PART 12 : Kriteria Keluarga

47 21 19
                                    

-

Dulu, saat pertama kali Rino mengenal Egi, Rino pikir Egi itu anak gaul sekelas Oliv yang kemana-mana selalu tampil wah sambil bawa kamera kesana kemari. Haha hihi bareng temen se-gengnya dan menjadi pusat perhatian banyak orang.

Tapi ternyata tidak, Egi tidak seperti itu. Bahkan Egi kebalikan dari semua dugaanya. Justru Egi sangat benci berada di depan kamera, malah foto selfie-nya bisa dihitung jari. Bahkan isi galeri ponselnya sembilan puluh persen keatas berisi foto wonpil dan youngk day6.

Awal dekat Rino menilai kebiasaan Egi itu sedikit aneh, apalagi Egi terlihat sangat jarang berada di kantin dan lebih memilih duduk di belakang perpustakaan sekolah sambil memakan bekalnya. Rino selalu memperhatikan kebiasaan itu diam-diam selama hampir tiga bulan lamanya.

Dan ketika Rino memberanikan diri untuk menghampiri Egi, lalu bertanya sedang apa dan mengapa gadis itu tak ke kantin.

Dan jawaban Egi membuat Rino tercengang.

"Gue lagi nabung, mau beli tiket konser. Tapi tunggu, kok lo tau gue disini tiap hari? Lo nguntit gue ya?! Ngaku!"

Dan kebiasaan itu masih terbawa hingga sekarang, gadis itu kadang masih sering membawa bekal dengan alasan yang sama, tiket konser day6.

"Ck, Ino! Dipanggilin dari tadi juga! Kamu denger aku ngomong gak sih?!" Rino menatap wajah kesal Egi yang kini mendelik kesal kearahnya.

Kadang Rino merasa sangat aneh dengan Egi yang bisa sangat sempurna menyembunyikan kerisauannya. Bayangkan saja kejadian tiga hari yang lalu dimana Egi menangis tiba-tiba hingga membuat Rino tak bisa tidur seharian.

Dan siang ini gadis itu sudah terlihat biasa saja, seperti tak ada insiden apapun. Padahal jika boleh jujur, Rino begitu penasaran dengan alasan Egi menangis secara tiba-tiba kemarin.

Tapi ketika ditanya, malah jawaban andalan para perempuanlah yang keluar, aku gak papa, paling mood swing doang kayanya mau pms.

Cih, seperti Rino tak tau saja jadwal Egi jadi maung kapan. Tapi biarlah, toh nanti jika itu penting juga pada akhirnya Egi akan bercerita secara langsung padanya.

"Ck, makan jangan sambil ngomong, pelan-pelan juga, gak ada yang mau rebut kali." Dalam kepala Rino, melihat Egi makan itu adalah favoritnya. Egi lucu kalau sedang makan.

Terlebih gadis itu suka sekali menonton drama korea dan berhasil meracuni pikirannya hingga membuat gadis itu mencontoh sedikit banyak adegan disana, contohnya seperti cara makannya, kalian tahu kan? Yang sekali makan, mulut langsung penuh.

Rino kadang heran, makan begitu manfaatnya apaan? Ada juga keselek.

Sementara Egi hanya nyengir mendapati Rino mendelik kearahnya sambil membersihkan sisa saus di sudut bibirnya. Sudah persis adegan drama. Walaupun mukanya asem sih.

Baper jangan, ya? Baper aja deh.

"Laper, hehe." Rino memutar matanya, namun ikut terkekeh melihat cengiran lucu Egi.

"Udah selesai kan? Yuk balik, udah sore nih."

Egi mengikuti langkah Rino menuju mobilnya yang terparkir tak begitu jauh dari bangku taman yang mereka duduki.

"No, besok sabtu."

Rino yang sibuk menatap jalanan pun mengerutkan keningnya bingung.

"Ya terus?" Balas Rino tanpa menoleh.

"Ck, gak ada rencana ngajak aku nge-date?" Rino cengo sesaat, sebelum akhirnya tertawa dengan wajah yang super menyebalkan.

"Cewek gue doang kayanya yang gak pake kode-kode, good." Kata Rino sambil mengelus puncak kepala Egi dengan lembut. "Yaudah, besok gue jemput. Pagi udah ready ya? Awas kalo molor, gue tinggal."

Garis KesanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang