PART 10

4.8K 545 10
                                    

Beberapa jam yang lalu hujan turun sangat deras mengguyur ibu kota Jakarta yang tengah sibuk menjalani aktivitasnya di siang hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa jam yang lalu hujan turun sangat deras mengguyur ibu kota Jakarta yang tengah sibuk menjalani aktivitasnya di siang hari. Walau kini hanya gerimis namun udara masih terasa sangat dingin untuk suhu normal seperti biasa.

Nalen dengan rasa malu menyembunyikan senyuman nya dari Rajendra yang tengah tertidur dan bersandar di bahunya. Kalau di lihat-lihat Jendra aneh juga bisa takut sama yang nama nya hujan. Padahal kan hujan itu menenangkan, damai, serta bau harum ciri khasnya dapat membuat siapapun terpesona karena nya.

Tapi lihat, dari jutaaan ribu manusia di bumi, Nalen baru menemukan salah seorang yang takut akan hujan.

Duduk di antara bangku panjang yang ada di depan kelas membuat kesan romansa anak muda. Yang lain sudah memutuskan untuk pulang karena jam pelajaran telah usai. Sedangkan mereka berdua, menunggu sampai hujan reda.

Mengusak rambut hitam tebal milik Jendra. Tanpa di sadari yang empunya bangun dari tidurnya.

"K-kok bangun?" tanya Nalen agak gugup.

Jendra mengucek matanya yang masih mengantuk, kembali menyandarkan kepalanya di bahu Nalen. "Hujan nya udah reda?" tanyanya.

"Udah, cuman tinggal gerimis aja. Mau pulang sekarang?" dengan terus terang Nalen mengusap kembali rambut tebal milik Jendra.

Di balas dengan anggukkan Jendra yang terlihat seperti anak kecil. "Iya, gw anter lo dulu" katanya.

"Jangann, lo pulang duluan aja" sergahnya cepat. Pasalnya kedua orang tuanya sudah pulang dari Surabaya. Yah setelah seminggu menghabiskan waktu di luar kota akhirnya mereka memutuskan untuk pulang sementara ke Jakarta.

"Kenapa gitu?"

"Nyokap bokap gw ada di rumah. Jadi lo pulang duluan aja"

Jendra mendengus pelan. "Terus gw ngebiarin lo pulang sendiri aja gitu? Gak Na. Gw tetep mau anterin lo pulang" finalnya sebelum mendengarkan penolakan Nalendra yang lain.

"Cih, yaudah" agak kesal, tapi Nalen juga seneng karna Jendra mau mengantarnya meskipun mendapat penolakan dua kali darinya.

Setelahnya mereka langsung pergi menuju ke parkiran sekolah, masing-masing langsung memakai helm nya. Nalen yang udah siap kemudian naik ke atas motor Jendra. Memegang pundak kakak kelas yang sekarang udah menjadi pacarnya (?).

"Pegangan yang bener nanti jatoh" cetus Jendra, mengeluarkan motornya dari area sekolah.

Jalanan nampak sepi, tidak seperti biasanya yang sering macet di jam jam segini. "Nanti banyak orang yang liat kalo gw meluk lo Jendraaa" tekan Nalen yang udah tau maksud darinya.

"Siapa yang berani liatin lo? Gw hajar kalo bisa"

"Najis alay" cibir Nalen sembari merotasikan bola matanya malas.

Mengundang tawa dari Jendra. Sebenarnya hujan memang tidak terlihat menakutkan ketika ia berada bersama dengan Nalendra. Hanya karena anak di belakangnya, dia tidak terlalu merasakan khawatir berlebihan ketika hujan datang. Dan pelukan hangat dari Nalen, terasa sangat nyaman baginya.

[ ✔ ] Rajendra - nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang