Jean menyeret dua bocah itu pergi ke kabin tempat Eren dan Levi berada. Darah keluar dari wajah mereka yang lebam. Wajar saja, setelah mereka ketahuan. Mereka mendapatkan pukulan yang membabi-buta dari para orang dewasa. Mengganggu para prajurit pasukan pengintai memang perbuatan merugikan. Jean tidak habis pikir, bagaimana mungkin bocah seperti mereka mampu melakukan sesuatu diluar dugaan.
Untunglah sebelum itu berlanjut Jean segara membawa dua bocah itu pergi sebelum mereka mati di tangan prajurit. Setidaknya mereka harus hidup lebih lama. terbunuh secepat itu? Kasian sekali mereka. Lagi pula yang nyaris terkena tembakan hanya syok.
Di ruangan yang ditempati Levi untuk mengawasi Eren. Mikasa mencoba menahan semua emosi miliknya yang menumpuk. Gadis itu tampak sangat cantik walau dengan rambut pendeknya. Mikasa hampir kehilangan kendali karena sikap Levi yang mengintimidasi Eren. Jika Armin tidak menenangkannya, mungkin Pria cebol itu sudah mendapatkan serang bertubi-tubi dari sesema Ackerman yang tersisa.
Armin pun merasakan hal yang sama. Jika sudah begini, pikirannya akan bimbang untuk memihak kepada siapa. Namun Armin tidak memiliki keberanian untuk menentang Levi. Pemuda itu hanya berusaha untuk terus berpikir logis dengan otak cerdasnya. Disaat seperti ini dirinya teringat pesan Shikamaru untuk selalu menghadapi situasi dengan tenang.
Engsel pintu bergerak menampilkan siapa pembukanya. Tampak pemuda berdiri tegap dengan dua tangan yang tampak penuh menggenggam. Di tangannya dua bocah tadi terkulai lemas kehabisan tenaga. Walau satunya masih berusaha kuat mempertahkan kesadarannya dan terus memberontak.
Pingsan disaat seperti bukan lah yang bagus. Bisa saja mereka melempar dua bocah itu ketika salah satunya tidak sadarkan diri.
Atensi mereka langsung tertuju ke arah pintu masuk yang terbuka. Termasuk Eren yang tadinya menunduk. Matanya menatap ke arah tangan Jean yang membawa dua bocah babak belur. Eren tampak kacau, semua sedikit di luar dugaan.
"Apa yang terjadi?" tanya Hanji yang melihat dua bocah dengan muka penuh darah dan lebam ditangan Jean. Hanji baru saja keluar dari ruang kemudi meninggalkan Onyonkopon yang mengemudikan kapal terbang menuju pulau Paradise.
Hanji membetulkan letak kacamatanya yang menurun. Moblit sedang berada di Paradise mengawasi para tahanan dari Marley.
Jean mendelik. " Mereka mencoba mangendap-endap naik ke atas kapal. Salah satu diantaranya membawa senjata dan hampir membunuh Sasha!" ucapnya keras membuat Gabi dan Falco berlutut.
"SASHAAA!!!" Teriak Mikasa dan Armin bersamaan. Mereka berlari cepat ke kabin lain untuk memeriksa keadaan kawannya. Disana terlihat Sasha yang masih syok, dengan Connie yang sibuk menenangkannya. Sasha lapar, dan Connie dengan susah payah menyarikannya makan darurat untuk dimakan.
Levi memandang dua bocah itu dengan tatapan bengis. Bocah yang sama yang diliatnya saat hampir meledakan Zake. Bocah itu juga yang membuat Levi ragu menarik pemicu tombak petirnya.
"Gabi, Falco. Apa yang kalian lakukan disini?" Zake memandang terkejut keduanya. Yang dipandang juga tak kalah terkejut dengan apa yang ada dihadapannya. Seseorang yang dikenal. Seseorang yang tadi di ledakan.
"Zake-san! Anda masih hidup? Tapi, anda ditangkap dan diledakan oleh mereka...."
Gabi berasumsi bahwa Zake telah mati didepan matanya. Tepat saat ledakan terjadi, Pieck sang raksasa pengangkut mencoba melindungi mereka. Wanita itu terluka. Setelah sebelumnya dijebak bersama Porco.
Levi mendekat. Mencoba melihat lebih jelas wajah kedua bocah itu. Levi tidak mungkin lupa. Dua bocah inilah yang memang di lihatnya sebelumnya.
"Siapa bocah-bocah ini?" tanya Levi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shinobi's new adventure// END
Fantasía(anime story ke 1) @NarutoxAot Pemuda penuh kejutan Uzumaki Naruto dan Eren Yeager di pertemukan dalam sebuah kisah. Rangkaian cerita miliknya dalam berjuang mencari kebebasan untuk semua orang. Sebuah kiasan unik yang ditangkap oleh pikirannya dima...