5.

6.8K 478 29
                                    

Keadaanmu selalu membuat diriku takut, namun dengan adanya dirimu membuat kesuramanku kabur.

~candra


Malam menyapa namun tak membangunkan sesosok pemuda mungil yang masih setia memeluk adiknya, kedua adiknya hanya diam sambil mengelus sang kakak dan sesekali mengecup rambutnya, tak sekalipun bibir mereka melontarkan protesan karena menemani kakak mereka.

"emhhh.... "

Pemuda mungil tersebut perlahan membuka matanya, pandangannya masih sedikit mengabur dengan perlahan tangannya terangkat mencoba untuk mengucek matanya namun sebuah tangan menangkapnya.

"jangan digosok baby, nanti matamu bisa sakit!" ucap raka, ya tadi yang menangkap tangan afgan adalah raka.

"sekarang mari kita turun, sepertinya yang lain sudah menunggu kita diruang makan." ungkap arka mengingat ini sudah masuk jam makan malam keluarganya.

Arka dan raka sama-sama tak bisa mengalihkan pandangan mereka dari sosok mungil yang mengerjabkan matanya yang terlihat sangat imut.

"aku tak mau makan! Aku masih ingin tidur, masih ngantuk~" rengek afgan yang berkali-kali lipat tampak menggemaskan dengan mata sipitnya yang mengerjap pelan.

Dengan perlahan ia duduk dan kedua tangannya ia rentangkan kearah dua adiknya, terserah mau siapa yang menggendongnya ataupun dikata apapun. Intinya sekarang ia sedang malas gerak bahkan hanya menyentuh lantai itu terasa berat.

Kedua kakak beradik yang hanya terlahir hanya berjarak beberapa menit itu saling memandang dengan tajam, saling memperebutkan melalui tatapan san bathin hingga sebuah suara pintu terbuka mengalihkan atensi mereka bertiga.

Cklek....

Pintu terbuka menampilkan deka yang menggunakan baju santai, deka menghampiri mereka dengan langkah biasa setibanya didepan adiknya ia segera menggendong sang adik yang masih mengulurkan tangannya meninggalkan kedua adik kembarnya yang terdiam.

Sepeninggalan deka dan afgan kedua anak kembar tersebut saling menghembuskan nafas kesal mengingat mereka yang ingin lebih dekat dengan sang kakak justru kini malah ditinggalkan, akhirnya mereka bergegas menuju ruang makan karna keluarga yang lain pasti sedang menunggu mereka.

Setibanya deka diruang makan ia berniat untuk mendudukkan afgan dikursi namun setelah dilihat ternyata afgan kembali tertidur dengan lelap, kepalanya ia sandarkan pada bahu kokoh sang abang.

"biar papa yang pangku afgan." perintah sang papa, setelahnya ia dapat melihat putra tengahnya yang nampak tak terganggu sama sekali atas 'pergerakan pengalihan pangkuan' yang dilakukan dari sang abang kepada sang papa.

"afgan, hei bangun baby!" panggil sang papa sembari menoel pipi bakpau yang lembut tersebut sambil sesekali menciumnya.

"sebaiknya biarkanlah dia tidur mas, urusan makan biarlah deka yang mengurusinya." ungkap hani.

Satu hal lagi yang harus kalian ketahui, afgan adalah sosok anak yang apabila terlalu lelah dan tidur pada sore hari maka malam harinya ia akan kesulitan untuk terbangun, ia hanya terbangun dalam kurun waktu paling lama 5 menit dan setelahnya ia akan tertidur dan tak akan bisa merasakan apapun kecuali pagi telah datang.

Akan tetapi ketika ia sedang kesulitan tidur malam maka akan dengan senang hati keluarganya menidurkannya, dan cara itulah yang paling ampuh untuk membuat bayi besar itu tertidur pulas hingga pagi datang.

"baiklah!" pasrah candra, ia tau anak tengahnya berbeda dari anak lainnya diluar sana dan ia harus ekstra dalam menjaga putra tengahnya ini.

Setelah selesai makan malam candra bangkit bersama afgan yang tetlihat nyaman tidur dipangkuan candra, bahkan tak ada sedikit pun pergerakan yang dilakukan anak itu.

Meskipun sudah biasa namun tetap saja keluarga itu khawatir ketika tiba-tiba saja nafas dari bocah itu berhenti, seperti masa kecilnya dulu.

Flashback on

Malam Ini adalah malam minggu, malam dimana banyak muda-mudi yang keluar dari rumah untuk mencari angin atau hendak menghabiskan waktu untuk berpacaran, ataupun mencari ketenangan ditengah padatnya pekerjaan yang menguras pikiran.

Namun berbeda dikediaman afgan, mereka sedang menghabiskan waktu dibelakang rumah sembari membakar jagung, daging dan sosis.

Dikala itu afgan masih berusia 5 tahun, masa dimana anak-anak begitu aktif bermain begitu pula dengan afgan yang terus berlari menghindari kejaran adik kembarnya yang hanya berbeda satu tahun dibawahnya.

Malam itu mereka habiskan dengan penuh canda dan tawa hingga malam semakin larut dan jam menunjukkan pukul 11 malam barulah mereka kembali menuju kamar masing-masing untuk mengistirahatkan badan mereka sebelum memulai aktivitas kembali dikeesokan harinya.

Ditengah tidur lelapnya afgan mengalami sesak yang membuatnya hingga mengalami kejang-kejang bahkan mulutnya ikut terbuka seolah ikut membantu mencari udara untuk dihirup, tangan kecilnya mencengkeram dadanya yang begitu sakit.

Hani yang baru saja dari dapur melihat lampu kamar putra tengahnya masih menyala, ia pun datang hendak mematikannya namun setelah pintu terbuka pemandangan didepannya membuat air matanya berjatuhan dan segera mendekati putranya yang kesulitan bernafas.

"MAS CANDRA!"

"MAS CANDRA! DATANGLAH MAS, HIKS...!"

"AFGAN BERTAHANLAH SAYANG!"

Tak berapa lama candra datang dengan piamanya dan terkejut melihat sang istri yang menangis histeris dan putranya yang mengalami sesak nafas, dengan segera ia menggendong putranya dan membawanya kerumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan.

Begitu sampai dirumah sakit tubuh afgan diletakkan diatas brankar dan dibawa memuju ruang UGD, sembari menunggu air mata terus berjatuhan dari kedua mata candra dan hana, tak lupa doa terus mereka panjatkan kepada sang pencipta untuk kesembuhan sang putra.

Hingga seorang dokter keluar dari ruang UGD, tampak dari wajah sang dokter adalah kabar buruk namun kedua pasuntri tersebut mencoba berfikir positif, hingga kabar tersebut tiba ditelinga mereka.

"maaf pak, bu. Putra kalian telah kembali kepada sang pencipta!"

Flasback off

Setetes air mata jatuh dari pelupuk mata candra ketika bayang-bayang itu hadir kembali, hatinya masih saja merasa takut ketika harus meninggalkan afgan sendiri meski itu hanya untuk sekolah dan masih dibawah pengawasannya. Ia masih takut untuk kehilangan kedua kalinya, untuk menghindarinya sebisa mungkin ia akan menjaga dan menjauhkan putranya dari berbagai hal yang membuat putranya meninggalkannya.

Keluarga kecil tersebut tau apa yang membuat sang kepala keluarga hingga bisa meneteskan air mata yaitu adik dan kakak mereka, meski diluar mereka terlihat biasa saja namun didalam hati mereka sama-sama merasa takut jika hal tersebut terulang lagi.

Bahkan mereka merubah diri mereka agar bisa melindungi kesayangan mereka dari orang diluar sana yang hendak melukainya. Afgan bahkan tak tau apa yang sudah mereka lakukan hanya demi membuat afgan tetap tersenyum meski hal tersebut harus mengotori tangan mereka, karna bagi mereka kebahagiaan afgan adalah yang paling utama.

.
.
.
.
.
.
TBC

Maaf sudah membuat kalian lama menunggu kelanjutan cerita ini, semoga kali ini mendapat feelnya.

Dan terima kasih buat kalian yang setia menunggu kelanjutan cerita ini. semoga kalian suka:)

AfganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang