PART 19

4K 483 3
                                    

"Rajendra Pranadipa! Lo definisi orang terpayah yang pernah gw kenal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rajendra Pranadipa! Lo definisi orang terpayah yang pernah gw kenal. Haha" tawa seorang gadis berambut lurus yang berdiri di depannya.

Jendra yang kala itu tengah membaca buku sains yang ia pinjam dari salah satu toko buku terpaksa menoleh ke arah gadis bernama Liony Hera.

"Yah, tatapan datar lagi" rengeknya bak anak kecil. Mengambil posisi duduk di samping Jendra dengan kedua kaki yang di tumpang tindih pada kaki lainnya. "Gw capek" katanya.

"Kenapa?" dia yang awalnya tidak mempunyai ketertarikan akan gadis itu akhirnya merasa tertarik, ah. . terusik karena melihat senyum Hera memudar tidak seperti biasanya.

"Kehilangan—ah bukan" menjeda kalimatnya.

"Padahal gw masih SMA tapi udah punya nasib buruk. Menyedihkan ya?"

"Gw gak paham" timpalnya dengan nada datar, melepas kaca mata baca yang di kenakannya.

Hera mendengus kesal. "Lo, dan gw itu sama Rajendra Pranadipa. Hidup sendirian di tengah kerumunan orang banyak. Padahal kita sendiri belum tau apa masalah yang sebenarnya"

"Jadi anak broken home itu bikin gw sakit kepala, pengen mati, semangat gw berkali-kali patah. Lo gak capek?" melirik ke arah Jendra yang diam saja.

"Percuma gw ngomong sama lo, berasa ngomong kayak tembok tau!" gadis itu membentak tak suka karena dirinya di acuhkan.

Merasa bersalah dengan sikap nya yang teramat dingin, akhirnya Jendra meraih tangan kecil milik Hera, menautkan jemarinya dengan jemari kecil Hera yang berbeda jauh dengan ukuran tangan nya. "Lo itu temen kecil gw Hera, gw tau kalau kita sama"

Mengusap surai kecoklatan milik Hera. "Mari berjuang bersama"

Senyum kembali terpatri di wajah cantik Liony Hera. Mengangguk sangat antusias.

Dan pada saat itu keduanya menjadi semakin dekat, melebihi seorang teman masa kecil ataupun sahabat pada umumnya. Keduanya memendam perasaan yang sama, sampai pada akhirnya salah satu dari mereka mengungkapkan hal itu. Jendra.

Hari-hari berlangsung membaik, atau bahkan jauh lebih baik dari masa sulit yang pernah mereka temui.

Hera yang mudah bosan, akhirnya bermain hati dengan pria lain. Entah apa tujuan nya, mencari kasih sayang atas perhatian yang lebih mungkin? Yang belum pernah ia dapat dari seorang Rajendra Pranadipa.

"Gw mau putus" ucapnya secara sepihak.

Jendra menukikkan alisnya tidak terima. "Kenapa??"

"Gak tau"

"Hera!"

"Apa? Gw udah bosen sama lo Jen. Gw gak tahan sama sikap lo yang kayak bocah sd yang tiap hujan datang pasti ketakutan. Gimana caranya gw punya pacar yang kenyataannya punya rasa takut melebihi bocah sd? Gw malu. Temen-temen gw pada ngejek karena lo terlalu kekanakkan" menyuarakan semua yang di rasakan olehnya.

Memberi hantaman bagi Jendra yang sudah berjanji untuk menjadi pendamping hidup Hera untuk selama-lamanya. Meninggalkan rongga luka yang tertanam di ulu hati tanpa ia sadari.

Hera pergi meninggalkannya di tengah badai hujan sore hari. Membuat rasa trauma Jendra semakin menjadi-jadi.

"HERA!!"

"HERA!! JANGAN PERGI!"

"HERA!!"


"H-hahhh . . " napasnya terengah, lehernya seperti terjerat kawat yang menghalangi pernapasannya.

Mengalihkan atensinya ke arah jam dinding yang menunjukan pukul dua pagi. Dia mengalami mimpi buruk itu lagi.

"Hera" napasnya masih terengah.

Indra penciumannya menangkap aroma khas milik Nalendra yang menyeruak di bantal sebelahnya. Matanya melebar. Menyadari Nalen sudah tidak ada lagi di sisinya, padahal tadi anak itu bilang akan menginap disini.

Persetan dengan mimpinya, pasti kebiasaan buruk Jendra yang selalu mengigau di malam hari membuat Nalen pergi. Terlebih dia memimpikan Hera.

Meremat pelipisnya yang terasa berdenyut. Sebaiknya Jendra langsung menghubungi Nalen agar tidak salah paham. Ia memang harus melakukannya.

Ponsel Nalen tidak bisa di hubungi, mungkinkah dia sudah tertidur? Di liat kembali jam yang sudah menunjukan pukul dua lebih dini hari. Dia memang bodoh jika bertanya Nalen sudah tidur apa belum. Kenyataannya semua orang pasti akan tertidur di jam segini.

Menarik napasnya dalam-dalam. "Hera lagi" gumamnya. Dia sendiri jengah karena pikirannya selalu terusik dengan sosok Hera. Padahal disisinya sudah ada Nalendra yang siap menemani hidupnya.

"Pacar lo di begal Jen?" cetus Deris. Di saat mereka tengah berjalan di sekitaran koridor dan hendak masuk kelas.

"Begal apaan?" sahutnya dingin.

Deris menggerakan tangan nya dan menunjuk ke arah depan. "Tuh lagi sama Haidar"

Jendra mengerutkan keningnya, rahangnya sudah menegas karena melihat hal yang tidak ia inginkan di pagi hari. Berjalan dengan langkah cepat untuk menghampiri Nalen yang juga berjalan ke arahnya.

Tatapan sengit Jendra tujukan kepada Haidar yang juga tak mau kalah. Menarik tangan Nalen cepat untuk menjauh dari Haidar. "Jangan ganggu pacar gw, dekel lo banyak kan? Pacarin sana" tukas Jendra tak suka kalau miliknya bersama orang lain.

Nalen menghela napas kasar, menepis tangan Jendra yang memegangnya posesif. "Apa sih Jen, masih pagi. Jangan ribut, gw capek" katanya, kantung mata yang melingkar samar di matanya menunjukkan bahwa di kelelahan.

"Gw ke kelas duluan"

"Gw anter" timpal Jendra.

"Gak usah" melangkahkan kakinya dan memilih untuk berlalu dari sana.

Jendra mendengus tak suka, melempar tatapan tajam nya ke arah Haidar.

"Gw gak pernah mau nikung lo tolol" seru Haidar pada akhirnya.

Deris masih anteng jadi pendengar yang baik disana, memerhatikan wajah kedua sahabatnya yang saling tatap-tatapan satu sama lain.

"Terus kenapa lo sering godain pacar gua?"

"Suka"

"Anj"

"Lo kemana semalem?" tanya Haidar.

Jendra memandanginya tidak tertarik.

"Nalen hampir aja jadi korban pelecehan, harusnya lo tau itu kalau lo pacarnya dia" tukas Haidar, pergi meninggalkan Jendra dan masuk ke kelasnya yang berada di ujung koridor.

"Eh?? Tadi si Haidar bilang apaan?? Gw gak denger jelas" tanya Deris yang melewatkan momen terpenting dari pembicaraan teman nya.

"Pelecehan?"




"Pelecehan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


—tbc—
Jgn lupa votment yarobun

[ ✔ ] Rajendra - nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang