PART 22

4K 484 8
                                    

"Permisi" seru salah seorang siswi berambut ikal dari kelas lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Permisi" seru salah seorang siswi berambut ikal dari kelas lain.

Semua murid kelas XI-IPS-1 menoleh ke arahnya. Gadis itu terlihat gugup karena semua pandangan mengarah kepadanya. "A-anu, Regan Prayudha di panggil ke ruang guru, terimakasih" katanya, kemudian pergi dari sana.

Nalen dan juga Haikal langsung menoleh ke arah Regan yang berada di meja jajaran sebelah. 

Regan mengerutkan keningnya. Dia tau, ini pasti panggilan dari orang tua nya. Bukan dari guru. Menghela napas pelan sebelum bangkit dari duduknya

"Gan, lo ada masalah?" tanya Haikal.

Regan tersenyum kecut. "Kayaknya" kemudian dia benar-benar pergi meninggalkan kelas.

Sesuai perkiraan nya dari awal, Regan bertemu dengan kedua orang tuanya yang kini memandanginya dengan tajam.

"Puas kamu? Puas kamu jadi anak nakal?" gertak ayahnya yang bernama Cahyo, asli Jawa.

"Yah, Regan puas. Puas banget Yah!" menegaskan rahangnya. Semoga saja dinding pertahanannya kini tidak akan roboh.

"Tinggal dimana kamu sekarang hah?? Kamu gak mikir apa yang bakalan terjadi ke keluarga kita kalau kamu gak menikahi Sasha?? Gak mikir kesana hah?!"

Sedang mama nya hanya diam memerhatikan keduanya. Terlebih dengan kondisi Regan yang agak kurusan setelah beberapa hari kabur dari rumah mereka.

"Berapa kali Regan bilang, Regan nggak peduli. Mau apapun akibatnya, Regan nggak bakalan pernah setuju nikah sama Sasha. Regan lagi sekolah, jadi maaf. Regan harus pergi" menguatkan diri untuk melangkah pergi dari sana. Tapi salah satu perkataan Ayah nya menghentikan kembali langkahnya.

"Pria itu, anak yang bernama Geovano. Ayah nggak segan-segan buat memberi perhitungan ke anak brandal itu" tukas sang Ayah beserta seringainya.

Hatinya melemah, benteng pertahannya kembali roboh. Matanya memerah dan mulai berair, membalikkan tubuhnya untuk kembali berhadapan dengan Ayahnya yang masih menunjukan seringainya. "Ayah mana? Ayah mana yang tega mengorbankan kebahagiaan anaknya demi status pekerjaan? Ayah mana yang berani merusak kebahagiaan anaknya? Ayah mana! Ayah mana hah!!" tangisnya pecah, berteriak histeris di ruangan kedap suara tersebut.

Mama Mira membuang atensinya, dia tidak bisa melihat anak semata wayangnya menangis seperti ini. Mau bagaimana pun, kebahagiaan anaknya adalah yang utama. Mau bergelimang harta sebanyak apapun, jika kebahagiaan tidak di dapatkan. Itu tidak akan pernah ada artinya.

"Yah udah. Batalin pernikahan itu. Kasian anak kita" pinta sang istri yang sedari tadi tidak bersuara.

"Apa?? Mama gak bisa gitu dong! Kita udah sepakat mau nikahin anak kita sama Sasha"

"Tapi Regan juga butuh keadilan ayah!" mama Mira membentak.

Regan menatap keduanya dengan mata berair. Dia pikir Mama juga tidak akan membelanya, tapi justru sebaliknya. Regan perlu bersyukur.

[ ✔ ] Rajendra - nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang