1.1

372 90 29
                                    

1.1 - 766 kata
selamat membaca!



























Heeseung merebahkan dirinya di atas sofa, lelah karena baru saja selesai berkeliling rumah Soobin yang jauh dari kata sempit. Di dalam kamar, ada Kai yang membaca novel yang sama dengan yang pernah dibaca Sunoo.

"Kai, lu lagi apa?"

"Ngiris bawang."

"Lawak lu," gelak Heeseung seraya beranjak dan masuk ke kamar.

Satu kamar dengan 5 jasad yang sudah tidak bernafas, rasanya mereka semua sudah tidak takut berada di sekitar bangkai teman-temannya, sudah terbiasa.

"Apa sih isi ceritanya?"

"Mengisahkan sosok bau dan jelek yang bernama Lee Heeseung."

Plakk

"Awas aja kalau udah keluar dari sini, gak bakal gua bayarin ongkos lu."

"Lah?! Jangan dong Bang, nanti gua balik gimana?"

Heeseung pura-pura merajuk, membuat Kai merengek dengan mata yang masih fokus pada tulisan di dalam novel. Layaknya mendukung akting merajuk Heeseung mau tidak mau.

Kai menyelesaikan bacaannya, dan mengedarkan pandangan keluar kamar.

"Bang Yeonjun sama yang lain mana?"

"Au, udah mati kali."

Plakk

Sekarang giliran Kai yang memukul kepala Heeseung. "Ngomongnya udah kaya jalan tol, lancar."

Heeseung tergelak, disusul Kai yang mendengus dan berdiri.

Keduanya seperti sudah akur, padahal beberapa waktu yang lalu terjadi baku hantam antara mereka. Ya beginilah, wujud manusia yang cinta damai.

Heeseung, Kai, aku padamu.

"Serius, pada kemana?"

"Enggak tau, lu kira gua time traveller?"

"Bang, gak nyambung sumpah."

Heeseung tertawa kecil, puas melihat wajah kesal Kai yang kini malah seperti ingin menelannya.

Brugh

"Eh monyet!" Kai melompat dari duduknya, hampir terjatuh kalau tidak segera berpegangan pada ujung ranjang.

Heeseung mendongak setelah mendengar suara benda jatuh di lantai 2. "Apaan tuh yang jatoh?"

"Gak tau, tapi firasat gua mengatakan kalau kita harus kunci pintu kamar sekarang, biar gak ada yang masuk lagi."

"Anjai mengatakan."

"Bacot bener sumpah, buruan kunci, biar kita bisa berdua."

"Geli sumpah kata-kata lu."

"Gua masih normal ya, tolol!"





























••





















"Syalalalala hiya hiya kontet! Syalalalala hiya hiya kontet!" Jake bersenandung, seraya tangannya memegang knop pintu dapur dengan perlahan.

Mencoba lebih rileks setelah apa yang ia dan temannya alami hari-hari kemarin. Niatnya ke dapur ingin mencari bungkus racun yang katanya dicampur ke mangkuk ramen milik Beomgyu.

Entahlah, sepertinya dia sangat tidak ada kerjaan setelah menemukan seragam yang penuh noda darah.

Pintu dibuka, Jake sontak terkejut melihat apa yang terjadi di dalam dapur.

"Woah, sangat ... apa ya? Gini-gini aja, sih," monolognya sambil mendekati tempat sampah yang berada di ujung ruangan.

Jujur, Jake sedikit panik—ahh ralat, bukan sedikit tapi sangat. Dia bahkan tidak memikirkan masa depannya sekarang, biasanya tiap hari yang ia pikirkan adalah masa depan yang cerah. Tapi kini, hanya ada satu yang bergumul di kepala Jake.

Bagaimana cara mereka keluar dengan jantung masih berdetak?

Brakk

Terkejut, Jake menoleh dan mendapati Sunoo masuk ke dalam dapur bersama Yeonjun yang membanting pintu cukup keras. Mereka berdua terengah-engah, seperti habis dikejar rentenir.

"Ngapa kalian?" Alisnya menukik, heran dengan perilaku kedua temannya yang kini sibuk rebahan di lantai setelah mengunci pintu dapur.

Ahh iya, pintu kamar, dapur, dan ruangan lainnya yang bisa mereka masuki itu kuncinya ada di dalam lubang dan tidak hilang.

Kunci serep yang tunggal, bukan termasuk satu set kunci rumah Soobin yang hilang entah kemana.

Brugh Brugh Brugh

"KELUAR LU BERDUA!!"

"Walah? Bang Soobin kenapa?" tanya Jake sambil menghampiri 2 orang yang bersandar di pintu masuk.

Yeonjun menoleh, "Soobin yang ngelakuin semuanya, dia yang bunuh temen-temen kita."

Kedua mata Jake terbelalak, "Yang bener?!"

"Iya!" Sunoo bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati teko air minum di atas meja.

Lelaki gembil itu menuangkan segelas air dan langsung meminumnya hingga tandas.

Drtt drtt drttt drrttt

Dua orang lainnya menoleh ke arah Sunoo, ia dengan santai mengeluarkan sebuah benda persegi di saku celananya.

"Halo? Bang Soobin?"




















••




















Tok tok tok

Kai menatap horor pintu kamar yang diketuk, begitu pula Heeseung yang masih ada di depan pintu setelah menguncinya. Entah kenapa, perasaan mereka tidak enak.

"Ini gua Soobin, kenapa dikunci?" Seseorang di sana bersuara, membuat dua orang di dalam kamar bertatapan.

"Suruh masuk jangan?" bisik Heeseung bertanya dengan nada kelewat pelan.

"HAH?! Yang bener ngomongnya, kaga kedengeran."

"Yeu, setan." Heeseung mendelik, "Bang Soobin suruh masuk jangan?"

"Gak tau deh, gua bimbang."

"Lu berdua ngobrol kedengeran." Terdengar helaan napas dari luar sana, Soobin kembali mengetuk pintu dan minta masuk.

"Emang kenapa, sih? Gua mau masuk, nih."

"Buka aja?" Heeseung pasrah, kembali mendekat ke arah pintu dan memegang kunci yang bertengger di sana.

Kai ikut mendekat, "Barengan, kalau Bang Soobin bawa apa-apa, kita langsung lari keluar."

Heeseung mengangguk paham, kedua tangan itu akhirnya memutar kunci sebelum memutar knop pintu.

Cklek

Di sana ada Soobin, dengan sebuah pistol di genggamannya.

"LARI!!"

Brughh

"ANJING! PALA GUA!" pekik Soobin ketika dirinya jatuh kebelakang dengan posisi tidak elit.

















________________
to be continue







udah ketauan nih, bener gak dugaannya?

You Die, You LoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang