-
Egi menatap pantulan dirinya yang kini sudah berbalut hoodie hitam milik Rino yang memang sengaja Rino tinggalkan di kosannya dan berakhir Egi bawa pulang ke rumah karena kini ia sudah resmi kembali dan tak lagi menyewa petak kamar tersebut.
Gadis itu menghela napas panjang dan tersenyum tipis ketika melihat pantulan dirinya. Tak bisa dipungkiri bahwa ia sangat merindukan sosok pemilik hoodie hitam ini.
Huh, tak terasa sudah dua bulan mereka berada dalam ruang sunyi. Ah, tidak hanya Egi lah yang diam tanpa suara, sementara lelaki pecinta kucing kesayangannya itu masih setia mengirimkan banyak pesan terkait hari-hari yang ia lewati.
Benar kata Regan, Egi tak pernah berusaha sebesar Rino.
Oleh karena itu, kini ia harus berani melangkah. Sudah cukup perjuangan Rino selama ini, sekarang waktunya Egi yang bertindak.
"Mau kemana kalian pagi-pagi begini?" Egi dan Regan yang kebetulan keluar kamar secara berbarengan pun menoleh kearah dapur dan menjumpai Ibu mereka yang tengah mengangkat kue dari oven.
Egi menghampiri Ibunya sembari membuat segelas susu hangat, diikuti oleh Regan dari belakang.
"Re ada acara sama temen, sekalian nganter Egi."
"Emang kamu mau kemana pagi-pagi gini, Gi?"
"Mau ke Ino." Sahut Egi tanpa menoleh.
Setelah mendengar balasan Egi, Ibunya pun menghela napas panjang dan itu terdengar jelas oleh Egi dan juga Regan.
Regan melirik kecil kearah Egi.
"Papi mana, Mi?" Tanya Regan mencoba mengalihkan topik.
"Jogging bareng temennya." Regan pun hanya manggut-manggut sambil terus menyesap minuman hangatnya yang dibuatkan oleh Egi hingga habis tak bersisa.
Sedangkan gadis itu sudah lebih dulu habis dari tadi.
"Mi, Egi pergi dulu ya?"
"Jangan dulu, Mami siapin ini dulu, tinggal dimasukin toples sekalian bawain juga buat pacarmu." Egi dan Regan sontak mengerjap kecil mendengar perkataan Ibunya.
"B-buat Ino, Mi?"
"Emang pacar kamu bukan si Ino-Ino itu lagi?" Egi melotot.
"Ya masih, mungkin?" Sahut Egi dengan suara yang begitu lirih diujung kalimat.
"Ya berarti buat Ino. Udah nih." Kata Ibunya memberikan tiga buah toples berisi kue kering pada Egi.
Egi menatap ketiga toples tersebut dengan tatapan kosong. Sedangkan Regan malah tersenyum tipis.
"Gak usah deh, Mi."
Ibunya mendongak mendengar perkataan Egi. "Kenapa? Dia gak suka?"
"Gak gitu." Wanita paruh baya tersebut mengernyit bingung.
Sedangkan Egi sibuk melirik kearah Regan yang memberi kode untuk menerima itu secepatnya.
"Ya terus?" Egi ikut mendongak dan menatap wajah Ibunya yang terlihat bingung, lalu gadis tersebut menggeleng pelan.
"Gak, gak papa. Tapi ini gak banyak banget?"
"Dia nge-kos kan? Yaudah, suruh aja bagiin ke temen-temennya yang lain." Setelah mendengar itu Egi pun lantas menatap Ibunya sambil tersenyum kecil dan begitu tipis. "Kenapa kamu senyum-senyum begitu?"
"Gak papa, cuma mau bilang makasih buat Mami. Makasih, Mi." Ucap Egi, sedangkan Ibunya hanya mendengus dan kembali sibuk dengan adonan yang tersisa.
![](https://img.wattpad.com/cover/260013824-288-k691063.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Kesan
ФанфикTentang mereka yang tak ingin menyerah, namun dipaksa berhenti oleh keadaan. Tentang mereka yang sama-sama ingin bertahan, namun sadar bahwa melepaskan adalah satu-satunya pilihan. Tentang mereka yang hanya sekedar bersinggungan garis takdir dan sal...