Bagian 31

1K 101 23
                                    

Tenggelam dalam keputusasaan memang perkara menyakitkan. Ibarat mendapat luka sayatan yang mendera tanpa henti. Sakit dan akan terus sakit. Belum di hitung dengan luka menganga yang tidak tampak jika di lihat dengan mata. Tersembunyi dan sangat merepotkan.

Manusia tanpa emosi bukan hal yang mustahil. Namun, jika itu terjadi keseimbangan yang sering disebut-sebut tidak akan pernah ada.

Mematikan emosi tidak semudah yang di bayangkan. Lagi-lagi perasaan membawa seseorang untuk memutuskan. Manusia adalah budak dari perasaannya sendiri? Mungkin pernyataan itu benar. Atau mungkin manusia adalah budak dari sesuatu yang tidak di ketahui wujudnya. Jika itu benar? Maka berbahaya!

Belum mengerti? Itu pasti. Sai, pemuda itu bertanya-tanya apa hal itu yang di rasakan oleh setiap manusia yang sama seperti dirinya ketika memutuskan sesuatu. Perasaan itu berperan besar dalam setiap pengambilan keputusan, kata orang.

Lantas bagaimana bagi seseorang sepertinya yang mengambil keputusan dengan berpikir rasional. Memikirkan banyak konsekuensi dari tindakan. Belum lagi tepat atau tidaknya hal itu di lakukan. Penuh pertimbangan dan hati-hati, namun tidak ada perasaan didalamnya.

Dalam kurun waktu lima tahun bersama Naruto dan yang lainnya memberi pelajaran banyak untuk Sai. Tahap demi tahap emosinya mulai terbentuk. Tidak perlu terburu-buru. Membuat ikatan dengan seseorang memang hal yang tepat. Karena dengan begitu emosinya bisa saja kembali jika belajar dari orang sekitar. Kebahagian itu menjalar. Itu yang di rasakannya.

Sai tidak akan pernah memutuskan ikatan dengan orang lain. Tidak! Tidak akan pernah! Terlebih berada di sekitar mereka terasa menyenangkan baginya. Mustahil untuk pergi menjauh.

Pemuda itu juga bertanya-tanya? Apa waktu dan keadaan dapat merubah emosi dan perasaan seseorang? Jika benar, apa itu akan terjadi juga dengan dirinya?

Karena saat ini dirinya sedang melihat ke arah Naruto yang tampak tenang. Naruto perlahan berubah? Apa itu pertanda baik? Biarlah, dirinya pasti akan mendapatkan jawabannya nanti.

Ruangan berukuran minimalis itu di isi oleh beberapa orang. Sai termasuk salah satunya. Dan lagi, sudah sejak seminggu lebih misi selesai. Secepatnya mereka akan menerima kembali misi dari Kakashi.

Untuk kembali ke dinding.

Kakashi berdeham. Mengusir sedikit keterdiaman yang menyelimuti mereka. Dirinya mengajak Erwin bercakap-cakap sambil mengisi waktu. Sedangkan Shikamaru terus menguap, matanya sedikit berair karena mengantuk akibat tidak tidur semalam. Mengatur strategi bersama Kakashi semalam suntuk. Belum lagi perdebatan ringan antara dirinya dengan sang Hokage. Erwin, Pria itu selalu hadir. Kakashi sudah memberi tau semua yang terjadi dan rahasianya dengan Orochimaru. Seperti biasa, Pria itu tampak tenang.

Naruto yang tampak tenang hampir mati kebosanan di ruangan itu. Apanya yang berubah? Naruto hanya tampak sedikit dewasa sekarang, fisiknya. Lihat dirinya yang dengan jahil menarik-narik jubah Sasuke. Naruto bahkan secara iseng menggunakan kain penutup kepala milik Sasuke yang tidak lagi di gunakan.

Naruto memakai kain itu tidak pada kepalanya. Melainkan pada leher layaknya Levi memakai cravat. Sai terkekeh. Naruto terus berpose layaknya Levi. Sedikit menghibur walau tidak ada mirip-miripnya. Erwin tersenyum. Melihat Naruto tiba-tiba teringat dengan semua rekannya di pasukan pengintai. Erwin disini hanya melihat Naruto dan yang lainnya tumbuh.

Hanji dan Levi mungkin sangat kerepotan disana. Naruto juga mengakuinya karena disana dirinya melihat semua kinerja para Pasukan Pengintai selama ini.

Sasuke hanya diam. Berusaha menghiraukan apa yang merasuki sahabatnya.

Tidak melirik dan bahkan memasang muka tembok. Lihatlah ekspresinya Naruto yang cemberut kesal karena Sasuke tidak menggubrisnya. Di abaikan bahkan tidak direspon. Pipinya sedikit di gembungkan. Seperti anak kecil yang sedang meraju. Jari telunjuknya bergerak sibuk menusuk-nusuk pipi tirus Sasuke.

Shinobi's new adventure// ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang