Bagian 33

852 84 9
                                    


Erwin mengakhiri ceritanya dengan hembusan napas. Matanya menerawang menunggu balasan dari Levi. Levi menangkap dengan baik semua yang di ceritakan. Walau semuanya masih tampak sulit di percaya. Namun orang berada di depannya kini terus memaksanya untuk percaya.

"Kau harus percaya apa yang aku katakan. Maka dari itu aku memastikannya lebih dulu sebelum kami semua datang menemui Hanji" ujar Erwin dengan wajah tanpa dosa.

Levi mencibir Erwin yang tampak sangat menyebalkan. Pria itu tampak kesal karena mereka tidak menemuinya lebih dulu. Setelah cerita panjang dan rencana yang akan di lakukan mereka. Mau tidak mau, Levi menyetujui perundingan antara Marley dan Eldia yang di wakilkan oleh Gaara sebagai utusan.

Bukan hak yang mustahil memang, namun persentase keberhasilannya kecil. Semua kubu sudah bergerak masing-masing hanya ada satu pilihan untuknya. Mendukung kubu yang lain, atau membuat jalan baru yang mungkin mustahil.

"Apa tidak masalah jika mereka yang pergi. Kau tau Erwin Marley sangat berbahaya. Mereka membenci Eldia hingga anak-anak tidak bersalah yang di lahirkan. Aku tidak yakin mereka akan menyetujui perundingan itu." ungkap Levi. Matanya merotasi malas dengan hembusan napas kasar.

"Aku sendiri tidak yakin. Namun apa salahnya dengan mencoba. Jika hal ini berhasil maka pertumpahan darah tidak akan terjadi." balas Erwin.

Erwin kembali mengingat kalimat Gaara sebelum mereka berangkat menuju benua Marley. "Jika mereka menganggap Eldia iblis, maka akan ku tunjukan iblis yang sebenarnya adalah kegelapan yang berada di dalam hati mereka. Aku akan baik-baik saja, ada Sai, dan Sakura bersama ku. Berada di dekat Shinobi hebat seperti mereka tidak akan bisa membuat Marley menyentuh ku walau hanya seujung kuku." Gaara tidak merasa ragu sedikit pun. Di saat semuanya menatapnya khawatir ke arahnya. Pemimpin muda itu bertekad dengan kepercayaannya. Tidak gentar mungkin pilihan kata yang tepat.

Levi menggerutu. Sejauh ini rencana yang mereka punya hanyalah pemusnahan masal. Tidak ada lagi rencana lain karena semua hal sudah di luar kemampuan mereka.

"Semua tampak ruyam dan menyebalkan, tapi aku sendiri tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti kemauan Panglima tertinggi." gerutu Levi. Dahinya sedikit berkerut kesal saat bertemu tatap dengan Erwin.

"Shutt ... pelan kan suara mu, bisa saja ada prajurit yang mendengar selain diri ku. Tapi, aku tidak menyangka kau akan menyetujui rencana Panglima Zekley untuk memariskan Eren dan kakanya kepada orang pilihan Polisi Militer."

"Sudah ku bilang kami tidak punya pilihan lagi, Erwin. Aku ingin sekali menentang rencana itu! Tapi percuma saja jika aku sendiri tidak mempunyai rencana cadangan!"

"Apa kami datang terlambat? Kini kita sudah punya rencana lain." ucap Erwin.

"Tidak juga. Namun hampir!"

Erwin tersenyum kecut. Memang benar, semua tampak ruyam. Levi menerawang, mencoba mencari topik lain dari beberapa presepsi. Benar juga Levi belum tau alasan Erwin tidak menemuinya secara langsung lebih dulu. Mengalihkan topik berat mereka ke pembicaraan yang sempat menegang mungkin lebih baik.

"Aku mengerti jadi sebenarnya alasan kau tidak menemui ku lebih dulu karena diri mu harus berbicara dengan Pixis lebih dulu, lalu Hanji." ucap Levi menyimpulkan. Nadanya terdengar yakin dengan apa yang dia simpulkan.

Erwin terkekeh. Membuat kerutan di dahi Levi semakin bermunculan. Pria itu lantas tersenyum dan berkata. "Itu hanya akal-akalan Naruto saja." Levi memejam. giginya bergemelatuk menahan geram. Perempatan di dahinya menyembul keluar. Erwin menutup mulutnya menahan tawa saat melihat ekspresi Levi yang di naungi aura membunuh.

Shinobi's new adventure// ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang