-
Rino menatap kosong gelas keenamnya yang kini mulai membuat perutnya terasa aneh. Keempat temannya hanya bisa menghela napas dan menggeleng tak percaya melihat Rino bisa selemah ini karena sosok Regita.
Kepalanya terus memutar ulang perkataan Egi seminggu yang lalu tentang dirinya. Huh, bahkan sampai sekarang gadis itu masih betah mendiamkannya.
Egi benar-benar menggunakan waktu dengan baik untuk menenangkan diri hingga membuat Rino ketar-ketir sendiri.
Bagaimana jika nanti pikiran gadis itu menjadi semakin liar?
Rino lantas mengacak rambutnya asal hingga mencuat kesana kemari.
Aji yang sedari tadi menyaksikan kelakuan bodoh Rino pun akhirnya angkat tangan dan menarik gelas yang sedang Rino pegang dan akan ia tegak isinya.
"Minum air putih segalon juga gak bakal buat lo mabok, Bang. Ada juga kembung itu perut." Kata Aji prihatin. "Mending makan nasi goreng, udah gue buatin tadi."
Ardan mendengus kasar, sedangkan Oliv dan Rasyid yang sedari tadi menyaksikan hal tersebut masih setia duduk disana tanpa buka suara.
Biarin aja dulu, entar kalo gak sanggup lagi juga bakal cerita. Kata Rasyid ketika melihat para penghuni kost bingung melihat tingkah aneh Rino.
Tapi ketika melihat kelakuan Rino yang sudah menegak air mineral hampir satu ceret, mau tak mau dia juga mulai khawatir.
Oliv geleng-geleng kepala melihat Rino seperti zombie. Rino itu terlihat kuat dan garang dari luar, padahal nyatanya sadboi sejati kalo lagi ada masalah ama Egi. Cuma orang-orang gak pada tau buriq-nya Rino yang satu ini, termasuk pacarnya sekalipun.
"Kalo udah jatuh cinta level akut tuh, efeknya parah ya? Orang pinter aja bisa jadi goblok." Gumam Ardan menatap Rino sambil menggeleng. "Jadi males pacaran gue."
Oliv dan Aji kompak menatap Ardan julid. "Halah bacot, Bang Idan! Cewek yang kemaren apaan namanya?! Gak mau pacaran, gak mau satu tapi langsung sepuluh kan maksud lo?!" Ardan mengumpat dan menempeleng kepala Aji.
"Mending gue laku, nah elo?! Jomblo karatan dari lahir! Kerjanya ngehalu mulu."
"Ya, lakulah! Barang diobral!"
"Anjing!" Oliv tertawa keras mendengar perdebatan Ardan dan Aji. Sedangkan Rasyid yang notabene manusia paling waras di kosan itu hanya bisa diam.
Rino menghela napas panjang dan menidurkan wajahnya diatas lipatan tangan. Kelakuan Rino yang persisi seperti anak gadis yang lagi patah hati itu membuat Ardan kesal sendiri.
"Galau bikin lo letoy gitu ya?" Rino mendongak dan menatap malas kearah Ardan. Sumpah, dia lagi malas debat sekarang. "Cinta boleh, No. Gak ada yang larang. Tapi jangan jadi bego. Sekarang lo lebih butuh makan ketimbang Egi. Udah dua hari lo diem kaya mayat idup, makan kagak, nyibukin diri ama skripsi. Mati beneran tau rasa lo."
Aji, Oliv dan Rasyid menganga mendengar sindiran Ardan yang sangat wow itu.
Ini masalahnya yang disindir Rino, orang paling nyeremin se-kostan.
"Lo gak ngerti bogel, mending diem deh." Ardan melotot tak terima. Sedangkan Aji dan Oliv sibuk menahan tawa mendengar balasan Rino untuk Ardan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Kesan
FanfictionTentang mereka yang tak ingin menyerah, namun dipaksa berhenti oleh keadaan. Tentang mereka yang sama-sama ingin bertahan, namun sadar bahwa melepaskan adalah satu-satunya pilihan. Tentang mereka yang hanya sekedar bersinggungan garis takdir dan sal...