0.8

395 91 39
                                    

0.8 - 897 kata
selamat membaca!
























"Gua ke toilet dulu!" Heeseung berteriak ke arah Niki, yang diteriaki memilih mengangguk dan fokus kembali pada kegiatannya.

Menyusun bola billiar.

Ctak

"Anjai, masuk lima." Niki menepuk dadanya bangga. Kesepian sekali karena malah bermain sendiri di sana.

Harusnya tadi dia mengajak Kai yang sedang sebelumnya dia lihat sedang berjalan sendirian seperti orang linglung.

Niki terus mendorong bola warna-warni di atas meja billiar dengan tongkatnya, sampai pintu toilet terbuka dan menampilkan Heeseung yang sedang membetulkan celananya.

"Pake celananya di kamar mandi dong, Bang!"

"Terserah gua, dong."

Yang lebih muda mendengus.

"Lu ngapain kencing di sini? Di bawah, 'kan, banyak toilet."

Benar, Heeseung datang saat Niki baru saja mulai menyusun bola billiar dan mendadak bilang kalau dia ingin ke toilet.

Buang air.

"Cari suasana baru."

"Heleh." Niki mencibir sambil mendorong bola putih dengan tangannya.

Heeseung terkekeh dan langsung mengambil sebuah tongkat dari tempatnya, "Ikutan."

Akhirnya Niki ditemani bermain.

Benturan antara bola menjadi pengisi suara ketika keduanya tidak bersuara, bersaing secara adil sambil tertawa kecil ketika ada hal yang sedikit lucu.

Tuk tuk tuk

"Eh ada yang naek!" ujar Niki panik sambil menghampiri tempat tongkat.

"Kena—"

"Bukannya berusaha keluar, malah main billiar disini, bego lu berdua."

Perkataan Heeseung dipotong oleh Kai yang mendadak muncul sambil membawa sebuah pisau di tangannya. Heeseung yang melihat itu mengedipkan matanya, pisau ya?

"Lu ngapain bawa piso?"

Kai melirik benda ditangannya dan terkekeh. "Lu lupa kalau gua pengen menang?"

Di detik itu juga, Kai mengejar mereka berdua sambil menodongkan pisau yang terus dia genggam.


















••



























"Bangun pagi, cuci muka, minum susu, gak mandi! Asoy!"

Jay berdiri di depan kulkas setelah mendapatkan sebotol susu segar dari kulkas milik keluarga Soobin. Lelaki bermata elang itu menatap sekitarnya was-was, dia takut mendadak ada yang menyerangnya dan berniat membunuhnya.

Makanya Jay membawa sebuah pisau kecil di sakunya. Ya, dia menemukan pisau itu di salah satu gudang lantai 2.

Puk

"Jangan mendekat!!" Jay sontak menodongkan susu botolnya ketika merasa seseorang memegang bahunya secara tiba-tiba.

"Lawak lu." Soobin terkekeh pelan sambil menggeleng, "Lu ngambil susu kenapa gak bilang-bilang?"

Ohiya, Jay lupa bilang.

"Lupa, gua minta sebotol ya? Hehe." Dengan tidak berdosanya Jay membuka susu itu.

You Die, You LoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang