𝟏𝟏.𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫𝐚𝐧

92 15 1
                                    

Warning:
18+
Kalo ada kata yg ga nyambung sama alurnya bilang ya,keyboard nya autocorrect soalnya

"Hiks...hiks..."

Cklek!

Siyeon baru saja memasuki toilet dibuat terkejut saat melihat gadis seumurannya tengah menangis didepan kaca panjang yang ada didepan gadis itu,ia tak dapat melihat dengan jelas wajah gadis itu karena terhalang rambut hitam panjangnya.

Penampilannya berantakan,seragamnya basah dan bau,rambutnya berantakan dan yang membuat Siyeon meringis ngilu saat melihat kedua lutut dan lengan gadis itu penuh luka yang masih belum sepenuhnya mengering.Siyeon awalnya tak mau tahu dan kembali ke tujuan awalnya untuk menyelesaikan urusan pribadinya.Ia sempat mengira jika gadis itu sudah pergi namun pemikirannya salah,saat ia hendak mencuci tangannya,gadis itu masih setia diam didepan kaca dengan pandangan menunduk.

Hening.

Hanya ada suara deru nafas naik-turun tak beraturan hingga tiba-tiba gadis itu mulai memuntahkan semua isi yang ada didalam perutnya dibawah wastafel membuat Siyeon terkejut dan menoleh kearah gadis itu sebelum akhirnya memandang semua yang keluar dari mulut gadis itu.

"Darah?"

"Kamu gak papa? Perlu ku antar ke UKS?"Tanyanya sambil menepuk pelan punggung gadis itu.

Gadis itu menoleh kearah Siyeon dengan darah yang tersisa disekitar mulut dan dagunya,bekas muntahannya masih belum ia bersihkan," Gak perlu,makasih."Ucapnya dengan tatapan sendu dan berjalan meninggalkan Siyeon.

"Tunggu." Siyeon menahan tangan gadis itu dan melihat nametag nya,"Wang Yiren,tunggu disini sebentar,ku ambilin seragam cadangan ku di loker.Tunggu ya?"Siyeon langsung berlari meninggalkan Yiren yang kembali sendirian lagi ditoilet wanita dengan memandang dirinya sendiri dari pantulan cermin yang ada didepannya.

Gadis itu--Wang Yiren menetralisir nafasnya,kepalanya masih terasa pening akibat terjatuh dari tangga lantai dua.Bukan terjatuh,segerombolan gadis pembully itu mendorong tubuhnya hingga jatuh berguling sampai anak tangga terakhir.Tubuhnya mengenai lantai yang dingin,tubuhnya langsung ditarik oleh salah satu diantara mereka dan menenggelamkan kepalanya kedalam ember berisi air kotor dan tanpa sengaja ia menelan air tersebut,membuat perut dan tenggorokannya terasa mual.

Ini tak seberapa sakitnya sampai seseorang tak sengaja melihat dirinya kembali disiram air tepat diwajahnya,Yiren sempat bertatap muka dengan pemuda itu sebelum akhirnya memilih untuk pergi tanpa ada rasa peduli sama sekali padanya.

Yiren sakit hati karena Yangyang pergi begitu saja,membiarkan dirinya menjadi bahan pembullyan.

Siyeon datang dengan membawa tas kecil dan langsung memberikannya pada Yiren yang sekarang duduk disudut toilet,"Bersihin badanmu.Didalam tas ini ada seragam,sepatu dan kaus kaki milikku.Kamu bisa pinjam punyaku dulu."

Yiren menggeleng pelan,"Aku tau,kamu nanti mau nagih kebaikan yang udah kamu lakuin ke aku,sama seperti mereka."

Siyeon menggeleng sambil tersenyum,"Aku bukan seperti mereka yang kamu maksud,aku nolongin kamu karena hati nurani ku merasa terpanggil,bukan karena minta membalas kebaikan yang udah ku lakuin ke kamu."

Siyeon mengusap pipi Yiren,menghapus air mata gadis itu dan meyakinkan padanya jika dia menolongnya tanpa imbalan,"Percaya sama aku,gak semua orang jahat.Sekarang ganti seragam mu oke?"

Yiren mengangguk kaki,"M-makasih."

Siyeon mengangguk lalu tersenyum tipis,"Aku ke kelas dulu.Kalau kamu butuh tempat buat cerita datang ke aku ya? Aku siap dengerin kamu."

[✔]1.What's wrong? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang