"irasshaimase," ujar [name] sebagai ungkapan untuk menyambut pelanggan yang memasuki toko. Senyuman ramah diunjukkan olehnya secara cuma-cuma.
"oh--" mulutnya membentuk abjad sesudah huruf N, pupilnya melebar saat menyaksikan kedatangan pelanggan yang dikenali.
"taiyaki?" tebak wanita itu dengan penuh percaya diri. Dugaannya tidak mungkin salah ia yakin seratus persen.
Dan sesuai prediksi, pelanggan membeli 4 buah taiyaki.
"Silahkan." kertas cokelat berisi taiyaki di ulurkan kepada pelanggan.
"Semua seribu dua ratus yen tuan.""jam berapa kau pulang?" tuan pelanggan belum juga mengambil pesanannya, ia lebih memilih menonton senyum menawan dari karyawan toko. Bibir yang melengkung ke atas, mata setengah menyipit. Semua bagaikan maha karya baginya.
"Huh? Hmm sepertinya satu jam lagi."
[name] tanpa sadar menanggapi pertanyaan yang diajukan.Pintu kedai roti terbuka membuat lonceng di atasnya berbunyi dan memecah momen antara dua insan.
"irasshaimase." [name] berusaha untuk melihat pelanggan yang baru saja datang tapi pria di depannya menghalangi pandangan hingga wanita itu sedikit merasa jengkel. "Sano-san, Kau ingin sesuatu lagi?"
Yang ditanyai tidak menjawab, seribu dua ratus yen di letakkan dan bungkusan warna cokelat diambilnya, Pria itu berlalu keluar dari toko.
___
[Name] berjalan gontai meninggalkan tempat kerjanya, sambil berangan-angan memakan sesuatu yang lezat untuk makan malam nanti.
Detik kemudian atensinya ditarik menghadap kerumunan manusia di seberang jalan. Bertepatan ke arah yang akan dituju oleh wanita itu.
Dilihatnya raut wajah tegang dari orang orang yang bergerombol.
"apa yang terjadi," bisiknya.Karena kerubungan itu membentuk sebuah bundaran jadi [name] harus berusaha meninggikan tubuhnya dengan berjinjit untuk melihat area
pusat keramaian. Namun dalam beberapa menit ia tak kunjung dapat melihat apa yang terjadi, hingga wanita itu memutuskan untuk membuang jauh rasa ingin tahunya.Saat [name] hendak menjauh tiba tiba saja kumpulan manusia bergerak mundur, membuatnya kelabakan, berupaya menjaga keseimbangan.
"s-sebentar kenapa semua--"
Sang puan hilang kesetimbangan. Tubuhnya oleng tidak terkendali, Karena respon otak yang lebih cepat maka sebelum terjatuh ia telah berserah diri pada yang maha kuasa. Tapi tidak juga, jujur saja ia takut nantinya akan di injak injak oleh orang lain.
[name] melengak, menatap manusia yang kini menjadi tumpuannya. Orang orang masih saja bergerak mundur tak beraturan, tetapi wanita itu tidak lagi terbawa arus, ia diam, berdiri dengan tenang dalam pelukan.
"Sano-san?" ucapnya.Pria itu mengeratkan lengannya, memeluk dan memperhatikan sekitar. Sano memiliki kekuatan yang besar hingga sapuan manusia dapat ditahannya dengan mudah.
Seputar keduanya seakan tidak berwarna, hitam dan putih. Sepasang manusia bagaikan hidup dalam ruang berbeda, penuh dengan bunga bercorak. Hingar bingar tiada terdengar hanya ada suara hati dan detak jantung yang memompa dengan normal.
"Sano ... san."
Setelah situasi kembali kondusif, [name] yang sedari tadi mematung mulai bergerak tidak nyaman dalam dekapan. "kau sudah bisa melepaskanku," ujarnya."Aku ingin memelukmu lebih lama."
Betapa ironis. Euforia hanya dirasakan oleh sebelah pihak. Sisi lain sekadar merasa aman dan berlega hati.
"kita sedang berada di tengah tengah kumpulan manusia, tidak baik mempertontonkan hal seperti ini pada orang lain."
"Kau milikku, tidak ada salahnya."
[name] menghela napasnya, tak setuju dengan statement pria itu tetapi memilih untuk tidak memperkarakannya. Tatapan dari khalayak ramai tidak dapat di elakkan, wanita itu menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sang pria. "Sano-san, kenapa kau ada di tempat ini?" tanyanya.
Sano bisa merasakan hembusan napas dari kekasihnya yang berbicara tepat di area leher. "Aku menunggumu, ingin membawamu bersamaku," jawab pria itu.
Sebuah kesempatan untuk menyudahi kegiatan memalukan ini.
"Kalau begitu ayo pergi, sebentar lagi gelap," ajak [name] ingin segera mengakhiri kedekatan diantara keduanya.Dengan berat hati, Sano melepaskan pelukannnya. Jemari sang puan di genggamnya, dibawa mendekati motor yang terparkir tidak jauh dari posisi. [name] berusaha menutupi wajahnya sedangkan Sano berjalan tanpa perduli tatapan orang orang disekitarnya.
___
"laut?"
Kendaraan roda dua berhenti di pinggir jalan. Pengendara dan penumpang turun bersamaan.
[name] tidak bisa melepaskan pandangannya dari bahar luas di depan mata.Rambutnya awut-awutan terkena hembusan angin."Duduklah," seru Sano yang sudah lebih dulu mendarat di pembatas laut.
Diberikannya [name] bungkusan taiyaki."Oh tidak, terimakasih." wanita itu menolaknya.
"Sano-san, kau sering datangi tempat ini?"
"Ya, sejak kecil."
Keduanya berbicara tanpa melihat satu sama lain, panorama lautan bagaikan memiliki magnet besar hingga sulit untuk berpaling.
"Benarkah? Kau pasti sangat menyukai tempat ini." [name] tersenyum lembut.
"Aku pergi ke tempat ini saat berada dalam masalah, kejenuhanku seolah ditarik."
[name] panik, Sano selalu ke tempat ini saat mempunyai masalah, itu artinya kini ia tengah berada dalam masalah. Wanita itu menatap pria disebelahnya, menyaksikan bibir yang terbuka dan mendengarkan vokal rendah yang masuk dalam inderanya.
"Saat ini aku merasa damai ... tempat ini tidak lagi berfungsi setelah aku bertemu denganmu," tutur Sano. Ia balik menatap [name] seraya tersenyum kecil pada wanita itu.
"hm?" yang ditatap langsung berpaling kilat. "aneh," batinnya.
Momen itu berakhir dengan obrolan obrolan ringan yang didominasi oleh sang wanita dan kalimat memuja dari Sano manjirou yang menyebabkan timbulnya sebuah enigma mengenai perasaan.
To be continued...
Maaf lama update.
Alasannya adalah karena aku dapet banyak ide buat chapter ini, jadi bingung mau milih yang mana. Akhirnya milih yang ringan ringan saja hehe. Tapi emang rada buntu sih milih kata dan majas yang tepat :")
Baru hari ini dapet mood buat nulis whalien xixi
KAMU SEDANG MEMBACA
Whalien | Sano Manjirou
FanfictionWhalien adalah metafora yang sempurna untuk menggambarkan sosoknya, Sano Manjirou. "I'm the whalien and you are the ocean." "Sano-san." Tatapan mata yang kosong seakan lelah dengan kehidupan.