Chapter 9

2K 129 1
                                    

Tiongkok

"Off, Gun. Kami akan ke taman. Apa kalian ingin ikut?"

"Tidak, Opa. Ada kerjaan yg harus ku urus" jawab Off.

"Yasudah. Kalian jaga rumah" ucap Oma.

"Anda akan pergi dengan siapa, Tuan?" Tanya Gun.

"Hanya kita berdua. Memangnya kenapa Gun?" Tanya Opa melihat ada ekspresi khawatir di wajahnya.

"Hanya berdua? Tidak ada yg menjaga kalian? Sebentar, aku akan panggil bibi Mint untuk menemani kalian"

"Gun, Gun. Ini hari Minggu. Mereka tidak bekerja hari ini. Kau khawatir pada kami?" Ucap Opa sambil tersenyum.

"Tentu saya khawatir, Tuan. Diluar banyak terjadi kejahatan. Kalau Tuan dan Nyonya kenapa-kenapa bagaimana?" Opa mengamati kekhawatiran Gun.

"Ckck. Kita memang tidak salah pilih, Ma" ucapnya pada istrinya dan dijawab dengan senyuman.

"Gun, jika kau khawatir, kau bisa ikut dengan kami" ucap Oma lembut.

"Tapi"

"Ayo" Mereka berdua berjalan berdampingan keluar rumah meninggalkan Gun yg masih termenung. Ia menoleh pada Off yg duduk di sofa, sibuk dengan ipadnya.

"Kau tidak ikut, Papii? Aku malu dengan Opa dan Oma"

"Suruh siapa kau khawatir dengan mereka. Sudah sana temani mereka. Aku dirumah saja. Bersama orang tua hanya membuatku bosan"

"Ck. Yasudah. Aku akan menelpon Jane untuk menemaniku" Gun keluar menyusul Opa Oma.

"Dasar. Dia masih saja seperti dulu. Punya rasa empati tapi tidak ingin melakukannya sendiri" gumam Off disertai senyuman tipis di bibirnya.

Asal kalian tau. Off dan Gun telah bersahabat lama sejak ia masih di bangku sekolah. Mereka memiliki ekskul yg sama dan membuat mereka menjadi lebih dekat hingga sekarang. Jauh sebelum mereka bertemu Tay dan New.

***

Taman.

Gun benar-benar mengajak Jane untuk ikut bersamanya. Mereka mengamati 2 orang yg asik berjalan-jalan di tengah taman. Gun tersenyum.

"Apa aku bisa merasakan seperti mereka? Selalu bersama hingga akhir tua. Kadang aku iri"

"Kenapa tidak bisa? Kulihat Tuan Off orangnya juga romantis dan setia padamu" sahut Jane membuat Gun menoleh.

"Jika kau tau, sebenarnya Off orangnya sering gonta ganti pacar sejak jaman sekolah dulu. Bahkan Opanya sendiri juga tau karakternya seperti apa"

"Itu dulu. Mungkin sekarang dia sudah berubah karena telah bertemu seseorang yg tepat untuknya"

"Siapa?"

"Ya dirimu lah Tuan. Siapa lagi? Sudah jelas kau tunangannya"

"Ah iya. Tapi tidak mungkin Jane. Dia tidak menunjukan tanda-tanda apapun padaku"

"Mungkin kalian akan merasakannya suatu hari nanti"

Gun kembali mengamati dua orang tua tadi. Mereka sedang asik bermain ayunan. Matanya terbelalak melihat sesuatu. Gun berlari mendekati mereka.

"Awas!!" Gun mendorong Oma dan "Akh"

BRAKKK. Sebuah besi cukup besar mengenai bahunya. Cagak besi ayunan itu ternyata sudah tua dan mulai rapuh. Dan benar saja. Saat dinaiki seorang dewasa. Besi itu sudah tidak kuat menopang. Besi itu jatuh tepat mengenai bahu Gun setelah berhasil mendorong Omanya yg sebelumnya duduk disana.

"Astaga, Gun! Kau tidak apa-apa?" Tanya Oma dan Opa khawatir.

"Saya baik-baik saja Tuan, akh" Gun meringis menahan sakit di bahunya.

GREBB. Seseorang menarik tangannya dan menaikannya ke atas punggung orang itu.

"Lukamu harus segera diobati" ucapnya setelah berhasil menggendong Gun dengan sangat mudahnya.

"Papii" panggil Gun lirih namun masih dapat didengar orang yg menggendongnya.

Hening. Selama perjalanan mereka hanya diam.

"Dadamu keras juga ternyata" ucap Off membuat Gun terbelalak.

"A...apa maksudmu? Aku bukan perempuan seperti mantan-mantanmu jika kau lupa"

"Hahaha. Yang ku maksud jantungmu. Debaran jantungmu sangat keras. Punggungku serasa ditendang olehnya"

Gun terdiam. Ia merasakannya juga. Ia baru menyadari perkataan Off ada benarnya. Jantungnya memang berdebar kencang saat ini. Dan entah mengapa Gun menikmati momen itu.

Sesampainya di rumah. Off mendudukan Gun di kursi teras dan mengambil kotak P3K.

"Buka bajumu" perintah Off.

"U...untuk apa? Tidak" Gun merapatkan kemeja yg dipakainya.

"Bodoh! Bagaimana aku bisa mengobatimu jika bajumu tidak dibuka?"

"Aku bisa mengobatinya sendiri"

Gun mengambil sebuah salep dan mengoleskan pada ujung jarinya. Kemudian ia oles ke punggungnya yg memar. Off mengamatinya geram.

"Bukan disitu" ucap Off geram sendiri melihat Gun selalu salah memposisikan jarinya.

"Sini. Biar aku saja" akhirnya Off mengambil alih. Ia menghadapkan tubuh Gun agar membelakanginya. Ia mengambil salep dan mengoleskan ke ujung jarinya.

1 detik
2 detik
3 detik

"Kenapa diam, Papii?" Tanya Gun merasa tidak ada sentuhan di area sakitnya.

Off yg tadinya terdiam melihat punggung putih & mulus Gun kini terkesiap. Ia berdehem dan segera melakukan pekerjaannya.

Gun sendiri. Ia menahan perasaannya. Lagi lagi jantungnya berdebar merasakan sentuhan halus itu. Sedetik kemudian jantungnya terasa mati. Detakannya berhenti sejenak mendengar ucapan Off.

"Gun, minggu depan kita akan kembali ke Bangkok"

"Oh, baguslah. Aku merindukan suasana Bangkok. Juga kedua orang tuaku"

"Dan mereka berdua?" Gun tau siapa yg dimaksud Off.

"Tentu. Aku juga merindukan P'Tay dan P'New"

Hening. Tak ada lagi suara diantara mereka. Ucapan Gun tidak sepenuhnya benar. Untuk beberapa saat tadi. Ia benar-benar menikmati perasaannya yg sangat bahagia entah mengapa. Bahkan ia tidak berpikir bahwa ia akan kembali ke kampung asalnya. Ia hanya ingin menikmati waktunya di negara tetangga itu.

 Ia hanya ingin menikmati waktunya di negara tetangga itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC
OffGun story 💚
Mumpung malem minggu nih. Aku begadang buat bikin wp ini biar cepet kelar.
Doain biar cepet tamat ya ceritanya
Thanks for vote and comment 💚

Sunshine and Moonlight END ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang