PART 16

4.4K 490 6
                                    

Suana canggung yang tercipta sedari tadi tak kunjung berlalu, Jendra menetralkan detak jantungnya yang berdegup cukup kencang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suana canggung yang tercipta sedari tadi tak kunjung berlalu, Jendra menetralkan detak jantungnya yang berdegup cukup kencang. Berbeda dengan Nalen yang biasa-biasa aja, bahkan dengan terus terang dia yang mengungkapkan semuanya.

Menaruh gelas yang sedari tadi di pegangnya, tante Rosita menatap ke arah dua anak yang berada di hadapannya. "Nalen, kamu tau kan hubungan sesama jenis itu nggak wajar?"

Nalen menghentikan acara makannya, menatap ragu ke arah Jendra yang masih menundukkan kepalanya. "Iya, Nalen tau itu gak wajar"

"Terus kenapa kamu malah milih perjalanan hidup yang sulit?" lagi-lagi tante Rosita mendesak mereka.

"Orang lain bakalan mikir kalau keluarga kita itu aib Nak . ."

"Mama nggak masalah sama pergaulan kamu di luar sana kayak gimana. Tapi mama masih nggak percaya kalau kamu bisa senekat ini" tambahnya.

Nalen terdiam, meremat jemari-jemarinya untuk menghalau rasa takut yang tiba-tiba saja datang. "T-tapi ma . .

-Nalen sayang Jendra"

Tante Rosita mengangguk paham, sekarang atensinya beralih ke arah Jendra yang menjadi pusat perhatiannya kini. "Lalu kamu? Kamu sayang sama anak tante?"

Dengan ragu Jendra menganggukkan kepalanya. "Iya, tante. Saya juga sayang Nalen"

Om Ferdi mengusap pundak istrinya, memang bukan tipikal orang tua yang banyak bicara. Tapi kalau diam terus seperti ini menjadi sangat menakutkan.

"Papah gak masalah kalau kalian pacaran"

"E-eh??" Nalen menoleh sangat antusias mendengar perkataan papahnya, begitu pula Jendra yang mendapat kartu hijau langsung dari sang calon mertua.

"Asal kalian tau batasan wajarnya. Papah sama Mama juga udah tau hubungan kalian itu lebih dari sekedar teman. Papah menaruh kepercayaan penuh kepada kalian berdua" ujarnya dengan tutur kata yang sangat ramah.

Tante Rosita menghela napas pelan, menatap secara bergantian ke arah Nalen dan juga Jendra. "Mama juga setuju. Tapi buat Jendra, tante berharap kamu bisa bahagiain anak tante"

"Jendra bakalan berusaha buat terus bahagiain Nalen. Terimakasih tante, om . . karna udah ngerestuin hubungan terlarang kami"

Nalen tersenyum lebar, menggenggam tangan Jendra yang berada di bawah meja. Tangan lebar dan kekar yang Nalen sukai. Bahkan segalanya dari Jendra, adalah hal yang paling di sukai oleh Nalen. Memang tangan ini sempat berbuat kasar padanya, tapi Nalen akan berusaha membuat tangan ini menjadi lebih baik.

"Malvin masih belum masuk Kal?" tanya Nalen di saat mereka tengah berada di kantin untuk makan siang.

Haikal menghembuskan napas panjangnya. "Belum, kakinya masih sakit. Mungkin besok dia masuk"

"Ow . . lo sendiri kenapa diem dari tadi Gan?" sekarang dia beralih kepada Regan yang cuman diam saja seperti patung.

[ ✔ ] Rajendra - nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang