0.3

515 118 47
                                    

0.3 - 688
selamat membaca!





















Soobin memilih pergi ke halaman belakang rumahnya, merasa itu adalah wilayah paling luas di rumahnya selain halaman depan yang tidak bisa dijangkau karena pintu terkunci.

Beberapa orang mengikutinya, seperti Sunghoon, Niki dan Taehyun yang mengaku kalau ingin bersama tuan rumah saja agar kunci cepat ditemukan.

Mereka semua sepakat untuk mencari barang-barang yang hilang. Untuk hasilnya, bagaimana nanti saja.

"Renang enak, nih."

"Cari dulu kunci rumah gua." Soobin merespon dengan ketus, membuat Sunghoon menatapnya tak suka sebelum melenggang pergi dari kolam renang.

Wajar sih, bagaimana kesalnya Soobin ketika tahu satu set kunci rumahnya hilang, bagaimana takutnya lelaki jangkung itu jikalau nanti dimarahi habis-habisan.

Taehyun sibuk mengangkat satu-persatu kursi kecil di atas rumput, barangkali ada ponsel atau sesuatu di sana.

"Kira-kira kalau yang ditulis di piring itu beneran, mau gimana?" tanya Niki sambil membuka-buka halaman buku yang kebetulan ada di atas meja.

Sunghoon menoleh sekilas, kembali melanjutkan pencariannya di balik bantal sofa. "Gua mau bunuh lu semua."

Mereka semua menatap Sunghoon tajam, bisa-bisanya pemuda itu berucap demikian. Membunuh katanya?

"Bener, 'kan?" Dia membetulkan posisinya sambil memeluk satu bantal sofa, tersenyum simpul dan menghela napas.

"Lu mati, lu kalah. Berarti siapapun yang berhasil hidup, dia menang. Gua, pengen menang untuk hidup."



































••






































Yang tertua diantara mereka semua memilih untuk memeriksa lantai 2, berniat ingin melihat rekaman CCTV, tapi percuma karena ruangan itu juga terkunci.

Pelakunya benar-benar sangat detail.

"Udah lama gua gak main billiar," ujar Heeseung sambil membungkukkan badan untuk melihat bagian bawah meja billiar.

Jake terkekeh pelan sambil mengangguk, "Gua juga."

Tangan lelaki bule itu sibuk mengangkat satu-persatu tongkat yang tersusun rapi di ujung ruangan, dibantu Niki yang malah asik membaca tulisan Jepang di sebelah kanannya.

"Apaan itu, Nik?" Jake menoleh sekilas

Niki menoleh dan tersenyum jahil, "Cara untuk bunuh diri, Bang."

"Ngawur lu, Soobin bilang itu tata cara main billiar," ucap Yeonjun yang mulai melangkah masuk ke gudang yang berisi barang-barang antik.

Niki hanya terkekeh kecil sebelum melangkah ke arah balkon. "Pintu balkon aja dikunci."

"Tapi gudang enggak." Yeonjun menoleh sekilas ke arah teman-temannya. "Soobin sekaya apa sih? Ini barang antik semu—Woi! ADA EMASNYA!"

Heeseung menoleh, melangkah mendekati Yeonjun yang saat itu sudah memasuki gudang beberapa langkah, diikuti Jake dengan sebuah tongkat di tangannya.

"Dijual, kaya raya kita," gurau Jake sambil tergelak dibuat-buat.

"Gak ada niatan cari kunci di sini?"

Ketiga pemuda yang masih mengagumi sebuah guci dengan balutan emas menoleh, mendapati Niki yang kini melewati mereka sambil mengedarkan pandangannya di dalam gudang.

"Kayanya terawat banget." Heeseung menyentuh rak-rak besi di sana.

Tidak ada karat, bahkan sepertinya gudang ini diberi pengharum ruangan.

Rak berjejer rapi di setiap sisinya, dan ditengah-tengah terdapat etalase yang berisi beberapa piala penghargaan. Juara olahraga, seni, dan berbagai piala penghargaan lomba besar lainnya tersusun rapi.

"Kalau kita bisa keluar, kayanya bakal gua bawa pulang satu." Yeonjun berjongkok dan menunduk, melihat sebuah cermin kecil dengan bingkai emas yang terlihat masih baru.

Salah satu dari mereka terkekeh, "Kalau bisa keluar, kalau enggak?"




















••




















"Gua sama Bang Kai masuk kamar ini, nah lu berdua masuk kamar sebelah. Gua tau kok kalian takut, jadi jangan sendiri-sendiri."

Jungwon memandu, menyuruh Sunoo dan Jay untuk masuk ke salah satu kamar di sana.

Keempat lelaki ini memilih untuk memeriksa setiap kamar yang ada di lantai satu, kalau tidak ditemukan kunci disini, baru lah mereka pergi ke lantai 2.

Semuanya setuju, memasuki kamar sesuai yang dititah Jungwon. Mau semuda apapun, Jungwon itu memiliki jiwa pemimpin yang lumayan loh.

"Noo, coba lu sini," panggil Jay yang kelihatan bersemangat, bahkan pemuda itu sudah masuk ke sebuah kamar mandi yang terdapat di sana.

Sunoo mendekat, ikut memasuki kamar mandi dan menunggu apa yang Jay katakan.

"Ada dua ember baju kotor, coba cari di sini, siapa tau ada."

"Bau gak, Bang?"

"Bauan ketek lu."

Yang dibilang bau melotot tidak terima, "Ketek gua wangi ya!"

"Mana coba buktiin," ledek Jay sambil mengangkat satu ember yang berisi penuh dengan baju kotor.

Sunoo mendengus, "SINI LU GUA KETEKIN!!"

"AHH ENGGAK! SUNOO GUA BERCANDA!"

Spontan Jay melompat saat Sunoo menerjangnya, menjauhi lelaki tembam itu sambil tergelak dan memegang perut.

"Kejar gua kalau bi—"

DOR

"—sa."

"JUNGWON!"















________________
to be continue

You Die, You LoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang