15 : The Truth

131 19 0
                                    

Note : Putar musik untuk kesan yang berbeda

Warning : mature content

I could say I never dare
To think about you in that way
But I would be lyin'

Tokyo masih dipenuhi orang-orang yang tengah bersemangat untuk mengunjungi berbagai tempat. Suga berhenti untuk mengecek ponselnya lalu melihat sekitar, berharap tidak berjumpa Daichi. Tapi hatinya berkata lain, ia merindukan laki-laki berbadan tegap itu. Tanpa sadar ia berjalan menuju taman kota dimana air mancur terlihat lebih indah dengan airnya yang terlihat berkilau terkena cahaya lampu dan bulan di malam hari. Terlebih Menara

And I pretend I'm happy for you
When you find some dude to take home
But I won't deny that

Disisi lain Daichi masih setia mencari Sugawara, kali ini keyakinannya lebih kuat dari sebelumnya. Ia yakin betul Suga disana. Jalan demi jalan ia telusuri hingga akhirnya rasa menyerah seperti mulai menariknya. Disaat itu juga sepasang matanya melihat sosok yang dicari. Kali ini lebih dekat, begitupun dengannya. Seakan dunia tengah berwarna monokrom dan hanya Sugawara yang memancarkan warna menyejukkan di matanya.

In the midst of the crowds
In the shapes in the clouds
I don't see nobody
But you . .

Keduanya yang hampir tak bertemu itu menunjukkan refleks yang berbeda. Laki-laki tegap itu berjalan dengan pasti, sementara Suga hanya bisa pasrah. Menahan air matanya agar tak jatuh dan memalingkan muka sebaik mungkin, berdoa agar ia tak semakin mendekat namun terlambat. Bukan sapaan yang diberikan Sawamura Daichi, namun pelukan hangat yang erat seakan berkata "Jangan tinggalkan aku lagi,"

In my rose-tinted dreams
Wrinkled silk on my sheets
I don't see nobody
But you . .

Keduanya saling berpelukan, Suga benar-benar tak bisa menahannya. Ia menangis sejadi-jadinya lalu memeluk erat. Daichi berusaha untuk tak menangis karena ia sudah menemukannya, hatinya mengutuk dirinya sendiri karena baru menyadari perasaan yang selama ini disimpan oleh Sugawara. Pemandangan yang dihiasi dengan kilauan salju yang turun menarik perhatian bagi beberapa orang yang melihat mereka berdua.

Boy you got me hooked on to something
Who could say that they saw us coming?
Tell me, do you feel the love?

****

"Aku benar-benar mencarimu, kemana saja kau selama ini?" Tanya Daichi setelah membelikan Suga satu cup teh hangat. Dilihatnya Suga yang wajahnya tengah memerah dan mata sembap karena lelah menangis. Lucu.

"Aku pergi ke Miyagi, tinggal bersama Shimizu dan Tanaka selama tiga minggu.. mungkin," Suga merapatkan syal biru nya lalu menulis sesuatu di sticky note kuning.

"Lalu apa alasan kau men-" belum selesai Daichi bertanya Suga menempelkan sticky note tepat di keningnya, menyembunyikan wajah Suga yang tengah kesal dan juga merah padam. Terbaca jelas dan mungkin itu alasannya.

Karena aku mencintaimu, bodoh

"Karena aku sudah mencintaimu sejak kali pertama kita bergabung menjadi anggota klub voli, karena aku terlalu jatuh padamu tak peduli selama apapun kita terpisah. Bahkan jika kau bersama Michimiya pun tak apa Daichi, aku.. masih disini,"

Matanya kembali menyilatkan kilatan putih karena air mata yang akan jatuh, Daichi kembali memeluknya dan mengecup sekilas pipi putihnya. Suga nampak terdiam dengan wajah merah tomat.

"Kau, sedang apa tadi?"

"Tidak ada. Jujur saja, tiga minggu sejak kau pergi papan kecil yang kau berikan itu benar-benar mempengaruhiku. Kenangan yang kau maksud disitu mungkin kenangan ku bersama Michimiya kan? Kau berpikir jika aku dan dia akan menjalani hidup bersama. Tapi tidak, Suga. Aku memikirkanmu hampir setiap hari,"

Suga terdiam, Daichi kembali melanjutkan pernyataannya.

"Beberapa hari lalu aku bermimpi kita sedang menikmati musim salju, tapi buruknya kau tidak ada disana. Panik sekali hingga rasanya seperti aku akan hidup tanpa kehadiran mu lagi. Lalu aku menemukanmu, memelukmu tapi yang kupeluk hanya bongkahan salju, itu mengerikan,"

Daichi menggenggam tangannya. Menatap lekat mata kecoklatan Suga dan tersenyum tipis.

"Jadi, jangan tinggalkan aku lagi ya, Suga,"

"Karena aku juga mencintaimu, maukah kau menemaniku sampai kapanpun?"

****

Daichi kembali ke apartement dengan Suga yang berada di punggungnya dan tas milik Suga yang di dadanya. Ia segera menurunkannya dan membiarkan ia membuka kunci pintu.

"Apakah perjalanan dari Miyagi ke Tokyo membuatmu lelah? Aku akan buatkan makan malam jika masih lelah,"

"Tak perlu, aku masih bersemangat haha. Tapi karena tak sempat membeli bahan makanan jadinya makam ramen saja tak apa kan?"

"Tentu saja, aku tak terlalu nafsu makan sejak kau menghilang kau tahu,"

"Kau menelponku sebanyak 55 kali dan ratusan pesan yang menggunung,"

"Karena aku benar-benar mencarimu, aku ingin minta maaf atas ketidak sadaranku selama bertahun-tahun ini," Daichi tampak murung karena sifat dirinya yang tak pernah menyadari perlakuan Suga selama ini terlalu istimewa baginya. Baru kali ini ia melihat Daichi semurung itu. Ia kembali dengan dua mangkuk ramen instan lalu mengelus rambut kepala Daichi.

"Aku senang sekarang apa yang kulakukan terbalas dengan indah, tak perlu meminta maaf,"

Daichi mengangguk dan dilanjutkan keduanya dengan ucapan "ittadakimasu" lalu menikmati ramen dengan tenang.

****

"Suga.. Michimiya baru saja menyatakan perasaannya. Aku akan memberikan jawabanku padanya. Kau mau menemani ku?"

Suga yang tengah berbaring di kasur kesayangannya segera duduk mendekati Daichi. "Apa jawabanmu?"

"Aku menolaknya,"

"Eh... Kukira kau menyukainya juga,"

"Aku lebih percaya untuk hidup selamanya bersamamu, Suga,"

"Mengapa begitu? Apa kau tidak mau berkencan dulu hmm?"

"Karena waktu yang kita habiskan selama beberapa tahun ini sudah lebih dari cukup untuk membuatku percaya padamu,"

Salah tingkah tidak dapat dihindari, Suga melempar bantal tepat di muka Daichi menyalurkan rasa malunya. Daichi hanya tertawa renyah melihat kelakuannya lalu mendekapnya erat

"Aku mencintaimu sampai kapanpun, Koushi,"

TIRAMISU (Until I Miss You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang