0.7

464 103 73
                                        

0.7 - 804 kata
selamat membaca!






























26 Juni 2021

"Udah gua bilang bukan gua!"

Ckrek

"Diem aja atau gua tarik pelatuk pistol ini?" Kai menodongkan sebuah pistol tepat ke kepala Beomgyu.

Pistol yang menjadi pajangan rumah Soobin dan ternyata berfungsi dengan baik.

Lelaki yang kini diikat di atas kursi tidak bisa berbuat apa-apa, semua orang menuduhnya dengan alasan yang cukup kuat.

Padahal, Beomgyu hanya ingin minum.

"Gua minta lu ngaku, Gyu." Yeonjun berjongkok di depannya dengan tatapan tidak percaya. "Lu? Yang bikin semua ini?"

Beomgyu menggeleng cepat, "Bukan gua, Bang! Percaya sama gua!"

"Jelas-jelas lu! Gua sama Niki saksinya liat lu buru-buru mau keluar dapur!" Heeseung menimpali sambil menatap nyalang Beomgyu.

"Bang, mending lu ngaku sebelum kita bunuh rame-rame."

"Tapi bukan gua, Nik!!"

Beomgyu bersikeras dengan pendiriannya, bukan dia pelakunya! Beomgyu bahkan tidak bisa memenggal kepala seekor ayam!

Jay berdiam dipojokkan, menunggu hasil akhir yang akan teman-temannya putuskan. Bukti bahwa Beomgyu adalah pelakunya cukup kuat. Lelaki itu sudah 2 kali menjadi saksi pertama tanpa ada saksi lain.

"Kalian bukannya nyari kunci rumah gua biar bisa keluar, malah memperkeruh keadaan." Soobin datang dengan sebungkus roti di tangannya.

Lelaki berkemeja kotak-kotak itu melangkah santai, menghampiri Beomgyu yang terlihat tidak terima atas perlakuan teman-temannya.

"Gyu, gua gak tau lu salah atau enggak," ucap Soobin sambil mengunyah roti di mulutnya.

"Yang pasti gua ingetin sama lu, jangan bunuh orang lagi."

"Gua gak bunuh orang!"















••











































Jake, Yeonjun, dan Heeseung lebih memilih mencari kembali kuncinya tanpa mempermasalahkan soal menang atau kalah. Yeonjun bilang, bersabar dan berusaha keras mencari barang tersebut adalah salah satu usaha yang tidak akan menghianati hasil.

Tapi mereka belum sepenuhnya benar.

Karena 6 orang lainnya memilih berpisah dan mengintai satu sama lain, mungkin sekarang membunuh menjadi jalan mereka. Begitupun dengan Sunoo yang masih berada di dalam kamar tempat 3 jasad dan Beomgyu yang diikat.

"Lu kenapa masih di sini?" tanya Beomgyu angkuh sambil berusaha melepaskan ikatan di tangannya.

"Jaga-jaga takut lu penggal kepala temen gua." Sunoo menjawab santai seraya membuka halaman buku di tangannya.

Beomgyu berdecih, sepertinya sudah tidak ada lagi orang yang dapat ia percaya atau mempercayainya. Semua teman-temannya sudah sangat benci.

Dia menyesal, kenapa kemarin harus menemukan Taehyun dalam keadaan tidak bernyawa. Kenapa semalam malah haus dan berakhir melangkah ke dapur.

Ngomong-ngomong, ini sudah pagi.

"Lu gak percaya sama gua, Noo?"

"Yang gua percaya cuman Jungwon, Bang Sunghoon, sama Bang Taehyun. Tapi mereka udah mati, ya gimana ya," jawab Sunoo dengan nada tidak minat.

Benar kok, Sunoo cukup dekat dengan ketiga orang yang sudah tidak bernyawa di atas ranjang, malah kalau memilih, dia lebih baik dibunuh dan ikut ke sisi Yang Maha Kuasa bersama ketiga temannya.

Mau bunuh diri, tapi ingat dosa.

Cklek

Pintu ruangan tersebut dibuka, menampilkan Jake yang sedang meregangkan tangannya sambil menguap, kelihatan sekali baru bangun tidur.

"Pagi, Geng."

Tidak ada sahutan, Beomgyu hanya menatap sinis sebelum akhirnya mendelik. Ia lelah diikat seperti ini, bung.

"Yang lain pada kemana?" tanya Sunoo basa-basi dan kembali membuka halaman buku yang dia pegang.

"Bang Heeseung sama Bang Yeonjun baru bangun tidur, yang lain kayanya gak tidur semaleman."

"Ngapain?" Beomgyu ikut penasaran, tidak tidur katanya? Dia saja yang diikat begini tertidur sebentar tadi.

Jake mengangkat bahunya. "Gak tau, tapi gua curiga mereka mau bunuh-bunuhan."

"Dan kalian diem aja?!" Yang masih diikat mencoba berontak. "Gimana kalau ada yang mati lagi?!"

"Lah iya anj-"

Sunoo berdecak keras, membuat perkataan Jake terpotong.

"Bagus dong, kita bisa menang. Bang Jake, dah lu duduk sana, jangan buang-buang tenaga, ntar mati."


































••





























"Gua ke toilet dulu." Lelaki itu melangkah menuju toilet setelah mendapat anggukan setuju dari temannya.

Ketika sudah di dalam, ia melirik sekilas ke arah pintu, memastikan tidak ada yang curiga atau mengikutinya.

Matanya langsung beralih ke sebuah ember yang penuh dengan pakaian, menariknya satu-persatu dan mengambil sebuah ponsel di sana. Ponsel miliknya.

Dia melakukan panggilan suara, tersenyum kecil ketika mengingat kejadian yang menimpa teman-temannya. Senyumnya makin merekah ketika panggilan tersambung dan terdengar suara bariton lelaki dari seberang.

"Halo? Apaan?"

Lelaki itu terkekeh, "Cuman mau bilang makasih doang, makasih Bang Taehyung."

Yang dipanggil Taehyung sontak tergelak, bisa sekali nada itu diimut-imutkan, membuatnya geli sendiri.

"Iya sama-sama. Kalau butuh penembak jitu, bilang aja ke gua."

"Oke, Bang. Siap. Eh, lu udah keluar 'kan dari rumah ini?"

"Santai, seorang Taehyung itu gesit." Terdengar kekehan ringan di sana.

"Oh, yaudah."

"Bayarannya gimana?"

"Abis ini gua transfer, tunggu aja."

"Lebih dari lima ratus juta won, awas aja kalau kurang."

"Iya-iya, orang kaya nih."

"Ahaha, yaudah sana, takut ketauan."

Panggilan diakhiri, lelaki itu langsung beralih aplikasi untuk mengirimkan sejumlah uang pada kakaknya yang berperan baik ketika tragedi penembakkan Jungwon.

Tak mau lagi deh meminta bantuan kakaknya, 500.000.000 won itu banyak loh.

Ia yakin, hanya berdua pun pasti bisa melumpuhkan 7 orang yang tersisa.

Semoga.























________________
to be continue


curiga berlebihan itu gak baik, tapi siapa yang paling dicurigai?

You Die, You LoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang