29. Malaikat Tanpa Sayap

1.2K 115 4
                                    

Happy☠Reading







Mereka kembali berjalan, langkah mereka terhenti di depan pintu kamar rawat inap bernomor 428.

Tanpa meminta persetujuan Shiren, Raka langsung membuka pintu itu.

Di ujung pintu, Shiren mematung. Ia mendapati  seseorang yang sedang terduduk di ranjang rumah sakit sembari menolehkan wajah menatap dirinya.

Wajah itu sangat mirip dengan foto yang Raka tunjukkan tadi. Hanya saja wanita ini terlihat sedikit kurus dan kelelahan.

"Mama?"

——

Gadis itu mematung beberapa detik sebelum berlari menghambur ke pelukan ibunya. Walaupun Ia tidak pernah mengingat wajah wanita ini dalam hidupnya, namun seakan semesta memberi tau, bahwa inilah malaikat tanpa sayap yang Ia cari selama ini.

Melyssa pun menyambut hangat pelukan anaknya. Dekapan itu terasa sangat erat hingga tak ada niat untuk melepasnya.

Gadis ini menumpahkan air matanya di pundak sang ibu, Syarat akan kelelahan dari penantian yang seakan tak berujung. Begitu juga Melyssa, ia tidak bisa menahan untuk tidak terisak.

Doanya selama ini ternyata dikabulkan Tuhan. Melyssa tidak pernah berdoa agar Ia panjang umur, namun wanita ini selalu berdoa agar putrinya diberi umur panjang serta kehidupan yang layak.

Berada dalam kukungan Aarav membuat Melyssa hampir menyerah untuk hidup lebih lama. Namun pagi itu, saat Raka datang dan membawa kabar bahwa Shiren masih hidup. Disitulah keinginan hidup Melyssa seakan tumbuh kembali.

Jika memang suaminya tidak bisa membahagiakannya, maka biarkan Melyssa hidup lebih lama untuk membahagiakan putri semata wayangnya.

Tidak ada ibu yang tidak menyayangi anaknya. Begitu pula seorang anak, se asing apapun seorang ibu, ikatan batin mereka selalu ada.

Raka menghembuskan nafasnya lega. Akhirnya Shiren menemukan ibunya, hal terbesar dalam hidup yang selama ini di dambakan gadis itu. Dengan wajah datarnya, Raka mendudukkan diri di sofa tepat di samping Gerald.

Ya, sebelum Raka dan Shiren sampai disini. Para inti Ramos dan tiga sahabat Shiren itu lebih dulu mengunjungi Melyssa.

Untung saja kamar Melyssa VIP, jadi cukup untuk menampung banyak tamu. Ditambah lagi sofa yang empuk, pemandangan yang bagus, ac yang dingin, TV yang lebar lengkap dengan Netflix serta Wi-Fi yang cepat.

Ruang rawat inap rasa hotel. Tempat ini  jadi sasaran empuk untuk tongkrongan inti Ramos selanjutnya.

Di sudut sana, Ocha dan Kinan sesenggukan. Berbeda dengan Jean yang wajah datarnya terhias sedikit senyum.

"Shiren ga nyangka, ternyata Shiren masih bisa peluk mama," ucap gadis itu di sela tangisannya, "mama tau nggak. Setiap terima rapot, Shiren maunya ada mama disana, bukan ibu panti. Waktu masih SD dulu, Shiren juga sering nangis kalau ngeliat temen Shiren sekolah di anter mamanya, Sedangkan Shiren harus berangkat sendiri," hal inilah yang selama ini Shiren inginkan, menumpahkan isi hati di pundak sang ibu .

Shiren menepis cepat air matanya, "mama tau nggak. Waktu SD Shiren sering dibully karena jadi anak panti," gadis itu tersenyum penuh arti, "tapi sekarang Shiren bukan anak panti lagi. Shiren anak mama," setelah mengatakan itu, Ia kembali memeluk mamanya erat.

Melyssa menipiskan bibir, "maafin mama ya sayang. Mama ga bisa jagain kamu."

"No," ucap Shiren cepat, "mungkin mama ga ada disamping Shiren , tapi Shiren yakin, Shiren masih bisa berdiri sampai sekarang itu karena doa mama."

RAKA - The Ruler Of Ramos ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang