Bagian 15

1.6K 157 8
                                    


Armin berjalan berdampingan dengan Shikamaru yang berada disebelahnya. Shikamaru melirik Armin yang sejak tadi hanya diam merasa canggung.

Shikamaru terus berjalan mengajak Armin berkeliling desa. Mulai dari pasar, akademi, hingga tempat Shikamaru biasa tidur siang.

"Kau menyukai tempat ini, Armin?"
"Ha'i! Aku sangat menyukai tempat ini Shikamaru-san. Tempat ini sangat tenang dan damai sangat berbeda sekali dengan tempat ku berasal."

"Semua kedamain ini didapat dengan  bayaran yang mahal Armin. Banyak Shinobi yang gugur dalam memperjuangkan kedamaian ini salah satunya Ayah ku." Ucap Shikamaru sambil tersenyum kecil,

"Ayahnya Shikamaru-san?"

"Tidak seperti Naruto aku lebih beruntung karena ayah ku ada bersama ku walau pun dirinya telah gugur dimedan pertempuran."

"Maafkan aku Shikamaru-san," ucap Armin menunduk.

"Tidak masalah Armin." Shikamaru memukul kepala Armin pelan yang lebih pendek darinya.

Shikamaru membawa Armin ke tempat Shikamaru kecil sering menatap awan sambil berbaring.

Shikamaru merindukan tempat ini, tempatnya menghabiskan waktunya setelah lelah belajar di akademi. Juga tempatnya saat pertama kali memulai persahabatannya dengan Choji.

Shikamaru tersenyum mengingat Choji kecil yang menangis mengadu kepada ayahnya tentang perlakuan teman-temannya.

Shikamaru kecil selalu diajarkan oleh ayahnya untuk tidak menilai orang melalui sampulnya.

Karna hasil didikan ayahnya Shikamaru kecil menjadi sosok yang menerima dan mengayomi teman-temannya bukan hanya dulu namun hingga sekarang.

Hal ini juga yang membuatnya mempunyai banyak ikatan dengan teman-temannya termasuk Naruto yang dulunya selalu dimusuhi penduduk desa.

Shikaku tidak pernah melarang Shikamaru berteman dengan Naruto. Atas izin ayahnya Shikamaru kecil akhirnya sering melakukan interaksi dan menerima Naruto, perlahan mengundang teman-teman lainnya ikut menerima Naruto.

Shikamaru merebahakan dirinya dan menjadikan tangannya sebagai bantal pada bangunan kecil terbuka yang hanya mempunyai atap namun tidak menghalangi pandangan untuk menatap awan.

Shikamaru mengkode Armin untuk mendekat dan ikut merebahkan dirinya sepertinya.

Armin yang mengerti mengikuti apa yang Shikamaru lakukan.

"Apa arti kehidupan ini bagi mu Armin?" Tanya Shikamaru membuka pembicaraan.

"Menurutku kehidupan adalah penderitaan dan juga kebahagiaan yang tidak ternilai. Kehidupan ku tidak berjalan dengan baik walau pun aku selalu berharap ada hal baik yang datang. Aku selalu menjadi yang terlemah diantara yang lainnya. Saat aku kecil jika terjadi sesuatu pada ku Eren selalu datang menolong ku bersama Mikasa. Tidak peduli jika pada akhirnya Eren terluka dirinya terus memaksa melawan orang-orang yang mengganggu ku."

Shikamaru hanya ingin mendengar Armin berbicara tanpa ada niat memotongnya.

"Saat dinding berhasil ditembus aku sempat khawatir Eren dan Mikasa tidak terselamatkan. Namun sebelum kapal berlabuh ke dinding yang lebih dalam aku melihat Eren dan Mikasa yang berhasil selamat. Aku merasa sangat senang saat melihat mereka baik-baik saja. Namun kelegaan ku itu hanya sesaat, setelah aku menyadari ekpresi Eren yang kosong aku menyadari sesuatu mengerikan telah terjadi dihadapan Eren."

Armin bercerita dengan napas berat dan suara yang mulai serak. Mengingat semua yang telah terjadi membuat Armin semakin rapuh. Apalagi menyadari bahwa yang menyebabkan hal mengerikan itu terjadi adalah temannya sendiri.

Shinobi's new adventure// ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang