @WattpadChicklitID Jika Oranye suka kotor-kotoran, maka Soga benci setitik debu menempel di tubuhnya. Jika Oranye jarang mandi, maka Soga paling tidak nyaman jika se...